webnovel

THE BEGINNING

"Permirsa, kami baru saja menerima kabar duka atas berpulangnya Asisten Kejaksaan agung. Beliau mengalami kecelakaan maut di tol Jagakarsa, pada pukul 18.43 Waktu Indonesia Barat. Polisi yang tiba di lokasi langsung membuat Police Line. Reporter kami telah berada di....." Tiba-tiba tv dimatikan oleh seorang lelaki berbadan kurus yang sedang menyiapkan makan malamnya.

Anarki, namanya Anarki. Nama yang tidak lazim diberikan oleh orang tua terhadap anak. Semasa sekolah, dia sering mendapatkan ejekan dan pujian dari teman-temannya karena nama tersebut. Menurut ibunya, nama itu terinspirasi dari peristiwa kekerasan yang dialami oleh ayah dan ibunya. Sewaktu ibunya hamil 7 bulan, ayahnya dihajar oleh sekelompok orang yang tak dikenal di dalam rumah mereka sendiri. Ibunya yang ingin melerai perkelahian tersebut, tanpa sengaja didorong oleh salah seorang oknum hingga terhempas ke tembok dan hampir keguguran akibat pendarahan. Nama itu sebagai pengingat bahwa, Anarki dipaksa untuk melihat dunia sebelum waktunya akibat tindak kekerasan yang harus dialami oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa tv-nya dimatikan Arki?" Tanya seorang wanita tua yang sedang duduk di sofa ruang tengah

"Makan dulu Oma, berita seperti itu akan bertahan di televisi selama seminggu. Tapi perut Oma tidak mungkin bertahan dari rasa lapar selama 2 jam" Jawab Arki sambil meletakan kembali remot tv di samping tv

"Ah.. alasanmu saja. Bilang saja kalau kamu suruh Oma cepat-cepat makan biar kamu bisa cepat pergi kerja kan?" Gerutu Oma Elis

"Iya benar. Cucu Oma ini tidak bisa fokus bekerja jika belum memastikan Oma sudah makan atau belum." Jawab Arki yang kemudian menggandeng tangan Oma menuju meja makan.

"Kamu ini, apa tidak ada pekerjaan yang lebih baik lagi? Setiap hari kerja malam pulang pagi, mau dapat jodoh bagaimana? Ganti saja pekerjaanmu ya? Ikut tes CPNS saja atau apa itu yang jadi perwira polisi tapi sarjana dulu..?" Oma memprotes jam kerja Arki

"SIPSS, Oma..." Sahut Arki

"Ha... Itu PSSI, eh apa? Ah sudahlah intinya itu. Ikut itu biar kamu kerja pagi pulang malam. Itu lihat tiap hari Oma bertemu dengan Oma Dora, dia kalau cerita tentang cucunya, uuh....bikin Oma mual. Cerita tidak ada habis-habisnya." Sambung Oma Elis

"Biarkan saja. Oma kan tahu saya tidak suka bekerja di tempat yang terikat sama segala regulesi dan birokrasi. Pusing..." Jawab Arki yang tidak suka pada pekerjaan yang mengikat

"Kamu...kamu memang keras kepala seperti almarhum Papamu. Mamamu juga sama keras kepala." Oma begitu kesal melihat sikap cucunya sama persis dengan anak dan menantunya.

Arki dan Oma kemudian menyantap makanan mereka. Setelah selesai Arki membereskan semua peralatan makan mereka, dan memastikan semua pintu dan jendela terkunci dengan baik. Tak lupa dia mengucapkan selamat untuk Oma yang akan beranjak tidur.

"Oma, kalau ada apa-apa telepon saya saja. Atau telepon ke kantor saya." Pesan Arki kepada Oma

"Lihat itu, jika kamu punya istri mungkin oma tidak perlu menelpon ke sana-sini." Gerutu Oma

"Oma, jangan mulai lagi.." Arki mulai jengah dengan protes Oma

"Oke... Setiap hari kamu berteriak tentang kebebasan opini, demokrasi. Tapi di rumah sendiri Opini oma tidak didengarkan. Kamu yang belajar, tapi Oma yang mempraktekkan." Oma sedang menyindir Arki dengan celotehan lama.

