Vina Plot -
Sampai kapan aku harus menungguuuuuuu!!!!! Argggghhhh.. Ingin rasanya aku berteriak sekarang, berlari ke pintu, mencari Rangga ke seluruh ruangan dirumah ini!!! Tadi katanya sebentar, tapi ini.. Sudah hampir sejam!!! Hiks.. Rasanya ingin sekali aku menangis.. Apa Rangga meninggalkanku sendiri disini? Apa Rangga menipuku? Atau lebih parah, menjualku pada om om untuk mendapatkan uang? Liat saja, kalau sampai dugaanku benar, jangan harap bisa hidup dengan damai! Setelah memporak-porandakan perasaanku seperti ini, membuatku membuka hati untuknya, dan berani menghancurkanku.. Aku... Aku pasti menghancurkannya, memutilasinya menjadi ratusan bagian, dan kusebar potongan tubuhnya ke berbagai negara didunia ini!!! Arghhhhhhhh... Hatiku semakin kesal, kapan Rangga akan kembali???
Klek
Pintu kamar terbuka, dikala mataku mulai berair, untung saja tangisanku belum menetes..
"vina, istriku sayang!!", Rangga berlari ke arahku, dia langsung memelukku dengan sangat erat, mencium keningku, pipi, hidung, hampir seluruh wajahku diciuminya, kecuali bibirku.. Sepertinya dia takut lipstick menempel dibibirnya.. Hihi, apa dia ga tau, kalau ini ga akan nempel?
"sekarang, kamu adalah istri sahku!", katanya lagi, kali ini dia kembali menaruhku dalam pelukannya. Tadinya, aku ingin memarahinya, karena membuatku menunggu sangat lama.. Tapi, kuurungkan niatku. Melihatnya seperti ini.. Hatiku meleleh, bagaikan es yang mencair di atas bara api..
"rangga.."
"apa ratuku?"
"hmm.. Kamu memelukku sangat kencang.. Aku hampir kehabisan oksigen..!", keluhku.. Hihi, Rangga berdiam memelukku lebih dari 1 menit, dan semakin lama pelukannya semakin erat, hingga aku seakan ga bisa lagi bergerak dan bernapas..
"maafkan aku sayang.. Aku.. Aku sangat bahagia!", sembari melepaskan pelukannya. Dia kembali mencium keningku, dan kemudian, tangan kanannya merogoh saku celananya, mengambil kotak kecil berwarna hitam, membuka, dan mengeluarkan cincin berlian bermata biru yang sangat indah.
"pakai ini selalu ya, dan jangan pernah melepaskannya..", kemudian Rangga memasukkan cincin itu ke jari manis tangan kananku.
"ini... Apakah arini juga yang mempersiapkannya?", aku tak akan memakainya kalau memang airin yang mencarikan! Ga ada inisiatif! Aku ingin memakai sesuatu yang hanya dari Rangga..
Rangga menggelengkan kepala,
"ini sudah dipersiapkan dari tiga puluh delapan tahun yang lalu, ini adalah wasiat almarhumah mama, beliau ingin aku memberikannya kepada istriku kelak... Dia berharap, wanita yang ku nikahi, dapat mencintai, menyayangi, menjaga dan merawatku sebagaimana dia mencintai, menyayangi, menjaga dan merawatku dari kecil.", Rangga menjelaskannya dan kulihat ada rasa senang sekaligus sedih dimatanya..
Oh Tuhan, apa yang dia katakan tadi??? Mencintai, menyayangi, menjaga, merawat.. Cincin ini.. Oh no... Bagaimana ini.. Apa aku bisa?
"Rangga.. Kamu yakin memberikan cincin ini padaku?"
Dia menatapku, tersenyum dan mengangguk.
"apa kamu yakin?"
"sangat yakin, karena kamu adalah istriku!", jawabnya, sambil tangannya meraih tubuhku dan menaruhnya kembali dalam pelukannya.
Aku hanya diam.. Harus bagaimana aku? Apa aku bisa? Dia sudah memberikan segalanya padaku.. Aku harus bagaimana?
"oh ya, satu lagi", dia melepaskan aku dari pelukannya. Dan kini, dia merogoh kantong dalam jas disebelah kanannya.
"ini mas kawin untukmu.", memberikan buku tabungan deposito.
