webnovel

Black Jasmine

Grietta adalah seorang pengidap kanker hati stadium C seakan lelah karena masih saja bernafas, membuatnya melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali dan malangnya selalu gagal hingga dia bertemu seorang pria yang membuatnya melupakan obsesinya untuk bunuh diri akan tetapi dia tidak tau siapa pria yang dicintainya kini, pria dengan kepribadian yang hangat dimatanya tapi dalam sekejap mata menjadi sosok yang sama sekali tidak dikenalnya, apakah keputusan grietta mengenai kisahnya? bisakah dia menerima semua kemungkinan yang akan terjadi??

pandita15 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
29 Chs

Bagian 12 : Kejujuran..

Seorang pria paruh baya kini duduk di meja kerjanya, menatap laptop dan smart phonenya bergantian, sorot matanya begitu serius saat membaca sebuah file yang berisikan beberapa dokumen beserta foto-foto yang terdapat di dalamnya, lalu sebuah ketukan pintu membuatnya mengalihkan pandangannya dan dia pun dengan cepat menutup semua file itu dan mencabut flashdisk yang tertanam di laptopnya

"ya masuk.." titahnya

seorang pria berpakaian formal memasuki ruang tersebut "ini tuan yang anda minta beberapa hari yang lalu" ucapnya, dia memberikan map beserta satu buah amplop

"kau memang bisa diandalkan, lalu bagaimana perkembangan pabrik di kalimantan apa semua berjalan sesuai rencana?" tanya sang tuan yang kini tengah membuka map tersebut

"semua berjalan sesuai rencana tuan, kini anda bisa menikmati liburan natal anda dengan tenang" ucapnya sopan

sang tuan menyunggingkan smirk sembari menggelengkan kepalanya, "tidak semudah itu dandy, aku harus menemuinya, bisa kau aturkan kapan dan dimana aku bisa bertemu dengannya?"

"saya akan laksanakan tuan" bodyguard merangkap asisten yang bernama dandy pun melangkah keluar meninggalkan ruangan tersebut

sang tuan pun langsung mengarahkan atensinya pada map yang baru saja dia buka, beliau membaca setiap kata yang tertera pada kertas tersbut, dan juga mengamati beberapa foto yang juga dia keluarkan dari amplop berwarna coklat tersebut "black jasmine? samaran yang aneh, tapi cukup menarik untuk bertemu dengan orang ini, snake pasti tau dimana keberadaan anak ini sekarang, dan ku harap semua bisa berjalan sesuai dengan rencana" gumamnya

San Fransisco

Arial dan grietta kini tengah menuju perjalanan pulang, sebenarnya arial masih ingin menghabiskan waktunya dengan grietta tapi apa boleh buat, grietta sudah terlanjur berjanji pada kak guntur untuk tidak pulang terlalu malam, bahkan kalau di bilang ini masih terhitung sore hari,

kalau saja waktu bisa diberhentikan maka arial akan menggunakan kesempatan itu untuk terus bersama grieta,

sepanjang perjalanan tangan grietta tidak pernah terlepas dari genggaman arial, sesekali di ciumnya punggung tangan grietta dengan sayang,

grietta yang diperlakukan begitu hanya bisa tersipu malu sembari menahan degupan jantungnya yang kini sama sekali tak beraturan,

sebenarnya tak berbeda jauh dari arial, tapi dengan begitu pintar dia menyembunyikannya sembari melanyanyikan lagu yang terputar pada pemutar cd di dalam mobilnya

malam itu di sepanjang perjalanan pulang tidak ada kata-kata yang terucap, semua tersalurkan lewat genggaman tangan mereka berdua, setiap lagu yang di lantunkan arial seperti sudah mewakili setiap perasaan mereka, kini hanya tinggal menjalani ceritanya saja, mencoba berserah pada takdir yang sudah ada

tidak lama kemudian sampailah arial dan grietta di rumah, dan sebagai cowok yang gentle dia pun mengantarkan grietta sampai depan pintu, arial masih memegang tangan grietta dengan eratnya mata mereka menatap dengan senyuman yang tak hilang dari wajah mereka, hingga suara deheman guntur membuat mereka melepaskan genggaman tangan tersebut,

"ekhem, erat banget genggamnya, sampe gak sadar dari tadi kakak sudah buka pintu" kata guntur yang kini tengah menatap mereka bergantian

"kak guntur ganggu aja" celetuk grietta dengan nada sewotnya,

"hmmm berani ya sama kakak sekarang, besok-besok gak kakak bolehin jalan sama arial mau?!"