Arki hanya bisa mendengar celotehan Oma. Dia kemudian pergi, dengan mengendarai Honda Supra X 100 miliknya. Motor yang menemaninya selama 14 tahun. Di dalam perjalanan, Arki terus memikirkan berita kecelakaan yang menimpa salah satu pejabat negara, pikiran itu dikarenakan ada kasus besar yang sedang ditangani oleh kejaksaan, Human Trafficking. Sebuah tindak kejahatan yang memberikan rasa kenyang berlebihan bagi para pelaku.

"ah... Pasti dia orang yang harus dibungkam untuk menutupi jejak cukong besar." Ucap Arki dalam perjalanan tersebut.

Arki sampai di tempat kerjanya, sebuah rumah tua bergaya Hindia Belanda yang dipagari oleh pagar tembok dengan tinggi 2 meter. Lokasinya tidak begitu dekat dengan perumahan penduduk. Jika dari luar maka tidak terlihat adanya aktivitas manusia. 

"Eh... Penjahat! Itu motor minta pensiun" tiba-tiba ada seorang pria berbadan gemuk yang menendang ban motor Arki

"Ah sialan Lo! Kalo motor gua rusak gimana? Setan bener!" Arki terkejut dengan kemunculan Boris, teman kerjanya.

Boris kemudian lanjut berjalan dan tertawa melihat ekspresi temannya, lalu masuk ke dalam rumah yang merupakan kantor mereka. Selesai memarkir motornya, Arki mengambil tas selempang yang dia gunakan untuk membawa tulisan-tulisannya. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan keadaan motornya.

Di area ruang tamu, Arki berpapasan dengan beberapa temannya yang akan membawa tulisan mereka, entah ke mana. Biasanya alamat tujuan dari tulisan hanya diketahui oleh pemilik tulisan itu sendiri. Arki juga tak pernah berniat untuk bertanya kemana tujuan teman-temannya.

Di ruang tengah Arki melihat seorang temannya yang ketiduran sambil menonton televisi. Kemungkinan habis mengantarkan tulisannya ke luar kota dan merasa lelah. Di ruang makan, Arki juga berpapasan dengan temannya yang sedang mengambil beberapa Snack dari dalam kulkas, mungkin dia akan lembur sampai pagi.

"Makan Ki?!" Tegur temannya

"Yo! Entar." Sahut Arki

Arki kemudian menuruni anak tangga di belakang ruang makan tersebut. Arki menuju ruang kerja yang sebenarnya, ya ruang itu sebenarnya baru dibangun 24 tahun yang lalu, di bawah rumah tua tersebut. Ruangan tersebut sudah seperti sebuah bangunan di bawah tanah dan memiliki beberapa ruangan yang terbagi dalam beberapa divisi. Di ujung, "bangunan" bawah tanah tersebut terdapat ruang kepala Produksi. Arki langsung menuju ruang tersebut. Dia mengetuk pintu ruangan kepala produksi, kemudian membuka pintu.

"Malam bos!" Ucap Arki

"Anjing! Bikin kaget saja." Bosnya terkejut mendengar suara Arki

"Ah... Pasti mikir jorok ya makanya kaget." Arki menggoda bosnya yang sering mengajak mereka ke klub malam

"Sialan!" Umpat sang bos

Arki kemudian duduk di kursi yang telah tersedia. Arki kemudian membuka tasnya dan mengambil beberapa lembar kertas yang berisi tulisan miliknya.

"Nih bos, tulisan saya. Sudah 8 ya.. cuti 2 hari." Arki menyodorkan hasil kerjanya dan menagih janji bosnya.

"Aduh... Ini nanti saja, sekarang juga kamu bikin tulisan tentang kematian asisten jaksa hari ini. Yang lainnya bisa menunggu." Bosnya menyingkirkan lembaran hasil kerja Arki dari mejanya kemudian menyodorkan sebuah amplop coklat yan berisi biodata asisten jaksa yang meninggal tersebut.