"apa? Aku tak butuh ini!", aku menjelaskan, aku sudah punya uangku sendiri. Aku tak butuh dia membiayai hidupku..
"bukalah, itu hakmu.. Aku harus menafkahimu mulai hari ini, tak peduli semampu apa kamu dapat menafkahkan dirimu sendiri, mulai hari ini, biaya hidupmu adalah tanggunganku! Ingat vina, istriku sayang.. Tak ada bantahan dan negosiasi untuk ini!", dia tersenyum sambil memandangku.
"dasar tuan pemaksa!!!!", kataku, yang hanya disambut dengan senyum dan tawanya yang begitu manis.
Akupun membukanya, 3 trilliun rupiah... Jadi ini hargaku baginya? Ini mas kawin untukku? Kemudian kembali kutatap lelaki dihadapanku, kini giliran aku tertawa melihatnya..
"mmm.. Apa yang lucu sayang?"
"ya kamu lah! Hehe.."
"aku?"
"iya, kenapa membayar mas kawin semahal ini? Biasa yang kulihat, mas kawin itu seperangkat alat solat, uang senilai tanggal penting, misalkan 20 dollar, 10 pounsterling 2000 euro.. Artinya, tanggal 20 bulan 10 tahun 2000, yang biasanya tuh adalah hari pertemuan, jadian, atau hari penting pasangan... Ini 3 trilliun.. Hihi", aku semakin geli dan ga bisa menahan tawa melihatnya.
"hehe.. Tapi kita ga ada hari seperti itu, sayang..", apa kita buat hari seperti itu setelah kita menikah?
Aku mengangguk setuju.
"baiklah, kita mulai dari hari ini, 9 maret 2020, adalah tanggal penting untuk kita! bagaimana menurutmu?"
lagi, aku mengangguk setuju. tampak senyuman yang sangat teduh diwajahnya setelah anggukanku.
"inih.", aku mengembalikan buku deposito padanya..
"itu milikmu.. kenapa mengembalikannya padaku? Kau harus menyimpannya untuk kebutuhanmu..", rangga kembali menjelaskan.. Sejujurnya, aku memang tidak butuh uang ini. Aku punya uang sejumlah ini, bahkan lebih.. Aku yakin dia tahu itu.. Keluarganya memang lebih kaya daripada diriku, tapi.. Aku rasa keluarganya tahu, bahwa aku ga mungkin kekurangan uang untuk kebutuhanku.. Dan aku ga ngerti, untuk apa aku simpan uang ini.. Sedangkan akupun sudah punya uangku sendiri..
"kamu mau aku menyimpannya?"
Rangga mengangguk
"baiklah.. Aku akan menyimpannya.. Tapi, dimana aku harus menaruhnya?" tanyaku lagi sambil mengamati ruangan disekelilingku.
"kamu bisa menyimpannya dilaci samping tempat tidur ini dulu, nanti bisa kamu simpan ditempat yang lain.", Rangga memberikan ide, dan aku menurutinya.
"baiklah, ayo turun, temui keluarga kita..", dia mengajakku turun, akupun mengangguk.
"jangan, aku mau jalan aja!", aku menolak saat Rangga ingin menggendongku.
"kamu yakin?"
"iya.."
"bagaimana dengan kepalamu?"
"ah, ini.. Sudah ga terlalu sakit, ga terlalu pusing juga. Lagian, kamu kan disampingku, bisa pegangin aku..", bujukku lagi
Kali ini Rangga terdiam, sepertinya dia sedang berpikir.. Lalu tak lama dia mengangguk setuju, tapi tanpa senyuman, wajahnya terlihat kaku dan masih khawatir.
"tapi jangan jauh-jauh dari aku, ya"
"iya!!!!", aku mengangguk pasti.
Rangga lalu membantuku turun dari tempat tidur, membawaku keluar kamar menuju lift, tak berapa lama lift terbuka, kami menuju ke lantai dasar, dan berjalan ke arah taman belakang.
Di belakang istana putih ini, terdapat kolam renang cukup besar, sepertinya ukuran 15x8 meter, taman yang cukup luas, dan saat ini sudah dihias sangat cantik, dengan bunga mawar putih dan lampu LED kelap kelip yang cantik. Ada kue pernikahan kami, tidak besar, hanya satu tingkat diletakkan ditengah meja makan besar ditengah taman. Seluruh keluarga sudah berkumpul di kursi disekeliling meja tersebut. Suasana malam menjadikannya lebih romantis, apalagi ditambah dengan musik yang melow.
