webnovel

Berharga

Mela Widia Astuti, merupakan anak tunggal dari Ibu Mayangsari .Ia mempunyai adik laki-laki yang masih kecil. Mereka hidup bertiga di rumah kecilnya. Kisah ini berawal dari pengalaman Mela yang sudah merasakan beban berat keluarganya. Mencari nafkah berdua bersama ibunya. Suatu ketika, Mela dilamar Seorang dokter muda yang baik hati dan tampan wajahnya. Dokter inilah yang sering membantu satu persatu masalah yang Mela hadapi. Namun, ada pertentangan untuk hubungan mereka. Mulai dari orang terdekatnya yang iri, keluarganya yang terhasut dan banyak hal yang Mela rasa ini bukan salahnya. Gadis bernama Mela inilah yang Setia memberikan dukungan moral, memberikan semangat yang terkobar pada temannya, namun mereka tidak tahu apa yang dialami oleh Mela di belakang layar. Sampai pada akhirnya, mereka menemukan pengganti derita yang Mela alami, Mela yang mampu merubah lara, asa menjadi tawa. Kini apa yang tidak diketahui temannya perlahan mereka pecahkan. Mela yang berkeinginan untuk lebih manjadi wanita yang kuat dari apa yang ia harapkan. Ingin menjadikan rasa yang tercipta dengan sederhana dan ,mengalir bagai air yang tenang.

Oktavianirianti · Teenager
Zu wenig Bewertungen
9 Chs

Pertemuan 1

Kring.. Kring..

Bel sekolah telah berbunyi, para siswa SMA Jakarta, segera berbaris rapi di lapangan utama guna melaksanakan upacara rutin hari senin.

Pagi ini Mela datang lebih pagi, tentunya melaksanakan piket terlebih dahulu sebelum upacara dilaksanakan. Selesai piket, Mela segera beranjak menyusul teman-temannya yang sudah berbaris di lapangan utama.

"Mel,...mel! "Teriak Rina salah satu teman Mela

" eh rin, gue baris dimana nih?" sahut Mela.

" terpaksa lo harus baris di paling belakang deh"

" yaudah sih syukur biar gue gak kepanasan" nyinyir Mela kali ini.

Dengan langkah gontai, ia segera mencari celah kosong untuknya berbaris di deretan belakang.

Dengan mata berbinar, ia akhirnya menemukan baris kosong untuknya.

"yah akhirnya ketemu juga tempat ternyaman kali ini." gerutu Mela

Cek ...cek ...123!

Bunyi speaker pemandu upacara kali ini, dipimpin oleh anak OSIS bernama Riska. Kecantikan Riska yang terpana membuat para lelaki SMA ini nyaris berebutan ingin baris di paling depan, maka tak heran jika para lelaki mengantri demi mendapatkan Cinta Riska si wanita jelita.

" Riska cantik banget ya, pasti banyak cogan ngedeketin, andai aku kaya dia". batin Mela

Tanpa sadar ada sepasang mata memperhatikan mimik wajah Mela yang berubah sayu dipinggirnya. Mela tidak tahu hal itu, tapi mata itu tak henti menatap apa yang ia lihat dan menakjubkan untuk hatinya kali ini.

KOMANDO SAYA AMBIL ALIH SIAP GERAK!!!!!.

suara menggelegar pemimpin upacara, membuat para siswa diam tak bersuara. Memperhatikan setiap gerak-gerik panitia upacara. Mulai dari tim obade, pembaca UUD, pembaca Ikrar dan pembaca Doa dan masih banyak lagi.

Penampilan mereka sungguh memukau bagiku, apa yang membuat para siswa takjub dengan yang disaksikan. Tapi semua itu tidaklah menarik untuk siswa-siswa nakal yang tidak pernah sekalipun mengikuti upacara hari senin.