"Aduh kan saya sudah kerjakan 8 tulisan, masa disuruh bikin lagi?" Protes Arki

"Bikin saja, besok jam 4 sore harus kamu antarkan hasil tulisan kamu ke alamat ini. Hafalkan segera." Kata bosnya sambil menyodorkan secarik kertas berisi alamat sebuah supermarket. Setelah itu dia membakar kertas tersebut. Arki dengan kesalnya harus menerima tugas tambahan tersebut dan mengucapkan selamat tinggal pada ijin cuti-nya

"Jadi bos mau saya bagaimanakan arah penulisannya?" Tanya Arki

"Pertama, bikin profilnya melalui pandangan positif, terus kamu sudutkan pemerintah atas lamban penanganan kasus Human Trafficking. Tapi serangan ditujukan Perdana Menteri." Bos memberikan arahan kepada Arki

"Ok.. jam 4 sore. Kalau begitu saya boleh pulang?" Tanya Arki

"Oke.. tapi tulisanmu simpan di sini. Biar nanti diedit sama Husni dan Zul." Jawab Bos kepada Arki.

"Loh! Kok harus diedit lagi?" Arki terkejut karena tak pernah ada proses pengeditan sebelumnya.

"Klien sudah malas mengerjakannya sendiri. Mereka mau bahan yang sudah jadi, bukan bahan mentah. Oh ya besok kamu datang lebih awal sebelum jam 2 siang, saya mau tulisan kamu sudah ada di Husni" Jawab Bos sambil mengambil laptop dari sisi meja.

"Oh.. ok bos." Jawab arki

Anarki pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, dia langsung membaca profil dari asisten jaksa agung tersebut secara saksama. Namun, dia berhenti pada rekam jejak sang asisten jaksa agung yang begitu kotor. Tetapi justru itulah pekerjaannya membuat sesuatu yang buruk menjadi baik, dan membuat yang baik menjadi buruk. Semalaman dia bekerja tanpa jeda, hingga fajar menyingsing dia baru merebahkan dirinya di kasur dan membaca kembali hasil tulisannya. Oma-nya yang baru saja terbangun mulai membuka pintu dan jendela untuk membiarkan udara segar di pagi hari masuk ke dalam rumah mereka.

"Arki...Arki. sudah bangun kau?" Oma mengetuk pintu kamar Arki

"Baru mau tidur Oma." Jawab Arki yang sudah malas membuka pintu kamarnya

"Ya, sudah lanjutkan tidurmu" Oma kemudian berjalan menuju dapur

Tepat pukul 10 pagi, Arki dibangunkan oleh alarmnya. Dia memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidurnya dan melakukan kegiatan seperti biasa seperti mencuci muka dan sikat gigi. Merasa lapar, Arki kemudian menuju ke dapur. Di sana oma-nya sudah menyiapkan sarapan pagi dan makan siang untuk Arki. Oma-nya sendiri sering mengikuti kegiatan para lansia untuk sekadar mengisi kesibukannya. Sehabis makan, Arki menyiapkan motor yang akan dia gunakan menuju pasar untuk membeli bahan makanan untuk 3 hari ke depan. Saat pukul 1 siang oma-nya tiba di rumah dan memeriksa keadaan Arki.

"Arki...Arki.." teriak Omanya dari ruang tamu

"Iya Oma, saya di Kamar" sahut Arki sambil mengikat tali sepatu Converse miliknya

"Loh? Kamu mau kemana?" Tanya Omanya yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Kerja dong oma. Nanti saya pulang jam 6 sore." Jawab Arki yang bangun kemudian mengambil kertas tulisannya yang sudah ditaruh di atas printer

"Kamu itu ya... Kalau bos kamu suruh ke sana ke mari ya jangan mau. Kamu itu sudah kurang tidur, nanti cepat sakit." Oma memperingatkan Arki

"Duh... Oma jangan doakan seperti itu." Ucap Arki

"Itu bukan doa tapi mengingatkan." Balas Oma yang kemudian berjalan menuju kamar mandi

Arki yang sudah bersiap kemudian mengeluarkan motornya dari dalam pagar.

"Oma, saya pergi dulu." Ucap Arki

"Iya! Hati-hati!" Sahut Oma dari dalam rumah

Tiba di kantornya, Arki langsung mencari Husni. Secara kebetulan mereka berpapasan di ruang makan. Husni sendiri sedang mengambil makanan dari dalam lemari es.

