webnovel

Black Jasmine

Grietta adalah seorang pengidap kanker hati stadium C seakan lelah karena masih saja bernafas, membuatnya melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali dan malangnya selalu gagal hingga dia bertemu seorang pria yang membuatnya melupakan obsesinya untuk bunuh diri akan tetapi dia tidak tau siapa pria yang dicintainya kini, pria dengan kepribadian yang hangat dimatanya tapi dalam sekejap mata menjadi sosok yang sama sekali tidak dikenalnya, apakah keputusan grietta mengenai kisahnya? bisakah dia menerima semua kemungkinan yang akan terjadi??

pandita15 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
29 Chs

Bagian 17 : Makan Malam Keluarga...

"kau!" kata pak bagus

"papa kenapa? papa pernah ketemu arial sebelumnya?" tanya grietta yang hanya memandang pak bagus dengan tatapan bingung

pak bagus pun mendekat kearah grietta dan arial, "jadi kau yang berani mengajak putri kesayanganku berkencan?" tanya pak bagus

grietta yang mendengar pernyataan ayahnya hanya bisa memutar matanya bosan "papa please deh, jangan mulai"

pak bagus hanya mengendikkan bahunya

"maaf om saya belum memperkenalkan diri saya secara resmi, saya arial abiamanyu, teman dekatnya grietta" arial mengulurkan tangannya

pak bagus menatap grietta dari atas sampai bawah, dia masih terdiam melihat arial hingga senggolan grietta menyentuh pinggang pak bagus. dan pak bagus melirik putrinya kesal,

grietta memberi isyarat tatapan mata yang mengisyaratkan untuk membalas uluran tangan arial, dan akhirnya pak bagus membalas jabatan tangan arial "saya bagus raharjo, papanya grietta" kata pak bagus

"diajak masuk dong tamunya, jangan di depan pintu aja" suara ibu rienne membuat ketiganya menoleh secara bersamaan

"oh ya, silahkan masuk, mantelnya bisa di gantung disana ya" pak bagus pun mendahuli grietta dan arial yang masih berada di depan pintu

setelah pak bagus dan ibu rienne masuk, kini grietta memicingkan matanya pada arial seakan meminta penjelasan

"oke, aku salah, aku minta maaf gak balas wa atau pun mengangkat telepon mu tapi sungguh aku gak bermaksud sama sekali griet, aku mencoba untuk fokus agar bisa cepat menyelesaikan pekerjaanku dan bisa langsung ke sini" kata arial

grietta menatap mata arial seakan mencari kesungguhan pria itu, lalu dia menghela nafasnya kasar "aku harap ini tidak terulang kembai iyal, aku gak bisa tenang kalau kamu tiba-tiba ngilang gitu aja, aku cuma takut kamu kenapa-kenapa"

"dan aku gak mau bertengkar dengan mu, ini malam natal dan aku tidak mau mengotori malam natal ku hanya karena hal sepele, jadi tuan arial abimanyu, permintaan maaf di terima" grietta pun langsung menyambar arial dengan pelukan

"aku merindukanmu griet" ucap arial membalas pelukan erat grietta

"hmm aku juga" balasnya

"makan malam sudah siap, ayo semua berkumpul di meja makan" ucap nana sambil menedtingkan gelas menggunakan sendok

grietta pun menggandeng tangan arial menuju meja makan, lalu mereka pun duduk berdampigan, setelah seluruh anggota keluarga duduk, mereka pun berpegangan tangan bersiap untuk berdoa,

arial nampak canggung dengan suasana tersebut, tapi grietta mencoba untuk menenangkannya, lalu pak bagus pun mulai berdoa, dan setelah itu mereka mulai makan malam,

seperti biasa hanya dentingan piring dan sendok yang terdengar di sana, setelah makan malam selesai mereka pun pindah ke ruang keluarga untuk melakukan pertukaran kado, begitu juga arial memberika kado untuk orang tua grietta, kedua kakaknya, nana dan om gading,

grietta pun terlihat lega karena semua orang menyukai hadiah yang di berikan arial, lalu grietta mengadahkan tangannya pada arial menuntut hadiahnya "kuharap hadiahku special mengingat kesalahan yang kau buat cukup membuatku marah" katanya

arial tersenyum sembari mencubit pipi grietta dengan sayangnya "tentu, sekarang tutup matamu" titah arial, dan grietta pun langsung mengikuti instruksi arial, lalu dia mengambil tangan grietta dan mulai memasangkan gelang dengan ukiran nama grietta

semua yang disana tampak kagum dengan keromantisan arial, sampai beberapa kali ibu rienne terlihat menuntut suaminya agar romantis seperti arial,

"nah sekarang buka matamu" ucap arial, perlahan grietta membuka matanya dan melihat gelang yang dipasangkan oleh arial, matanya berbinar saat melihat gelang emas putih dengan ukiran namanya itu

grietta pun memeluk arial "terimakasih yal,ini bagus banget aku suka"

"lalu mana hadiahku?" kata arial sembari melepaskan pelukan mereka

grietta pun tersenyum lalu mengambil sebuah kotak di atas meja lalu memberikannya pada arial "bukalah" ucap grietta,

arial membuka bingkisan itu dan ternyata jam tangan Fosill dengan tali jam yang terukir inisial nama arial "makasih ya griett, ini bagus banget" kata arial

"kamu tau kenapa aku membeli jam tangan?" tanya grietta

"kenapa?"