"apaan sihh ihh!!!"

arial yang berada di tengah pertengkaran dua saudara itu pun hanya bisa menggeleng sembari tersenyum senang, andaikan kehidupannya berjalan dengan normal mungkin saat ini dia juga berada di posisi kak guntur,

"ial,arial" panggil grietta sembari mengayunkan tangannya kedepan wajah arial

"ahh ya kenapa griet?" ucapnya yang langsung mengedipkan matanya beberapa kali untuk membuyarkan lamunannya

grietta mengerutkan alisnya bingung "lah kamu yang kenapa kok melamun, mikirin apa hayo??"

"enggak mikirin apa-apa kok beneran deh?" kata arial yang mengelus pipi grietta lembut

guntur yang melihat itu pun langsung menyingkirkan tangan arial yang menyentuh pipi adiknya itu "ish jangan pegang-pegang bukan mukhrim" katanya sewot

mendengar perkataan guntur grietta pun memutar bola matanya malas, kakaknya inii terlalu banyak drama, sementara arial pun langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"maaf kak, ini saya antar grietta tanpa lecet sedikitpun, dan saya pamit pulang dulu" ujar arial dan langsung di tanggapi anggukan kepala oleh guntur

tapi dengan cepat tangan grietta menahan arial, seketika arial menoleh "eh kenapa griett?" tanya arial bingung

"gak mampir dulu, minum teh gitu sambil ngobrol" ajak grietta, guntur yang mendengar itu pun langsung menimpali kata-kata grietta "gak usah, udah pulang aja sana" usir arial

tapi grietta tetap kekeh memegang lengan arial dengan kencang "gak boleh pulang!!"

"udah pulang aja"

"gak!!"

"pulang!!!!"

"gakkkkkk!!!!!!!!!" teriakan grietta langsung membuat om gading dan nana pergi keluar untuk melihat keributan apa yang sedang berlangsung

"ya ampun apa-apan sih kalian ini" kata om gading yang kini tengah berdiri di tengah-tengah grietta dan guntur

"ini nih grietta kecentilan mau ajakin arial mampir ke rumah" ucap guntur

"ehh enak aja, kakak tuh yang kurang kerjaan ngapain ngelarang segala,kan cuma mau mampir doank" timpal grietta

"ih sudah-sudah berisik tau gak malu sama tetangga, nyadar dong kita lagi di mana!" gertak nana yang kini tengah menahan bahu guntur

om gading pun hanya menggelengkan kepalanya, tida habis pikir punya keponakan yang macam kayak gitu "sudah-sudah, gak malu kalian ribut di depan arial"

"sekarang gini aja, arial masuk dulu, kita ngobrol-ngobrol sambil ngopi di rooftop" om gading pun langsung mengambil bahu arial dan mengajaknya masuk

grietta pun tersenyum senang karena om gading berada di pihaknya, dia pun melangkah melewati guntur dan tidak lupa dia menjulurkan lidahnya pada kakak posesifnya itu

guntur yang merasa di lecehkan berusaha menggapai grietta akan tetapi dia ditahan oleh nana sehingga dia tidak dapat menggapai adiknya itu

"udah kak, apa-apan sih biar aja!! om gading yang ngajak ngopi bukan grietta, jadi stop bertingkah kayak anak kecil" omel nana, guntur pun menarik nafasnya kasar, seperti tidak terima dengan perlakuan adiknya itu, tapi apa mau dikata, semua sudah terjadi, arial sudah masuk kedalam rumah mau tidak mau dia harus menerimanya

arial kini tengah duduk di sofa rooftop rumah om gading, suasana yang cozy dia rasakan seperti berada di sky bar yang biasa dia datangi "ini keren banget om desainnya" ucap arial kagum