"Husni, muka Lo berantakan amat... Kagak pulang?" Sapa Arki pada Husni

"Kagak. Bos rencana mau matiin gua gitu..." Jawab Husni sambil memberikan isyarat untuk Arki mengambil air mineral di dalam lemari es. Tangan Husni sendiri sudah penuh dengan berbagai jenis makanan.

"Lo kagak minum kopi gitu.. biar mata melek" ujar Arki

"Iya mata gua melek, lambung gua langsung lembek." Jawab Arki sambil menutup pintu kulkas dengan lututnya

Keduanya kemudian menuruni tangga dari ruang makan dan menuju ke ruangan editor, di dalam ruang tersebut hanya ada Wayan, Dodi dan Albert. Ketiga orang tersebut juga terlihat kelelahan. 

"Eh... Arki, tumben jam segini sudah datang. Bukannya Lo biasanya datang malam?" Wayan menyapa Arki sambil memainkan pensil di ditangannya

"Iya, kemarin bos nyuruh gua, antar tulisan gua ke bagian editor biar diedit sama Husni." Jawab Arki

"Heh? Masa iya? Tulisan Lo kan kagak pernah masuk ruang editor?" Tanya Husni

"Kata bos klien udah malas ngambil mentah." Jawab Arki sambil mengambil tulisannya dari dalam tas. 

"Mentah dari mana tulisan Lo? Perasaan tulisan lo udah pas dan gak perlu diedit lagi." Kata Dodi yang sedang mengetik

"Emang tulisan Lo kali ini tentang apa?" Tanya Albert

"Tentang kasus kematian asisten Jaksa Agung." Jawab Arki

Keempat orang editor tersebut seketika saling melirik satu sama lain seperti terkejut, karena ternyata hanya Arki yang disuruh membuat tulisan tersebut. Albert hanya mengangkat alisnya sembari melanjutkan pekerjaannya

"Ya udah, nih Husni Lo edit dulu." Ujar Arki sambil meletakkan tulisan di meja Husni

"Kok gua?" Husni sedikit menolak

"Kalo bukan Lo, ya Zul aja." Ujar Arki

"Udahlah Lo yang ngambil, si Zul gak datang hari. Lagi disuruh bos keluar kota tadi pagi." Ucap Dodi

"Haduh..."keluh Husni

"Kok pada ogah-ogahan gini?" Tanya Arki

"Kagak.... hanya kerjaan gua menumpuk. Tapi gak apa-apa, tulisan Lo gue prioritasin" jawab Husni

"Ya udah ini.. kalo udah selesai, panggil gue. Biar gue antar ke pelanggan, jam 4 harus udah di tangan mereka." Ujar Arki sambil meninggalkan tulisannya di meja Husni

Arki pun meninggalkan ruang editor dan menuju ke ruang tengah untuk menonton televisi. Tidak ada Smartphone yang mereka gunakan, bukan karena mereka tak mampu membeli tapi demi keamanan pekerjaan mereka, kantor mereka melarang untuk menggunakan Smartphone bagi para pegawainya. Bahkan kantor mereka tidak menggunakan WIFI. Para pegawai di kantor Arki sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Orang yang terbiasa menggunakan Smartphone mungkin tak akan betah bekerja di kantor Arki. Laptop yang mereka gunakan untuk bekerja sendiri merupakan inventarisasi kantor, laptop ini berbeda dengan laptop lainnya karena disetting untuk tidak terhubung dengan internet dan tidak bisa digunakan untuk mentransfer data dari flashdisk, jalan satu-satunya hanya melalui mesin printer atau pencetak, itu pun sekali cetak, setelah selesai secara otomatis laptop akan menghapus file tersebut. Sejujurnya Arki adalah orang yang suka mencari tantangan, pernah dia coba dengan membuat tulisan di luar pekerjaannya kemudian ditransferkan ke flashdisk-nya, tetapi tidak berhasil malah flashdisknya yang rusak dan tak bisa digunakan lagi. Seringkali Arki tidak merasa dirinya sebagai seorang penulis, tetapi seorang penjual narkoba, yang begitu licin dan teratur dalam bekerja. Hanya saja, hanya pekerjaan ini yang sesuai dengan keterampilan dan hobinya, ditambah lagi gaji yang ditawarkan sangat besar, dia merasa harus bertahan dengan pekerjaan ini agar dapat menabung lebih banyak uang dan menjelajahi seluruh tempat yang dia ingin kunjungi, bila perlu dia akan melakukan pensiun dini di usia 36 tahun.