Seluruh pasang mata di ruangan kini terfokus kepadaku dan Rangga. Ada senyum disana.. Mereka semua menunggu kami. Tak banyak orang.. Hanya anwar pranata, airin, sandy, 2 anak kecil, aku yakin mereka anak airin dan sandy, mom and dad, kakek, uncle farhan dan aunt fathin. Hanya keluarga kami. Yah, penikahan ini tertutup hanya untuk keluarga.
"om Ranggaaaaaa", bocah lelaki berlari menghampiri kami
"hey... Bajak lauuuut!!! Apa sudah ketemu harta karunnya?", Rangga memeluk dan menggendongnya Dengan tangan kanannya, dimana tangan kirinya masih memegang erat pinggangku.
"belum... Om, itu siapa sama om?", Tanya bocah itu menunjukku.
"Oh, ini tante vina. Om baru menyelamatkannya dari monster laut. Jeje mau kenalan sama tante vina?"
"mauuuu..."
"halo, jeje, apa kabar?", tanpa disuruh, aku sudah duluan menyapanya..
"tante vina cantik banget.."
"terima kasih sayang! Jeje juga, lucu banget!!"
"jeje, sini ikut bunda, jangan ganggu om Rangga!", airin mengambil jeje dari gendongan Rangga.
"om Rangga jahaaaaaaat!", kali ini teriakan bocah perempuan kecil dengan baju princess lengkap dengan tiara dikepalanya meneriaki Rangga. Dan membuat kami semua dimeja makan itu menengok padanya.. Dia tampak ingin menangis melihat Rangga.
"husssh.. Lily, ga boleh bilang gitu, ke om Rangga!", shandy mencoba menenangkan putrinya yang marah. Rangga menarik kursi, dan memintaku duduk dulu. Dia juga meminta izin padaku untuk menghampiri lily sebentar. Aku tentu saja mengangguk setuju.
"ayah, om Rangga jahaaat, kali ini lily benar-benar menangis.. "hwaaaaawawawa.. Katanya cuma lily yang paling cantik, putri tercantik diseluruh negeri, tapi sekarang om Rangga bawa putri lebih cantik dari lily, om Rangga jahaaaat hwaawWawa", tangisannya makin kencang, tapi justru membuat kami yang berada di meja itu tertawa melihat tingkah lucunya..
"lily sayaaaang.. Maafin om Rangga, lily memang putri tercantik di negeri ini.. Tapi, om Rangga ga bisa ninggalin tante vina sendirian. Apa lily mau, tante vina dimakan sama monster laut yang jahat?",
"jangan om... Kasian tante vina!", kali ini jeje menimpali..
"lily.. Liat om dong..", Rangga masih mencoba membujuknya, dan gadis kecil itupun menatapnya..
"lily tega, kalau tante vina dimakan monster jahat?", gadis kecil itu menggeleng..
"jadi gapapa, kan.. Kalau om bawa tante vina kesini?", sekilas Lily tampak bimbang..
"tapi lily tetep harus jadi putri paling cantik di negeri ini!", pintanya.. Yang lagi membuat kami semua tertawa..
"tentu saja.. Lily kan putri tercantik disini.. Nanti, om buatkan istana besar disebelah istana crystal punya lily.. Mau warna apa istananya?', kini nampak mata lily berbinar mendengar bujukan Rangga.
"beneran om?"
"bener.. Asal lily mau sayang dan jadi temen tante vina!", Rangga memberikan syarat.
"lily mauu... lily mau sayang dan jadi teman tante vina. Hmmm.. Istana bunga aja om disamping istana crystal.. Boleh nggak?", Rangga mengangguk!
"janji, om?",
"iya, om janji!!"
"yeayyyyy.. lily bersorak senang.. Dan mau kembali duduk dikursinya lagi, lalu Rangga kembali ke kursi disampingku. Sejujurnya, aku sangat jealous dengan dua ponakan Rangga.. Mereka terlihat dekat sekali dengannya, tapi.. Ini justru membuatku ingin cepat hamil dan punya anak.. Karena aku yakin, anakku akan bahagia memiliki ayah seperti Rangga..