35 menit berlalu, upacara dilaksanakan dengan khidmat. Tapi rasanya tenggorokanku kering, panas mulai menyengat, pening yang terasa di kepalaku semakin berdenyut menjadi-jadi. Rasa-rasanya Mela tadi tidak apa-apa. Apa ia lupa sesuatu ya?

Dalam hati berteriak, tangan menepuk jidat. Mela melupakan sarapan paginya, pantas saja ia terasa lemas kali ini, sepertinya aku haus juga.

"Sepertinya aku harus menyusul rina deh" lemas mela

Langkah demi langkah, Mela berusaha menyusuri celah untuk bisa maju kedepan menemui Rina temannya. Namun, langkahnya terhenti ketika pusing dikepalanya semakin menjadi, dadanya sesak tak karuan. Perutnya sakit. Pandangannya buram.

Brak...beberapa detik kemudian, Mela tak sadarkan diri, banyak suara jeritan dari pinggir meracau. Panggilan demi panggilan tidak tersahut oleh Mela. Mela pingsan dan ia segera di bawa ke UKS sekolahnya.

Dengan panik, Rina segera membawakan minyak kayu putih dan mencoba mendekatkan pada hidung Mela agar tercium baunya. Setengah jam Mela tidak sadarkan jua, dengan panik Rina segera berhamburan lari. Menemui dokter UKS nya.

"Dokter !!!!! DOK! teriak Rina kepada Dokter yang berada di ruangan kerjanya.

" Iya dek, ada apa panik begitu?,apa ada yang sakit? Sahut dokter

" ini dok, temanku belum sadarkan juga dari pingsan tdi pagi" cerocos Rina.

"Baik, mari kita periksa temanmu. "

Dengan cepat Rina berlari kembali dan dokter di belakangnya menyusul.

" Nah dok, lihatlah temanku. Cepatlah periksa ia! " perintah Rina

" iya dek, sabarlah! Saya akan ambilkan dulu peralatanku"

Dengan sigap, dokter pun segera memeriksakan keadaan Mela saat ini. Rina yang sedari tadi, tak bisa menahan air matanya karna khawatir yang menjalar jiwanya. Dari kejauhan, dibalik jendela UKS ini. Nampak seorang lelaki yang sedang memerhatikan Mela yang terbaring lemah di kasur dalam UKS. Wajah pucatnya tak pernah menghilangkan kecantikan Mela bagi lekaki ini. Dengan segera, lelaki ini pergi meninggalkan tempat tersebut dan entah pergi kemana tujuannya kali ini. Mungkin takut ketahuan Rina di dalam.

" ekhem,, sepertinya temanmu ini belum sarapan deh" sahut dokter.

"Memangnya kenapa dok sampai ia harus pingsan lama seperti ini?" ringis Rina menjawab

"Temanmu ini mengidap asam lambung, makanya ia lemas dan sepertinya dia sesak ulu hatinya. Karna rata-rata asam lambung ini jika telat di isi akan menyebabkan lemas, pusing, nyeuri ulu hati, dan tentunya nyeuri pada bagian lambungnya. Dan kemungkinan juga dia kecapean sehingga kondisi saat ini, sangatlah wajar ia belum sadarkan diri. " jelas dokter panjang lebar.

" jadi saya harus bagaimana dokter?" cemas Rina

" Kamu tunggu saja temanmu disini, siapkan air hangat untuknya setelah sadar nanti. Dan berikan ia makanan agar perutnya terisi". Perintah dokter hati-hati.

"Baik dok terimakasih, tapi dok jika ada apa-apa boleh saya panggilkan dokter kembali?" ucap Rina.

"Tentu saja boleh, kebetulan saya sedang tidak sibuk juga hari ini. Panggilkan saya saja jika ada apa-apa." Sahut dokter.

Dokter pun segera meninggalkan tempat tersebut dengan tenang. Harapannya semoga siswa yang pingsan tadi segera lekas sadarkan diri. Tak mau berlama-lama ia segera masuk ke dalam ruangannya.

"Agrhhhhhh sakit." rintihan serak terbata

"Mela? Lo udah sadarkan diri?" sahut Rina.