"Arki! Ki! Arki!" Teriak Husni dari bawah tangga ruang makan

"Ya.." Arki tersadar dari lamunannya

Arki menuruni anak tangga, dan langsung mengikuti Husni ke ruang editor.

"Gue udah selesai. Coba Lo cek dulu lagi."ujar Husni

"Oke..... Sudah." Balas Arki setelah selesai melihat hasil penyuntingan Husni.

"Ya udah Lo bawa gi ke tempat klien." Husni kemudian duduk kembali ke kursinya

"Ok, terima kasih Husni." Ucap Arki kemudian keluar dari ruangan editor, seperti biasa dia tidak melapor ke kepala produksi karena Husni sendiri yang akan melaporkan bahwa tulisan Arki telah siap untuk diantarkan. Pukul 15.30 Arki langsung memacu motornya menuju alamat yang dituju. Di supermarket sendiri Arki berbaur layaknya pembeli sesekali dia melirik sekitarnya, mungkin kliennya sudah datang. Tiba-tiba seorang pria mengagetkan dirinya,

"Aduh di sini tidak jual kertas folio." Seorang pria tua bertubuh kurus berdiri di samping Arki dan menatap rak yang berisi alat tulis.

"Oh kalo bapak membutuhkannya saya ada." Arki kemudian menurunkan tasnya memberikan lembaran-lembaran kertas folio bergaris kepada pria tersebut.

"Oh terima kasih, kalo begitu ya nak. Anak sangat membutuhkannya maklum sekolah online sekarang membuat dia membutuhkan banyak kertas folio." Pria tersebut berterima kasih.

Pria tua tersebut kemudian keluar dari supermarket. Arki tidak langsung keluar, dia kemudian membeli asparagus kalengan untuk menyamarkan diri layaknya pembeli. Saat hendak membayar ke kasir, telepon Arki tiba-tiba berbunyi, melihat telepon tersebut dari Bos, Arki kemudian mengangkatnya sembari mengeluarkan dompet.

"Ki, batalin! Batalin! Kurir dari klien ditangkap polisi. Batalin sekarang juga!" Suara Bos terdengar begitu panik 

"Hah? Gua baru aja...." Arki terkejut bukan main. Arki kemudian berlari keluar untuk mengecek apa pria yang disangkanya kurir tadi masih berada di parkiran.

"Kak, belanjaannya belum diambil" seorang pegawai supermarket berdiri di belakang Arki sambil memegang kantong yang berisi belanjaan Arki. Arki kemudian mengambilnya dan mencari pria tersebut di sekitaran supermarket. Dia kemudian ditelepon oleh Bos sekali lagi.

"Arki. Udah kamu pulang saja dulu. Seminggu ini kita jangan berkabar, dan jangan datang ke kantor dulu. Setelah keadaan saya pastikan aman, pasti kamu akan saya kabari." Ucap Bos setelah itu telepon tersebut ditutup.

Setelah sampai di sebuah tempat pembuangan sampah Arki mematahkan SIM-card miliknya dan membuangnya di tempat tersebut. Arki melanjutkan perjalanannya menuju sungai dan menghancur handphone miliknya lalu menghanyutkannya begitu saja. Dia pulang ke rumahnya, Omanya yang melihat Arki merasa heran karena Arki pulang lebih awal. 

"Hah? Sore begini sudah pulang?" Tanya Oma-nya

"Um.. iya Oma. Oma, saya masuk ke kamar dulu." Ucap Arki dengan lesu

Oma merasa khawatir dengan ekspresi Arki tadi. Oma lalu pergi ke kamar Arki.

"Kamu kenapa?" Tanya Oma

"Tidak ada Oma." Balas Arki

"Kamu ditilang? Berkelahi di kantor? Dimarahi atasan kamu? Menghamili anak orang?" Tanya Oma bertubi-tubi

"Ha.... Oma masa iya saya menghamili anak orang? Pacar saja tidak punya. Pokoknya tenang saja, saya hanya kelelahan." Jawab Arki kemudian membaringkan dirinya di tempat tidur

"Kasihan... Cucu Oma. Ya sudah istirahat saja." Oma merasa kasihan dengan cucunya, kemudian meninggalkan kamar tidur Arki.