"baiklah... Selamat malam semua.. Hari ini adalah hari suka cita bagi kita semua. Hari ini, kedua anak kita telah disatukan dalam pernikahan yang Sah baik hukum dan agama.. Semoga, pernikahan ini langgeng sampai diujung usia.. Semoga pernikahan ini memberikan kedamaian dihati anak-anak kita, dan semoga ikatan persaudaraan kita saat ini menumbuhkan rasa kasih sayang diantara kita. Mari kita berdoa bersama, dan kita mulai makan malam kita" anwar pranata, yang kini menjadi ayah mertuaku, membuka pidato singkat sebelum jamuan makan malam dimulai..
Semua berdoa, dan setelahnya, pelayan datang membawakan appetizer. Suasana masih kaku, aku yakin, banyak yang ingin ditanyakan oleh keluargaku, terutama mommy. Dia tampak gusar dari tadi. bahkan dia satu-satunya yang terlihat memaksakan senyum ketika melihat drama yang dibuat lily.
"selamat atas pernikahanmu, vina.. Terima kasih, kau akhirnya mau mewujudkan impian terakhir kakek.. Kakek sungguh senang, kau mau mendengar kata-kata kakek malam itu!", kakek membuka percakapan, membuat semua mata tertuju padaku.
"uhuk..uhuk..", aku keselek soup yang sedang ku sruput saat kakek memulai pidatonya. Rangga dengan sigap memberikanku air putih.. Wajahku terasa makin panas.. Kenapa kakek membahas itu diacara ini.. Kenapa ga nanti saja pas kita ngobrol berdua, pikirku kesal! Tak ada jawaban yang keluar dari bibirku, hanya senyuman.. Tetapi sepertinya senyumanku terlalu aneh, membuat semua orang menatapku..
"vina, apa Rangga yang menjadi alasanmu menolak Dimas malam itu?"
"hah?", ya, hanya ini kata-kata yang keluar dari mulutku, menanggapi pertanyaan tante Fathin dan semua mata kembali menatapku.. Mereka seakan menunggu jawaban, terutama Rangga.. Sepertinya dia ingin tahu siapa Dimas.
"harusnya kamu bilang ke kami, kalau kamu sudah punya Rangga, jadi ga setiap aku pulang kerja di teror terus sama tante dan mommy mu untuk memberikan Foto stock eksekutif muda yang bisa dijodohkan denganmu! Mereka berdua, kalau sudah menagih photo eksmud, lebih ganas dari pada debt collector!"
"farhan!!!", kali ini mommy dan aunt Fathin berbarengan memanggil nama uncle.
Dan membuat semua tertawa melihat mereka, kecuali aku yang hanya tersenyum sinis.
"sudah berapa banyak, yang kalian jodohkan dengan vina?", kali ini anwar pranata yang memberikan pertanyaan.
"wah, banyak sekali!!! Mungkin lebih dari lima ratus nama aku sudah kasih ke istriku!", uncle menunjuk ke aunt fathin.
Kali ini giliran Rangga yang melirikku.
"apa semua ditolak?", anwar pranata terlihat penasaran.
"ya.. Tak ada satupun yang diterima! Benar-benar buang waktu", tante menimpali
Anwar tertawa puas mendengarnya, lalu menatap Rangga.
"jadi hanya anakku saja yang bisa menaklukan hatimu, vina?", dia beralih menatapku.
"oh, tidak.. Vina pernah mencintai seorang pemuda kelas atas, dan mereka dulu bertunangan. vina bahkan gila karena dia meninggalkannya menikah dengan sahabat vina sendiri! Wanita itu menggoda tunangan vina saat masih dibangku kuliah. Vina benar-benar depresi karena dia..."
BRAAAAKK!!!!!
"enough, aunt.. Why you too much talk this night?!!!! Don't you know what you said? Don't you ever use your brain before do something? How dare you talk about me like that?", aku berdiri, kali ini aku benar-benar tak bisa menahan emosiku.. Aku sungguh marah.. Aku kesal, melihat mereka membuat cerita masa laluku bagai sebuah lelucon yang bisa diceritakan pada siapapun! Apakah mereka pikir aku menjalani saat-saat itu sebagai lelucon? Apa mereka tidak berpikir tentang sakitnya hatiku???
