webnovel

Bestfriend With Too Much Benefits

Zoey Aretta Risty adalah seorang aktris terkenal berusia 27 tahun, semasa karirnya yang terus meroket dia memiliki sahabat yang selalu ada untuk mendukungnya. Sahabatnya sejak SMA. Seorang pria yang menghilangkan segala kepolosan Zoey, lebih tepatnya mereka bersama menghilangkan rasa penasaran dari kepolosan mereka menuju obsesi yang memuaskan. Jeffrey Keenan Abigail adalah direktur finance perusahaan property, pewaris tertinggi dalam perusahaan keluarga J Corp. Dirinya merupakan pria yang selalu dituntut untuk bisa lebih dari siapapun dan Zoey lah seseorang yang bisa membuatnya berada dalam kenyamanan. Jeffrey yang selalu dipilihkan jalan hidupnya oleh Ayahnya, murka. Bagaimana pun caranya kali ini Jeffrey tidak ingin menuruti Ayahnya. Jeffrey akan menentang sebuah perjodohan dari Ayahnya atas nama memperluas bisnis. Tentu dengan berbagai cara Jeffrey menentang Ayahnya, hingga ia memilih jalan yang tak terduga dengan mengajak Zoey untuk menikah dengannya. Selama bertemu dengan Jeffrey, apa yang dilakukannya tanpa disadari terus mengikuti Jeffrey. Apapun yang dilakukan, Zoey akan meminta pendapat dari Jeffrey termasuk mengambil keputusan dalam karirnya. Tetapi, kali ini jelas berbeda. Meski Zoey senang bermain dalam hubungan tapi jika menikah maka dia hanya ingin satu kali seumur hidup bersama dengan orang yang dicintainya. Lalu, bagaimana sekarang dia disaat Jeffrey memberikannya pilihan seperti ini?

Namnam_Meow · realistisch
Zu wenig Bewertungen
17 Chs

Chapter 3 : Waking Up to Reality

Lantunan musik menggema di seluruh ruangan, lampu berwarna-warni menyinari ruanan dan memberika spotlight pada bagian tengah. Tempat di mana semi cinta bermulai, suara teriakan bahagia melepaskan rasa lelah mereka, Gelak tawa, hingga tangisan tak terduga akibat pengaruh alkohol pun terdengar bersatu dengan lantunan musik upbeat.

Zoey di sini menggerakan tubuhnya, meloncat dan bersorak ria menikmati musik. Sedangkan pria di belakangnya ini seperti sedang menjaga agar tidak ada lagi pria yang mendekati wanitanya. Daniel membalikan tubuh Zoey dengan memegang pingganya, Zoey terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Daniel yang membuat mereka saling berhadapan.

"Gue dari pertama liat lo, gue yakin sama perasaan gue" ucap Daniel sedikit berteriak.

"Hah? Kenapa??" Zoey yang masih terbawa suasana dengan musik tidak begitu jelas mendengar apa yang dikatakan oleh Daniel.

"Gue suka sama lo, gue mau jadi pacar lo" seru Daniel. Zoey sekarang jelas mendengarnya, Ia terdiam karena keterkejutan akan Daniel yang tidak ia duga-duga mengungkapkan perasaan secepat ini.

"Zoey? Lo terima ajakan gue jadi pacar?" Daniel bertanya dengan berbisik tepat di telinga Zoey sekarang. Yes, Daniel. Zoey mendengarnya, jika dibisikan oleh suara bariton seperti itu bagaimana Zoey tidak luluh. Lutut Zoey mulai melemas mendengar suara Daniel.

"Zoey?" Daniel kembali memanggil, kini wajahnya berada di depan wajah Zoey. Keduanya hanya berjarak 10 CM. "Ayo! Kita pacaran!" Seru Zoey yang membuat Daniel menyimpulkan senyum lega. Kali ini keduanya terdiam dalam tatapan. Daniel memberikan tatapan yang menusuk ke dalam netra coklat milik Zoey. Seperti diberikan lampu hijau oleh tatapan Zoey, Daniel memberanikan diri untuk memajukan kepalanya, mendekatkan wajahnya perlahan ke Zoey untuk menyatukan bibir mereka.