Setelah mendengar suara pintu yang tertutup Arki kemudian membuka matanya, dan bangun dari tempat tidur. Dia memikirkan kembali pria yang dia temui di supermarket tadi. Pikirnya itu adalah polisi, Perkara pria itu tahu kata kuncinya, mungkin dia mendapatkannya dari kurir yang tertangkap tetapi jika pria tersebut adalah polisi maka seharusnya dia menangkap Arki setelah kertas tersebut ada di tangannya. Arki merasa mungkin dia diikuti, tetapi setelah mengintip dari jendela kamarnya, dia tidak melihat ada orang yang mencurigakan. Dia mulai merasa was-was, laptopnya dia sembunyikan ke dalam lantai di bawah ranjangnya, yang sudah dibuat sedemikian rupa untuk menyembunyikan laptop tersebut. Dia kemudian meletakkan laptop pribadinya di atas meja kerja seolah-olah dia terbiasa memakai laptop tersebut. Laptop itu juga sengaja dimasukkan file-file yang berupa tulisan-tulisan blognya yang pada dasarnya tidak begitu penting bagi dirinya, ya sekadar penyamaran sebagai seorang blogger.

Malam pun tiba, Oma mengetuk pintu kamar Arki untuk mengajaknya makan malam. Arki pun membuka pintunya dan bersama oma-nya menuju meja makan. Selesai makan, Arki membereskan meja makan dan mencuci piring mereka. Suara pintu yang diketuk membuat Arki was-was, pikirannya hanya mengatakan kalau yang berada di balik pintu tersebut adalah polisi. Dia berusaha menenangkan suasana batinnya dan bersikap seperti biasanya. Oma membuka pintu, dan benar saja mereka adalah polisi, mereka langsung bertanya tentang keberadaan Arki.

"Selamat malam Bu? Apa saudara Bintang Anarki ada di rumah?" Tanya petugas tersebut

"Iya ada pak. Ada apa ya?" Tanya Oma khawatir

Tanpa menjawab pertanyaan Oma, anggota polisi tersebut langsung memasuki rumah Arki dan mencarinya. Arki kemudian keluar menemui polisi dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. 

"Saya Bintang Anarki. Ada apa ya pak?" Tanya Arki kepada Polisi tersebut. 

"Pak Bintang, mohon kerjasamanya untuk bersama kami ke kantor polisi." Ucap petugas tersebut.

"Memangnya ada apa pak?" Tanya Arki 

"Bapak dicurigai bersekongkol dengan sebuah media massa untuk menyebarkan berita HOAX dan kebencian terhadap pemerintah. Lebih jelas akan kami sampaikan di kantor polisi." Ucap petugas tersebut

"Boleh saya minta surat perintahnya?" Pinta Arki kepada petugas tersebut

"Oh ini dia pak, silahkan dibaca dulu." Jelas petugas tersebut.

Arki membaca surat perintah tersebut dengan saksama dan dia tahu bahwa itu adalah surat asli. Dengan sukarela Arki ikut dengan polisi ke mobil patroli. 

Oma menangis dan ketakutan jika cucunya akan mengalami nasib yang sama dengan putra dan menantunya.

"Jangan bawa dia pak, ini cucu saya satu-satunya." Oma memohon kepada petugas polisi tersebut sambil memegang erat lengan cucunya

"Tenang Oma, nanti kalo saudara Arki terbukti tidak bersalah maka akan kami bebaskan" Ujar polisi sambil membawa Arki.

Oma kemudian lari ke dalam kamar Arki dan keluar membawa jaket Arki, dan berlari menuju mobil patroli. 

"Arki ini jaketmu, pakai. Udara di luar sangat dingin. Jaga diri baik-baik. Oma akan menyusul ke sana." Ucap Oma sambil menyerahkan jaket kepada Arki.

Oma kemudian berbalik dan berjalan menuju ke dalam rumah, di dalam petugas bersama pak RT sedang menggeledah kamar Arki. Oma terus mengawasi para petugas yang menggeledah kamar Arki. 