Kubuka high heels ku untuk mempermudah kakiku melangkah, dan kujinjing gaun pengantinku, akupun pergi meninggalkan meja makan itu.. Kepalaku sangat sakit, tapi kupaksakan berjalan cepat meninggalkan mereka semua, tak kupedulikan lagi apapun. Sekarang yang kuinginkan, keluar dari rumah ini, memesan taxi, dan kembali ke apartemenku..aku ingin menenangkan pikiranku..
"vina, tunggu!!", Rangga mengejarku setengah berlari. Dan dia mendapatkanku, menggendongku..
"lepaskan rangga!! Leoaskaaaan.. Aku bisa jalan!!!", pintaku.. Tapi Rangga justru menggendongku dan mempercepat langkahnya.
Kupukul dada bidangnya, berharap dia menurunkanku.. Tapi sepertinya dia tak merasakan apapun. Padahal aku sudah cukup kencang memukulnya, dan kini dia membawaku menaiki tangga.
"Rangga, lepaskan akuuu... Biarkan aku turun!!" aku mau pulang!!", dia tak menggubrisku.
Beberapa anak tangga telah dilewati, dan tak terasa, kami sudah ada dilantai 3. Rangga membuka pintu kamar, mendudukkanku ditempat tidur.
Dia menatapku.. Hanya menatapku tanpa mengatakan apapun.
"kita sudah pulang! Apa yang mau kau lakukan sekarang, sayang?", Rangga memegang tanganku, kemudian kepalaku.. "apa terasa pusing lagi?", dia bertanya kembali, walaupun pertanyaan pertamanya belum sempat ku jawab..
"vina, istriku sayang..."
Hwaaawawawa .. Aku pun menangis sekencang-kencangnya, entahlah, saat Rangga mengucapkan kata-kata itu, rasanya hatiku sakit dan senang.. Aku juga ketakutan... Aku takut, kata-kata aunt Fathin membuatnya pergi dariku untuk selamanya.. Aku takut Rangga meninggalkanku.. Aneh memang, tapi itu yang sekarang kurasakan.. Aku takut kehilangan dirinya..
Melihatku menangis, tanpa menunggu lama, Rangga menarikku ke dalam pelukannya. Dia memelukku sangat erat, aku pun mendengar jelas detak jantungnya, yang menjadi musik penenang tersendiri bagiku, menstabilkan emosiku, dan perlahan akupun berhenti menangis.
"mm..maafkan aku..", pintaku pada Rangga, masih dalam pelukannya. Aku masih takut mengangkat wajahku.
"apa yang perlu dimaafkan, sayang?"
Aku tak tahu.. Dan.. Aku juga bingung harus menjawab apa. Aku meminta maaf pada Rangga yang kini menjadi suamiku. Bukan apa-apa, aku hanya.. Hanya ga mau dia pergi meninggalkanku.
Kini Rangga melepaskan aku dari pelukannya. Menatap mataku.
"apa yang perlu dimaafkan sayang?", lagi, Rangga mengulang pertanyaannya kepadaku, tapi kali ini dengan menatapku.
"jangan tinggalkan aku..", aku menyesal mengatakan kata-kata itu.. Tapi aku memang takut dia meninggalkanku karena kata-kata aunt Fathin. Aku takut, kata-kata itu mempengaruhi anwar pranata dan airin, sehingga membuat mereka tak menyukaiku, juga membuat Rangga meninggalkanku.
"hehehe.." Rangga ketawa kali ini, aku masih diam memperhatikannya, "jadi, kamu takut kalau kata-kata tante mu tadi, membuatku marah, membencimu dan meninggalkanmu?"
"aku juga takut, anwar pranata dan airin membenciku.. Tapi, aku lebih takut kalau kau meninggalkanku..", aku menunduk, malu sekali menjelaskan ini padanya! tadi pagi, aku masih ingin pergi darinya dan memenjarakannya, tapi kali ini, aku justru ketakutan dia pergi dariku.
"vina, istriku sayang...", Rangga mengangkat daguku supaya mataku melihat ke matanya "aku tidak akan pernah meninggalkanmu.. Ingat janjiku ini, apapun keadaanya!"
"kk..kkau tidak marah?"