Drriinngg Drrringg

Zoey terkejut merasakan getaran ponselnya dan suaranya yang terlalu keras untuk ia abaikan.

"Tunggu bentar ya" ucap Zoey melangkah menjauh ke sudut ruangan yang lebih sepi. Jeffrey adalah seseorang yang meneleponnya. Tanpa basa-basi pria itu memerintahnya untuk segera pulang dan menemuinya. Helaan napas keluar begitu saja dari mulut Zoey. Ia memandang ke arah Daniel yang masih memberikan tatapan padannya. It's time to back to reality Zoey, the fairytale only for a minutes. That's great right?. No!.

Setelah mendapat telepon dari Jeffrey, Zoey segera pulang dengan mobil yang dikemudikan oleh supir Jeffrey. Begitu sampai di apartemen mewah Jeffrey, Zoey melepas penyamarannya. Mulai dari masker, kaca mata hingga topinya. Ia terheran kenapa tidak ada suara yang menyambutnya? Apa Jeffrey menipunya? Kemana pria itu berada?.

Zoey melanjutkan langkahnya semakin masuk ke dalam apartemen Jeffrey. Lorong yang gelap ikut menyala begitu Zoey melangkah. Langkahnya terhenti di ruang tengah. Ruangan yang tersedia sofa hitam, telivisi besar, meja kopi putih dan karpet berbuku berwarna hitam. Barang yang ada di tangannya Zoey letakkan di atas meja kopi.

"Jeffrey??" Panggilnya mencari keberadaan Jeffrey. Kekhawatiran mulai muncul dengan keadaan apartemen yang gelap dan sangat sepi seperti tak berpenghuni. Kemana pemiliknya pergi sebenarnya!. Dari kekhawatiran rasa kesal juga ada dalam diri Zoey.

Dengan seenaknya saja Jeffrey menyuruhnya untuk kembali saat dia sedang menari di atas lantai dansa dengan Daniel. Ah, pandangan Daniel saat mereka saling berhadapan dan menari bersama mengikuti alunan musik upbeat. Bahkan sentuhan tangan Daniel yang lembut di pinggangnya saat mereka menari tadi juga masih terasa. Belum lagi tadi mereka hampir—-

Ketika sedang mengelilingi pandangannya dalam pikiran yang melayang Ia terkejut dengan sebuah tangan kekar yang memeluk pinggangnya secara tiba-tiba. Ini bukan lagi tangan Daniel melainkan Jeffrey.

"Kenapa cuma lo doang yang selalu menuruti keinginan gue?" ucap Jeffrey meletakkan dagunya di atas bahu ramping Zoey. Dari nafasnya Zoey dapat mencium aroma alkohol yang kuat. Bahkan dirinya yang berada di klub tidak minum begitu banyak minuman beralkohol tapi kenapa Jeffrey yang hanya makan malam bisa mabuk seperti ini.

"Lo kenapa? Kenapa minta gue pulang?" ujar Zoey membalikan tubuhnya menghadap Jeffrey. Gemasnya Zoey melihat wajah merah Jeffrey. Mata Zoey kemudian melihat botol minuman alkohol di meja dapur. Jeffrey menghabiskan setengahnya? Mungkin pria di depan Jeffrey ini sedang tidak waras.

"Gue mau main malam ini" ucap Jeffrey tanpa aba-aba lainnya meraih tengkuk Zoey untuk mengambil bibir Zoey dengan lumatannya. Awalnya Zoey ingin menolak karena dia tidak mau melakukannya saat Jeffrey mabuk berat. Jeffrey akan kasar dan menyakitinya nanti. Tetapi lumatan bibir yang diberikan Jeffrey tidak pernah membuatnya tidak terbuai hingga Zoey mengikuti gerakan Jeffrey yang memimpin.