"Gue dimana Rin?"sahut Mela

"Lo di UKS, tadi lo pingsan. Makanya lo ada disini. Lagian lo kenapa sih gak sarapan dulu? Jadikan ke gini." marah Rina

"Gue kesiangan tadi, dan piket dulu" sahut lemas Mela.

"Makanya jangan kemaleman tidurnya"tegas Rina

"Iya sih, cuman gimana lagi Rin. Gue gak tega liat ibu gue nyiapin barang dagangannya untuk jualan besok. Kan lo juga tau Rin, gue pulang sekolah pun. Bantu-bantu dulu ibu sampe maghrib. Pulangnya bantuin ibu beres-beres buat besoknya. Terus gue kan belajar juga buat sekolah besok. Masa iya gue lupain tanggung jawab gue sebagai siswa." ucap Mela dengan sedih

"..mm maaf Mel. Gue gak maksud buat lo sedih. Cuman gue khawatir aja soalnya kata dokter tadi, lo tuh kecapean dan lo makannya gak teratur kan?" ucap bersalah Rina

"Iya gapapa Rin. Iya gue pasti kecapean juga akhir-akhir ini. Soalnya ya mau gimana lagi Rin, gue juga sekarang bukan anak kecil yang bisanya minta uang jajan" sahut Mela.

"Ok ok Mel. Kali ini gue tau apa yang lo rasain, dan gue kagum sama lo. Lo hebat gak pernah malu dengan apa yang lo punya dan lo berjuang demi keluarga." Ucap Rina bangga

"Yaiyalah emgnya elo yang manja minta ini itu sama mamih papih lo ,kalo gak diturutin bisa-bisa lo nangis kejer-kejer di lantai. Hahah" sahut Mela

"Dasar lo kejem... Temen ko gini banget ya Allah. Gue sumpahin ya besok cantik loh jadi ada di gue" timpal Rina

"Emang bisa??" sahut Mela tak mau kalah.

"Yah bisa lah, tinggal gue robek aja tuh muka, trus gue tempelin ke muka gue biar cantik luar biasa...." sahut Rina

"Itumah bukan nambah cantik ke elonya.. Yang ada jijik tau. Masa muka gue dirobek trus lo tempelin ke muka lo? Darah yang ada bercucuran di muka lo" timpal Mela

"Ehiyah juga ya, ah yaudah tinggal operasi plastik aja beres. Kan nanti glowing kaya Mis-mis korea" sahut Rina tak mau kalah.

"Iyadeh terserah lo! " pasrah Mela

" hahaha.. Eh Mel udah makan dulu nih, kebetulan gue tadi disuruh dokter ganteng beli makanan ini buat lo dan minum tuh obatnya" perintah Rina.

"Dokter ganteng mana maksud lo? Bukannya dokter disini semua cewe ya? Ucap Mela

"Euh lo mh kudet. Makanya jangan baca novel teroooossss kali-kali mah uptodate sama berita sekolah. Masa lo ga tau sama tuh dokter ganteng?" cerocos Rina

"Emang gue mh kudet. Dan gue gak peduli sama tuh dokter. Yah syukur lah kalo di sekolah ini ada dokter cowoknya. Biar temen-temen cowo kita gak pada ngibul sakit alesannya, padahal ingin diperiksa dokter cantik" celetuk Mela

"Ya sih emang bener juga tuh." setuju Rina

"Yaudah lo sambil makan nih, dan nanti lo bilang makasih sama dokter ganteng itu. Kan dia udah meriksa lo" perintah Rina

"Ah males gue. Gak papa lah gk bilang terimakasih juga, toh dia kan emang tugasnya meriksain yang sakit" tolak Mela