"supaya kita ingat, bahwa masih banyak waktu untuk kita menjalani kisah ini" ucap grietta

arial memegang tangan grietta dan mencium punggung tangannya "tentu saja, waktu kita masih banyak, dan selalu ingat janjimu untuk bertahan, oke" grietta mengangguk lalu memeluk arial

semua mata yang ada disana seakan terhipnotis dengan adegan yang di lakukan mereka berdua, kecuali gilang dan guntur yang sudah mulai dengan mode posesifnya

"ekhem!!!" suara gilang membuat mereka melepaskan pelukannya "jadi kamu si arial-arial yang udah buat adik saya membuang saya dan guntur begitu saja hmm?" tanya gilang

"hehe saya memang arial, tapi kalau urusan grietta membuang kakak itu saya gak tau sama sekali, bener gitu griet?" arial pun merasa tidak enak dengan perkataan gilang, lalu grietta pun langsung menatap kedua kakaknya itu sedikit tajam "aku gak ngebuang tuh, kakak aja yang lebay, ya lagian masa aku di suruh jomblo terus, memangnya kakak" ujar grietta

"sorry kalau aku udah di keep sama yang sebelah ini jadi hapus itu dari daftar mu ya griet" kata guntur yang menyenggol nana di sebelahnya, nana pun hanya tertunduk dengan semburat merah yang muncul di pipinya

pernyataan itu membuat seluruh ruangan terkejut, terlebih reaksi grietta dan ibu rienne yang menganga tak percaya "kamu kok gak cerita sih na ya ampun, senengnya punya kakak pacaran sama sahabat sendiri" ucap grietta kegirangan

"iya kok gak cerita sama tante na, tante gak masalah kok, malah tante seneng banget guntur dapat pacar yang udah tante anggap kayak anak sendiri" bu rienne pun juga tak kalah girangnya dengan grietta

nana yang mendengar itu pun wajahnya semakin memerah, antara senang dan malu tentu saja, sedangkan gilang hanya memutar bola matanya jengah dengan situasi yang seperti itu,

setelah acara tukar kado selesai, para pria pun mengobrol di mini bar dan yang wanita sibuk bergosip ria di ruang keluara

dan disinilah arial mulai di cerca begitu banyak pertanyaan oleh gilang dan pak bagus, karena ini kali pertama mereka bertemu, awalnya arial nampak begitu canggung tapi lama kelamaan mereka mulai akrab,

"arial, sebelumnya apa kamu tau tentang penyakit yang diderita grietta?" tanya pak bagus

arial mengangguk "saya tau om, dan untuk kondisinya sekarang pun saya juga tau"

"baguslah kalau grietta sudah menceritakan semuanya, om harap kamu jangan menyakiti putri om satu-satunya, bagaimana pun kondisininya dia tetap anak om yang paling om sayangi" pak bagus sembari meminum beernya

"saya tidak akan menyakitinya om, saya berjanji"

pak bagus melirik arial lalu mendengus "jangan menjanjikan sesuatu yang belum tentu bisa kamu tepati, jalani saja alurnya, kalau berakhir baik ya syukur, kalau tidak ya tidak apa-apa" perkataan pak bagus membuat arial terdiam, mengingat kebenaran yang selama ini dia sembunyikan

"hujan saljunya terus turun, jalanan mungkin tertutup salju, menginaplah, besok kita ke gereja bersama, om istirahat dulu" pak bagus pun meninggalkan arial bersama dengan yang lain

om gading dan guntur pun menyusul untuk istirahat, dan kini tersisa gilang dan arial yang masih duduk di mini bar

"thank you" gilang pun membuka pembicaraan

"hah??"

"thank you udah balikin senyum adik saya lagi, sudah lama saya tidak melihatnya seperti itu, saya harap hari-hari buruk tidak akan datang lagi"

arial tersenyum "saya yang makasih, sudah di izinkan untuk bersama dengan grietta, mendapatkan grietta itu seperti anugrah, saya bersyukur bisa mengenal dia"

"dia memang anugerah untuk keluarga kami, dia yang menjadi alasan untuk kami semua selalu berkumpul dirumah, senyumannya yang selalu menjadi obat bagi kami, tolong jaga dia, jangan membuatnya menangis" gilang mengalihkan pandangannya pada arial

"saya usahakan untuk tidak membuatnya menangis" ucap arial yang menatap lekat mata gilang seolah meyakinkannya tentang ketulusannya.

"jangan menjanjikan sesuatu yang belum tentu kamu bisa tepati"

-Bagus Raharjo-