Jeffrey mengangkat kedua kaki Zoey untuk melingkar di pinggangnya hingga Zoey seperti koala sekarang memeluk leher Jeffrey. Lantunan musik dari vinyl yang dinyalakan Jeffrey membawa suasana semakin dalam. Jika mereka sepasang kekasih mungkin ini adalah hal romantis karena mereka akan bercinta tetapi apa yang Jeffrey dan Zoey lakukan hanyalah sebuah nafsu yang dikeluarkan. Awal mula rasa penasaran mereka saat dulu kini kian berubah menjadi sebuah obsesi.

Keduanya merasa saling membutuhkan satu sama lain, ketika mereka memiliki masalah, ketika semua orang tidak berpihak kepada mereka maka disitulah keduanya saling memberikan dukungan satu sama lain. Meski dengan cara mengeluarkan segala emosi mereka dengan melakukan hubungan badan.

Jeffrey berjalan dengan bibir yang tidak ia lepas dari Zoey. Ia meletakkan Zoey di atas sofa dan dirinya kembali melumat bibir Zoey yang sempat terlepas darinya. Jeffrey sejak tadi tidak memberikan kesempatan untuk Zoey bernafas, dia benar-benar kasar dalam permainannya dan Zoey tahu bagaimana kelanjutannya. Dalam pikiran Zoey sekarang adalah 'selamat mengambil waktu libur kerja besok'.

"Jeff, gue mau lo cerita dulu ada apa? Lo marah kaya gini malah bikin gue sakit nanti" ucap Zoey melenguh ketika Jeffrey membuat tanda kemerahan di lehernya tidak hanya satu tetapi sangat banyak hingga turun pada dadanya. Malam ini Zoey benar-benar takut dengan Jeffrey yang tidak mendengarkannya sama sekali terlebih dengan sikap kasarnya.

"Jeffrey..!" Zoey memanggil lagi tetapi kini ia menangkup wajah Jeffrey membawanya sejajar dengan pandangannya. "Gue gak suka wanita cerewet" ujar Jeffrey kembali melumat bibir Zoey lebih kasar dari sebelumnya. Bahkan mengigitnya agar Zoey ikut bermain dengannya.

"Akh" Zoey melenguh merasa perih pada bibirnya. Zoey mendorong dada Jeffrey sekuat tenaga untuk menjauh darinya.

"Denger Jeff..Aahh.." Jeffrey menghiraukan peringatan Zoey, kali ini bukan hanya bibirnya yang bergerak tetapi tangannya juga ikut bergerak menyentuh setiap lekukan indah di tubuh Zoey. Meski ini bukan pertama kali bagi Zoey, segala sentuhan Jeffrey akan selalu terasa baru disetiap kalinya.

"Tunggu Ahh.. Jeff! Gue suka ngelakuinnya sambil marah kaya gini tapi—" Zoey kali ini lebih kuat lagi mendorong bahu Jeffrey, Ia meraih wajah Jeffrey untuk di tatap.

"—Jeffrey pipi lo kenapa?" Zoey terkejut begitu dia dengan jelas memperhatikan wajah Jeffrey di bawah sinar remang ruangan, Ia melihat luka lebam pada pipi Jeffrey.

"Ini gak penting, lo juga udah tau kan gue udah sering mendapatkannya" ucap Jeffrey menurunkan tangan Zoey dari kedua pipinya, Ia pindahkan kedua tangan itu untuk bergelayut di lehernya dan kembali menerjang leher Zoey dengan bibirnya. Zoey tidak akan pernah menang jika melawan Jeffrey dan pada akhirnya dia hanya bisa mengalah menuruti kemauan Jeffrey. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk keduanya.

***

Suasana sarapan pagi di rumah keluarga Jung cukup tenang. Tidak ada suara yang keluar dari insan manusia di ruang makan. Sampai pada akhirnya Ayah Jeffrey berkata, "Dion, pastikan Jeffrey tetap masuk ke kantor, dia tidak bisa membolos lagi"

"Iya, Pa, akan aku pastikan Jeffrey ada di ruang kerjanya hari ini" ucap Dion.