"Yey lo mh dasar. Yaudah makan dulu nih" perintah Rina

"Iyaiya makasih sayangku" manja Mela

"Lebay! " timpal Rina

Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi. Sampai tak sadar jika Mela dan Rina banyak memakan waktu di UKS hari ini, mereka ketinggalan banyak pelajaran hari ini. Tapi untunglah mereka dimaklumi. Namun bagi mereka ada untung ruginya. Untungnya bebas dari pelajaran, apalagi pelajaran hari ini matematika di jadwal utamanya,kemudian bahasa inggris lalu biologi di jam berikutnya. Tapi ruginya, mereka gak akan tahu apa pembahasan yang di dapat. Sebencinya mereka pada hitung-hitungan dan fasih berbicara bahasa inggris. Tapi itu tidak menjadikan mereka lengah terhadap kewajiban sebagai siswa. Bagi mereka, pengetahuan itu tidak boleh dilewatkan. Bisa saja apa yang kita tidak suka, justru hal yang istimewa untuk kita nantinya. Tapi bagi Rina kali ini, Mela yang utama. Tidak peduli ia ketinggalan banyak pengetahuan di kelasnya. Karna baginya, Mela sangatlah penting. Rasa khawatir untuk Mela tidak akan bisa terbayar oleh apapun. Melihat Mela sudah baik-baik saja, membuat Rina senyum bahagia. Setidaknya ia bisa mendengarkan ocehan Mela yang menyebalkan.

"Rin!".panggil Mela

"Hmmm" sahut Rina

"Lo gak ke kantin apa? Ini udah bel istirahat loh, lo kan belum makan apa-apa" tanya Mela

" kan gue nungguin lo, gapapalah bentar lagi aja. "Timpal Rina

"Udah sana kantin dulu, gue udah gapapa kan. Lagian gue udah makan juga, mending giliran lo makan dulu sana." perintah Mela

"Yaudah sist, gue ke kantin dulu. Ehiyah lo jangan dulu kemana-mana! Nanti lo harus bareng gue ke kelasnya." tegas Rina

"Yaudah sana kantin dulu! " perintah Mela

"Iya-iya tuan puteri" sahut Rina

Dengan perasaan malas, Rina segera ke kantin untuk makan. Sebenarnya ia tidak mood untuk makan. Melihat temannya sudah makan, ia merasa kenyang. Tapi apalah daya, ia tidak bisa membantah perhatian temannya itu kepada Rina. Baginya, Mela adalah teman yang sudah diangaap keluarga.

"Rina! " Teriak Jian

"Apa??" lemas Rina

" Si Mela gimana?" tanya Jian

"Gak gimana-gimana" sahut Rina.

"Maksud gue tuh Mela udah sadar apa nggak?"

"Ohhh" jawab Rina bodoamat

"Ih bego lo,, gue nanya malah oh" kesal Jian

"Iya Mela udah sadar ko," jujur Rina

"Nih si Anshari cemas daritadi, katanya dia pengen jengukin tapi malu. "Celetuk Jian

"Apaan sih lo Ji." marah Anshari

"Yah emang lo daritadi khawatir kan sama si Mela?" tebak Jian

"Sotoy lo! "Kesal Anshari.

"Emang faktanya" bangga Jian

"Serah lo" sahut Anshari.

Dengan lahap, Rina segera menghabiskan makannya. Padahal dia tadi merasa tidak mood makan. Tapi setelah melihat bakso pedas ini, rasanya ia tidak mau melewatkan untuk melahapnya. Memang benar ya, moodnya cewek tuh rata-rata kalo sama pedes pasti doyan.

"Ko masih pusing ya kepala gue" ringis Mela

Ya, sejak tadi sadarkan diri, Mela masih merasakan pusing yang menjalar. Mungkin karna ia juga baru kali ini kecapean berat.

Dengan hati-hati, ia mencoba turun dari ranjang kasur tersebut. Berniat ingin ke kelas sendiri. Meskipun perintah Rina ia harus menunggunya. Namun, rasanya ia tidak mau merepotkan temannya itu lagi.

"Pelan-pelan deh ya mungkin" ucap Mela pada dirinya.

Tanpa sengaja, Mela menginjak tumpahan air di lantai. Dan.