"ini semua om yang desain, fungsinya ya untuk menghilangkan penat, buat ngecharge baterai pikiran biar penuh lagi" kata om gading

arial pun mengangguk paham dengan penjelasan om gading lalu tak lama kemudian grietta datang dengan 3 buah latte dan diletakannya masing-masing di depan arial dan om gading

"diminum arial, latte bikinan grietta itu pas, takarannya pas banget" ujar om gading bangga, grietta yang merasa di puji pun hanya tersenyum menanggapi ucapan omnya itu

"oh ya, arial disini kerja atau liburan?" tanya om gading

"saya liburan sambil kerja om"

"memangnya kamu kerja apa?"

"saya photographer majalah traveling om" jawab arial sambil menyesap lattenya

"wah enak dong ya bisa jalan-jalan sambil kerja, om juga mau tapi sayangnya om gak pinter moto" ucap om gading dengan nada bercanda dan ditanggapi kekehan oleh arial dan grietta

mereka pun memandangi langit yang cerah saat itu, suasana tidak terlalu dingin karena sofa yang digunakan sudah diberikan pemanas jadi tidak masalah mau cuaca sedingin apapun mereka masih bisa merasa hangat

"ya sudah kalian lanjut aja ngobrol om masuk dulu, ada presentasi yang harus om siapkan" om gading pun beranjak dari tempat duduknya meninggalkan arial dan grietta yang kini tengah duduk dengan posisi kepala grietta yang bersandar di bahu arial dan tentu saja tangan yang saling menggengam

"yal, aku mau bilang sesuatu sama kamu" grietta pun memulai pembicaaran

"bilang apa?" sahut arial dengan nada yang lembut

grietta pun mengangkat kepalanya dan beralih posisi menyamping menghadap arial

"aku akan jujur sama kamu tentang keadaan aku, dan alasan aku kenapa mau mencoba berhubungan dengan kamu"

arial pun menatap grietta dan siap mendengarkan dengan seksama "hari ini aku tau bahwa kondisi liver aku sudah parah, dokter bilang aku membutuhkan donor secepatnya, tapi buat aku itu mustahil, sudah lama aku menantikan seseorang yang mau mendonorkan organnya untuk aku tapi selalu saja tidak cocok"

"yal, aku berperang dengan penyakit ini sudah dari aku remaja, dan aku masih belum menang, aku hampir menyerah tapi disaat aku menyerah selalu ada orang yang nyelametin aku salah satunya kamu" arial masih diam mendengarkan kata-kata grietta

"dan aku harap kamu siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi nanti, dan alasan aku mau ngejalanin hubungan dengan orang asing seperti kamu itu karena aku ngerasa kuat kalau ada kamu disamping aku, seperti punya malaikat penjaga pribadi, aneh ya padahal kita baru kenal sekitar 1 hari tapi gak tau kenapa ada yang berbeda dari kamu"

"yal, aku cuma mau kamu selalu nguatin aku, ini sama sekali gak mudah buat aku, di tambah dengan kondisiku yang semakin memburuk, aku harap kamu gak nyesal milih aku untuk ada di samping kamu" kata grietta dengan mata yang sudah meloloskan setitik air matanya

sontak arial langsung memeluk erat grietta, menepuk pundaknya sayang seolah menenangkan

"sshhh... cep cep jangan nangis, denger ya sayang, aku gak akan ninggalin kamu, apapun kondisi kamu, dan satu lagi aku gak nyesel milih kamu" bisik arial

grietta melepaskan pelukannya, lalu arial menghapus air mata grietta, tak lama grietta pun kembali tersenyum, dia meraih tangan arial menggamnya erat "aku sudah jujur semua tentang aku, dan aku harap kamu juga bisa jujur dengan apapun yang kamu alami, bahkan yang terparah sekali pun kamu harus jujur okey" kata-kata grietta terdengar seperti pedang yang menusuk langsung ke jantung arial

arial berusaha menyembunyikan perasaannya saat ini, dia menyunggingkan senyumannya untuk grietta sembari berkata "iya aku janji"

"maafkan aku grietta" batinnya