"Oma, laptopnya pak Bintang kami sita dulu untuk pemeriksaan ya..." Ujar seorang Polwan

"Iya, ibu. Bawa saja." Ucap Oma dengan ekspresi datar

Hampir semua barang-barang yang digunakan oleh Arki untuk menulis, diangkut oleh polisi. Oma sama sekali tidak memberikan perlawanan apa pun karena dia tahu itu akan memberatkan cucunya.

Sahabat Oma Elis, Oma Dora kemudian memarahi pak RT karena tidak memberitahukan Oma Dora tentang polisi yang datang menangkap Arki.

"Heh Pak RT ini, kenapa nyanda kasih tau pa kita? Kasih tahu kita dulu, supaya kita bisa ba omong dengan Elis. Kasiang e dia pe anak dan menantu so meninggal baru dia pe cucu orang tangkap begini, itu beking dia kaget. Kasi tinggal jo kalo ada apa-apa dengan Elis, kita akang lapor pak Lurah, bilang Pak RT yang bikin." Oma Dora memarahi pak RT

"Ya Oma... Mana ada yang kayak begitu." Tanya pak RT

"Eh ada Jo, kalo pak RT ikut kita pe omongan tadi." Jawab Oma Dora.

Pak RT hanya bisa menghela napas dengan kelakuan Oma Dora dan berjanji akan menemani Oma Elis besok pagi ke kantor Polisi. Oma Dora kemudian menghibur Oma Elis di dalam rumah.

"Eh kasiang e... Sudah jo Elis, besok pagi kita temani ngana ke kantor polisi. Ini malam kita jaga ngana di sini." Ucap Oma Dora sambil memegang bahu Oma Elis

"Terima kasih, Dora so mau jaga kita ini malam." Oma Elis berterimah kasih atas dukungan sahabatnya.

*********

Saat dalam perjalanan menuju kantor polisi, Mobil patroli yang ditumpangi Arki berhenti di pinggir jalan. Arki mulai curiga dengan polisi yang menemaninya. Polisi tersebut kemudian memindahkan Arki ke sebuah mobil Daihatsu Gran Max, di dalam mobil sudah ada pria yang bertemu dengan Arki di supermarket. Arki sudah menduga pria tersebut adalah bagian dari aparat polisi. Tetapi kemudian sebuah suara muncul dari belakang tempat duduk Arki.

"Beliau namanya pak Jamal, supir saya." Ucap pria berbadan besar yang duduk di belakang Arki.

Arki terkejut karena pria tersebut hanyalah seorang supir dan bukan anggota polisi.

"Jangan kaget begitu dong Anarki." Ucap pria yang ternyata seorang petinggi partai 

"Jadi begini, seharusnya kamu itu mati saat pulang tadi dari supermarket tetapi karena saya tertarik dengan cara kerja anda, saya memutuskan untuk mempekerjakan anda sebagai seorang penulis bagi pemerintah. Tidak perlu memuji pemerintah, cukup membuat tulisan tandingan untuk menjatuhkan media-media yang menjadi klien anda. Anda juga akan menjadi penulis anonim kami bagi media yang berasosiasi dengan Pemerintah." Jelas pria tersebut sembari menyenderkan badannya ke kursi belakang.

"Apa yang akan saya dapatkan jika saya menolak atau menerimanya?" Tanya Arki

"Hah... Anda memang seorang penawar ya? Jika menerima, kamu akan dibayar 3x lipat dari gaji kamu yang sekarang, per tulisan. Segala kebutuhan oma-mu akan dipenuhi seperti rumah baru, tanah dan toko untuk usaha. Jika menolak, maka kau akan mendekam di penjara. Anda sendiri tahu bahwa anda tidak bisa meragukan kami dalam hal merekayasa kasus dan barang bukti." Ucap pria tersebut sambil tersenyum dengan liciknya

"Mafia Narkoba semakin hari semakin licin, tapi skema anda tetap tidak berubah dari dulu. Bukankah akan lebih baik lagi jika saya menjadi mata dan telinga anda di kantor saya?" Arki ternyata pintar dalam bernegosiasi.