"Arghhhh. "Teriak Mela

Namun sebuah tangan segera menangkap tubuh Mela yang hampir terjatuh terpeleset ke lantai. Mela masih saja menutup matanya, karna yang ia rasa jika dirinya sudah terjatuh. Namun ia tidak sadar, jika dirinya sedang di selamatkan.

Detik kemudian, Mela membuka matanya takjub. Ketika matanya bertemu dengan sebuah mata meneduhkan. Ia kaget melihat sosok pria sedang memegang tubuhnya. Dengan segera ia melepaskan diri dari sosok pria tersebut. Namun nihil, tangannya sangat kuat. Kekar yang tidak bisa dikalahkan tangan Mela. Dengan pasrah Mela membuka suara

"maaf, anda siapa ya? Dan lepaskan saya" timpal Mela

"Saya dokter disini dek, ehiyah maafkan saya. Habisnya kamu tadi nyaris terjatuh. Jadi saya dengan sigap menangkap tubuhmu dek." sahut dokter

Ya, yang menolong barusan itu dokter ganteng yang dikatakan Rina tadi siang.

"Eh iya dok makasih sebelumnya, saya tadi terpeleset, makasih udah nolongin saya. Dan makasih juga udah meriksain saya tadi." malu Mela

"Sama-sama dek. Ohiya kamu mau kemana? Kamu kan harus istirahat dulu, asam lambungmu naik, makanya kamu lemas jadi pingsan" sahut dokter

"Saya mau ke kelas dok," jujur Mela

"Boleh saya antarkan?" tanya dokter

"Tidak usah dok, saya bisa sendiri ko" tolak Mela

"Yasudah, daripada kamu nanti terjatuh pingsan lagi bagaimana?? Mending saya antar kamu" tawar Dokter

"Mm, tidak usah dok. Lebih baik saya tunggu saja teman saya datang" tolak lagi Mela

"Mm baiklah klo begitu. Saya boleh tanya?" sahut dokter.

"Boleh dok"

"Nama kamu siapa?".tanya dokter

"Nama saya Mela Widi Astuti." jawab Mela

" kelas berapa kamu disini?" tanya lagi Dokter

" sa...Saya kelas XI dok" jawab Mela

Dengan gugup, Mela merasakan detak jantungnya tak beraturan. Baru kali ini, ia berbicara dekat dengan seorang pria tak dikenalnya. Ia sedikit was-was dan berusaha sopan dihadapan beliau. Karna menghormati sesama itu perlu. Apalagi dokter ini diatas umurnya .

"Dokter kenapa masih disini?" tanya Mela

Dokter pun melirik Mela yang sedang bertanya padanya.

"Oh ini saya kebetulan mau menyimpan obat-obat keperluan siswa yang sakit. Dan sekalian menemanimu" sahut Mela

Blushhhhhh.. Pipi Mela merona seketika. Entah apa yang ia rasa, ucapan dokter itu mampu membuatnya malu terkesima. Pikirannya mendadak tidak normal, bibirnya kelu untuk menjawab.

"Mm hhe" ucap malu sang dokter

"Dokter ko masih muda tapi sudah bisa menjadi dokter. Memangnya umur dokter berapa?"tanya Mela

"Kebetulan setelah lulus sekolah, saya langsung ambil kedokteran dan saya kuliah hanya beberapa tahun sih, umur saya baru 25 tapi saya masih kuliah lagi untuk menyandang gelar S2" ucapnya

"Wah hebat dokter,, masih muda sudah mau S2" sahut Mela takjub.

"Hhe biasa saja, ini semua berkat kerja keras selama ini, dan tentunya Ridho orang tua yang selalu menyertai saya" ucap malu dokter

Hening... Seketika mereka diam tak bersuara. Saling memikirkan apa yang da di otaknya. Ragu untuk bertanya kembali, malu jika bersuara kembali. Selang beberapa menit, Rina menyadarkan lamunan mereka.