"ya, aku marah. Aku bahkan bukan cuma marah, aku kesal, cemburu, benci mendengar ada pria lain yang mencoba mendekatimu. Apalagi bila masih ada pria lain dalam pikiranmu, tapi.. Kau adalah istriku sekarang. Aku akan membuat pria itu pergi! Menjauh darimu!", Rangga menenangkanku
"mm..maafkan aku.. Bagaimana membuatmu tak marah lagi?", tanyaku padanya
"kau mau menghilangkan marahku?"
Aku mengangguk
Dia menatapku.. Kemudian mencium bibirku, awalnya lembut dan ringan, perlahan, ciuman itu menjadi lebih kencang, lebih basah dan membuatku tak bisa mengontrol dririku lagi.
KREEEK
"Hwaaaa!", aku menjerit..
"a.. Ada apa sayang?", kini giliran Rangga panik mendengarku berteriak histeris.
"bb..bajuku.. Kamu merobek bajuku!!!!", aku benar-benar kesal
"hihi.. Bb.. Baju... Maksudmu gaun ini?", menunjuk gaun pengantinku.
Aku mengangguk
"aku akan membelikanmu gaun yang sama seperti ini besok!",
"aku ga mauuuu! Aku mau gaunku yang ini!!! Jangan robek gaunku", kali ini aku benar-benar ga mau menukar baju pengantinku!
"baiklah sayang, berbaliklah!", tanpa menunggu persetujuanku, Rangga membalikkan badanku dan membuka sleting bajuku, adegan selanjutnya, sama dengan yang telah terjadi sebelumnya di apartemen Rangga.
Kami saling menyatu, hanya saja, yang berbeda kali ini, Aku juga menginginkannya. Aku merelakan diriku untuknya..
Rangga melakukannya dengan lebih berperasaan, hampir tak ada rasa sakit. Kali ini, aku benar-benar menikmatinya. Entah berapa kali aku merasakan tubuhku bergetar dan mendapatkan pelepasan.. Semua ini terasa lama, sampai membuatku hampir pingsan, tapi masih tak ingin menghentikan permainan ini. Apakah ini yang dinamakan surga dunia? Posisiku tetap dibawah, karena Rangga mengkhawatirkan kepalaku,
"Rangga... Ahhh..",
"ada apa sayang.. A.. Akuuu.. Aaaah...!", aku ga bisa jelaskan.. Tapi rasanya membuat seluruh diriku menegang.
"sudah berapa kali?", tanyanya?
"entahlah.. Lima atau enam kali.. Tapi.. Aku masih mauuuu...", jawabku malu-malu
Dia tersenyum, dan lagi, melakukan berbagai serangan pada tubuhku, semuanya yang dilakukannya sekaan seperti candu bagiku. Beberapa kali aku merasakan pelepasan, sebelum Rangga melakukannya dengan cepat dan kencang, rasanya begitu nikmat, dan aku benar-benar ga tahan, kami berdua mengerang bersama-sama. Dan Rangga menyandarkan kepalanya di dadaku. Napas kami masih terengah-engah. Dia memelukku erat.
"vina.."
"hmmm?"
"jangan pernah berdekatan dengan lelaki manapun! Kau hanya milikku, sayang.."
Aku tak menjawab, hanya mengeratkan pelukanku padanya.
Kruuuuk kruuuuuk...
"aaaah...", perutku berbunyi.. Hah, merusak adegan romantis saja, pikirku.. Tapi ini sangat terasa perih sekali di lambungku.
"kau lapar?", Rangga mengangkat kepalanya, menatapku sambil tersenyum.
"aku hanya makan 3 suap steak tadi malam, dan hari ini, aku hanya minum seteguk air tadi darimu dan sesuap soup!", jawabku meringis menahan sakitnya perutku.
"tunggu sebentar, aku akan menyuruh ami menyiapkan makanan untukmu!"
"Rangga!", dengan cepat kupegang tangannya, mencegahnya meninggalkanku.
"ada apa?"
"aku ga mau masakan ami atau siapapun..", aku menarik napasku, menggigit bibir bawahku, Rangga masih memperhatikanku dengan tatapan bingung.
"aku.. Aku mau masakanmu.. Bubur polos kemarin.. Atau steak.. Atau apa saja, asal buatanmu..", pintaku, walau agak takut dia akan menolakku.. Tapi untunglah, senyum merekah di wajahnya..
"baiklah, akan kubuatkan untukmu, tunggu disini!"