"Saya tidak akan menulis untuk anda, tetapi saya adalah penasehat anda. Jaman sekarang banyak penonton yang sok pintar, mereka senang mendengarkan diskusi atau debat di media massa. Mereka tidak butuh bukti, mereka hanya butuh rasionalitas dan jawaban yang terlihat masuk akal. Fanatisme terhadap orasi dan istilah asing, keren... Membuat mereka lebih terkesan. Di dalam masyarakat, yang namanya bukti nyata itu tak ada yang ada hanya opini-opini yang terlihat diucapkan oleh orang-orang pintar." Jelas Arki

"Hum...lanjutkan!" Pria tersebut mulai tertarik dengan penjelasan Arki

"Jika ada media yang memanggil Narasumber dari pihak anda, maka saya akan memberikan catatan-catatan ringkas dalam menjawab semua pertanyaan dari pihak media. Jika diizinkan, biarkan saya pula yang memilih siapa yang akan pergi mewakili pihak anda." Arki mulai menerangkan cara kerjanya

"Bagaimana anda bisa tahu pertanyaan apa yang diberikan oleh media massa?" Tanya pria gemuk tersebut

"Karena 99% media elektronik adalah klien saya. Saya yang mengatur pertanyaan mereka dan saya tahu bahwa mereka sendiri sering menghadirkan narasumber yang mendukung pandangan politik mereka. Itulah kenapa narasumber anda selalu terlihat bodoh di layar televisi." Arki mengejek pria tersebut

"Menarik. Baiklah kalo begitu." Puji pria berbadan besar

"Saya minta bayaran 5x lipat." Ucap Arki yang ingin menaikkan tawaran

"Jangan gila kamu." Balas pria tersebut

"Jika anda memasukkan saya ke dalam penjara pun percuma. Karena itu akan disebut sebagai pelanggaran Hak Asasi Berpendapat. Kantor saya pun akan mencari orang baru dan semakin gencar menyerang anda. Dan paling parah, anda tetap akan terlihat bodoh di hadapan masyarakat."  

"Bajingan ini ternyata hebat dalam bernegosiasi. Baiklah, 5x lipat." Pria tersebut menyetujui tawaran Arki.

" Tunggu sebulan, karena setelah kalian menangkap saya, Bos saya akan berhati-hati dengan saya. Buatlah seolah-olah Anda membebaskan saya karena tidak menemukan satu pun barang bukti." Ujar Arki

"Kami memang tidak menemukan barang bukti." Ucap Pria berbadan besar sambil menatap Arki.

Arki kemudian di bawa ke kantor polisi sebagai alibi. Di pagi hari dia dibebaskan karena polisi tidak menemukan barang bukti apa pun. Saat Oma Elis, Oma Dora, pak RT dan istri Pak RT sampai ke kantor Polisi, Arki sendiri sudah berdiri di depan pintu kantor polisi. Oma Elis yang melihatnya, langsung berlari memeluk Arki. 

"Oma sudah, saya sudah dibebaskan karena polisi tak menemukan bukti kuat bahwa saya terlibat dengan tuduhan yang disangkakan" ucap Arki menenangkan Oma Elis

"Syukurlah.. syukurlah" Oma Elis menepuk-nepuk punggung Arki sambil menangis

"E kasiang orang salah tangkap. Itu kita bilang juga apa? Nyanda mungkin Arki dapa masalah seperti ini. Itu bu RT dengar? Nanti kasih tahu ibu-ibu arisan yang karlota sembarang. Berhenti arisan, parcuma bakumpul kalo ujung-ujungnya bikin dosa saja." Omel Oma Dora pada istri pak RT

"Iya Oma maaf." Ucap istri pak RT

"Kalau begitu, barang-barangmu yang mereka bawa?" Tanya pak RT

"Oh sebentar lagi akan diantarkan kembali" jawab Arki yang tidak melepaskan genggaman tangan Omanya.

"Oh baguslah." Pak RT lega mendengar jawaban Arki.

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Arki hanya berpikir bagaimana caranya untuk tetap selamat walaupun harus menari di kandang singa-singa yang kelaparan...

***********

BAB SELANJUTNYA AKAN BERCERITA TENTANG ARKI YANG HARUS BERHADAPAN DENGAN SESEORANG YANG BERNAMA MELKISEDEK YANG MERUPAKAN PENGENDALI ARUS INFORMASI & KOMUNIKASI TERMASYHUR DALAM NEGERI