"Duarrrrrrr.... !" teriak Rina

"Astagfirullah! "kaget Mela

"Ahahahhaha lo kaget Mel?" bahagia Rina

"Dasar lo nyebelin deh.. Udah tau temennya lagi masih sakit, malah dikagetin" kesal Mela

"Iya iya maaf tuan puteri, habisnya melamun terus sih. Kan jadinya gemesin buat dikagetin" tawa Rina menjadi

Tanpa sadar, Dokter membuka suara

"Tuh temannya sudah kembali, segeralah kalian ke kelas kalian. Belajarlah dengan giat. Dan fokuslah memperhatikan guru yang sedang menerangkan" tegas Dokter

"Eh dokter ko ada disini ?" tanya sekaligus kaget Rina

"Kebetulan saya sudah menyimpan obat-obatan untuk siswa, dan menemani temanmu".ucap dokter

"Cie... Kayanya ada rasa nih" goda Rina "Ih apaan sih lo,, yuk ke kelas" ajak Mela

"Ahaha. Iya iya yuk tuan puteri" goda Rina

"Baiklah kalo begitu, kami pamit dokter" ucap Mela pada sang dokter.

"Iya silahkan. Hati-hati" sahut dokter.

Mereka segera berjalan keluar ruang UKS menuju kelasnya. Tak sadar jika sang dokter tengah tersenyum melihat punggung dari pemilik tubuh mungil itu, yah Mela Widi Astuti. Wanita yang telah menarik hatinya sang dokter.

Setibanya di kelas, teman-teman kelas segera menyambut Mela dengan wajah panik.

" Mela" panggilan dari teman-teman kelas

"iyah teman-teman, ada apa?" sahut Mela

"lo udah baikan sekarang?"tanya mereka.

"Menurut lo?" timpal Rina

"yah menurut kami, Mela udah baik-baik saja" syukur mereka

"yah terus buat ape lo nanya? kan lo tau keadaannya sekarang kan. kalo pun lo mau nanya keadaan cara lo salah" tegas Rina

"udah-udah Rin, kalian jangan berdebat!" perintah Mela

"ya abisnya gue kesel Mel,, udah tau keadaan malah nanya ke gitu. kan salah ya" ketus Rina

"udahlah gapapa," tegas Mela

Brughh.....

"Heh gays! guru Fisika gak masuk" teriak Dona si alayers kelas XI IPA 1.

" wah beneran lo??" timpal Rina

" iye beneran, kapan gue boong? " sahut Dona.

" Wah kita foto bareng yuk sekelas! " ajak Jian

"wah bener juga tuh buat kenang-kenangan" setuju Mira teman Dona

" gimana Mel, lo setuju?" tanya Rina

" terserah kalian lah" pasrah Mela

" yaudah yuk siapin inframenya, dekornya bagian cowo, hiasnya bagian cewe" tegas Anshari

"ok siap bos" sahut Jian dan teman-teman yang lain

Dengan semangat, mereka semua saling gotong royong menyiapkan segalanya. Mulai dari para cewe yang sibuk berdandan, sibuk menghias kelas dan banyak lagi. Juga para cowo yang tengah sibuk angkat junjung mendekor dari ujung ke ujung kelasnya.

"Mel, lo diem aja disitu. duduk aje lo mah" suruh Rina.

"iya iya" pasrah Mela

Tak sengaja, Anshari mendekati Mela. Ia membawa sebotol air mineral untuknya.

" ekhem. lagi apa Mel?" tanya Anshari hati-hati

"menurut lo, gue lagi apa?" tanya Mela balik

"lagi diem" jawab Anshari

"iya itu tau" ketus Mela

ya Mela memang tidak terlalu dekat dengan para cowo di kelas. sekalinya dekat pasti zutex. Namun, disaat mood nya baik, Mela kadang bergabung dengan para cowo di kelas. Mungkin saat ini kondisi tubuhnya lemas, malas berbicara rasanya. Tapi Anshari sepertinya mengerti.