"Aku tidak mengerti kenapa anak itu sulit sekali menurut pada orang tuanya..ckckck bagaimana bisa aku mempercayai perusahaan padanya, aku lebih percaya padamu Dion" ucap Ayah Jeffrey. Ibu Jeffrey yang ada di sana hanya sibuk makan berusaha tidak mempedulikan perkataan suaminya tentang anak kandungnya. Sudah sering pembicaraan ini dilontarkan oleh Jeffrey dan tetap saja Ayah Jeffrey memberikan warisannya kepada Jeffrey, karena dia tetap menyayangi putra semata wayangnya.

"Tidak, aku yakin Jeffrey dapat berubah, dia masih muda dan masih ingin bermain saja..tapi kalau sudah mengenai pekerjaan Jeffrey serius menanggapinya" ucap Dion.

"Apanya masih muda, dia sudah 27 tahun seharusnya sadar usianya bukan lagi usia remaja yang bisa bermain dengan bebas. Dia juga perlu memikirkan masa depannya"

"Sayang, tenanglah, ini masih pagi, lebih baik kita sarapan dengan damai dan mengganti topik lain" ucap Ibu Jeffrey yang sejak tadi hanya diam akhirnya mengeluarkan suara.

Sehabis makan pagi, Dion segera berangkat menuju perusahaan. Ia mencoba untuk menghubungi Jeffrey berkali-kali tetapi tidak ada jawaban dari pria itu. Sedangkan di kamar apartemennya Jeffrey masih asik di alam mimpi. Tidak ada tanda-tanda dia segera bangun meski ponselnya terus berdering.

Zoey yang ikut tertidur di sampingnya terpaksa terbangun untuk mengambil ponsel Jeffrey yang sangat berisik di atas meja nakas. Zoey membaca layar ponsel untuk melihat siapa pagi-pagi begini menelepon.

"Jeffrey, bangun Kak Dion menelepon" ucap Zoey menepuk punggung Jeffrey yang tidur telungkup.

"Hm"

"Jeffrey..! Ayo bangun kayanya penting abang lo telepon terus"

"Dia bukan abang gue"

Zoey menghela nafasnya. Ia juga masih mengantuk dan ingin tertidur kembali. Dengan mata yang masih terasa berat untuk terbuka, Zoey meletakkan kepalanya di atas punggung polos Jeffrey.

"Apa semalam lo marah karena Abang lo? Ada apa di acara makan malam?" Zoey bertanya sambil memejamkan matanya.

"Nggak ada, gue datang mereka sudah pulang" balas Jeffrey dengan suara seraknya. Ia membalikan badannya menjadi telentang dan meraih Zoey masuk ke dalam dekapannya.

Drriiing

Ponsel Jeffrey kembali berdering kali ini. Zoey yang masih memegang ponsel Jeffrey kembali melihat layar ponsel.

"Jeff, pacar lo telepon" ucap Zoey memberikan ponsel pada Jeffrey. Sekarang Jeffrey sedikit membuka matanya dan mengambil ponsel dari Zoey.

"Aku ingin hubungan kita berakhir sampai sini saja, terima kasih untuk selama dua bulan ini..tidak perlu menghubungiku lagi" ucap Jeffrey membuat Zoey membelalakan matanya terkejut dengan tingkah temannya yang memutuskan hubungan melalui ponsel. Tetapi dia teringat bahwa dia memang berteman dengan pria brengsek.

"Lo udah gila sih. Cepat bangun dan mandi. Lo harus pergi ke kantor kan" ucap Zoey memukul dada Jeffrey keras lalu, beranjak duduk mengambil asal pakaian yang ada di lantai untuk menutupi tubuh polosnya. Ia menemukan kemeja Jeffrey kemarin dan menggunakannya asal.

"Aretta" panggil Jeffrey membuat Zoey menolehkan kepalanya.

"Ada apa?"

"Ayo menikah" ucap Jeffrey. Zoey mengerjapkan matanya berkali-kali, dia masih belum sadar atau bagaimana?. Kenapa Jeffrey sangat random sekali.

"Mandi sana jangan bergurau saja" ucap Zoey melempar bantal mengenai wajah tampan Jeffrey. Ia kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar Jeffrey.

Like it ? Add to library!

Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Namnam_Meowcreators' thoughts