"yey akhirnya background nya udah jadi gays" Rina dan Dona bersamaan.

"Mau gimana nih pose kita nya? tanya Jian

"Jungkir balik" kesal Rina

"emang lo mau?" tinpal Jian.

"lo aja sendiri." Ketus Rina tak mau kalah.

" Yang nyuruh jungkir balik kan lo bego" kesal Jian.

"Yah abisnya pertanyaan lo tuh aneh banget tau gak, ya kalo mau foto mh ya foto bebas. mau pose ke gimana pun ya terserah lo" jelas Rina

" Yeh lo mah gk peka Rin, maksud gue tuh. Gaya formalnya mau ke gimana? biar sama dan kompak" Perjelas Jian

"ngomong dong dari tadi ke" sahut Rina

"Dasar lo.. makanya kalo abang lagi jelasin tuh dengerin, bukan main timpal aja" sahut Jian

"abang pala lo" kesal Rina

"Udah-udah diam sih,, kalian ribut mulu hobinya. udah jodoh baru tau rasa lo" Tegas Mela

"Ih amit-amit deh gue" jawab Jian dan Rina bebarengan.

"tuh kan jodoh mh udah keliatan dari kesamaannya" sahut Mela

"Serah lo" sahut Jian dan Rina bebarengan kembali

"Hahah kan kan kan apa gue bilang" ucap Mela

Mereka langsung menutup mulutnya, agar tidak kembali bersuara bareng.

Kini tampak jelas kesibukan mereka menghias diri, ada yang berdandan, merapihkan pakaiannya dan mereka segera memilih tempat duduknya masing-masing.

"Hey anak-anak, sepertinya udah mau bel pelajaran selanjutnya deh" ucap Mela khawatir

"Lo lupa Mel?" Sahut Jian

"Lupa apanya?" Jawab Mela

"Kan gurunya lagi pada rapat dadakan semuanya. Jadi kita kosong sampe bel pulang."

"Oh gue baru tau kalo hal itu" sahut Mela

"Iya kan lo tadi di klinik" timpal Dona

"Yaudah yuk mulai" ajak Anshori

"Yuk!" serentak mereka

Kini mereka memulai jepretan demi jepretan, dengan gaya yang aneh, unik, lucu, cantik, ganteng, dan masih banyak lagi. Mereka sungguh senang dengan hal ini. Tidak menyangka akan mendapatkan waktu banyak hari ini. Momen yang tidak kalah menarik dari sebelumnya, setidaknya momen kali ini dapat menjadi hal yang terkesan setelah mereka lulus nanti.

"Kayanya udah cukup deh kita foto-fotoan nya. Udah mau bel pulang nih. Kita beres-beres dulu gimana gays?" Sela Rina

"Iyah nih pada acak-acakan semua tempat duduk kita. Kita beresin sama-sama aja kali ya biar cepet" Ajak Mela.

"iya bener yang dikatakan Mela.. lebih baik kita bagi-bagi tugas lagi. yang nyapu dan lain sebagainya. biar kita semua rata kebagian" timpal Anshari.

"Yaudah mulai" sahut Jian

10 menit berlalu, mereka yang telah sibuk membersihkan ruangan kelasnya, kini berubah rapih seperti sedia kala. sampah yng berserakan bekas kertas, mereka rapihkan kembali dan dibuang ke tempat sampah. Kursi yang di tingkat-tingkatkan bekas mereka duduk berfose sana-sini, kini telah rapi kembali sesuai jejeran pada awalnya.

"ok sip selesai juga, yuk kita pulang!" ajak Rina

"yaudah yuk cape gue" sahut Dona

Mereka segera bubar dan berpencar ke sembarang arah, ada yang menunggu jemputan, ada yang membawa kendaraan. dan ada yang naik angkutan umum. Variasi siswa zaman ini, tidak ada hal yang istimewa seperti dulu, mungkin zaman sekarang pulang pun sangat dimudahkan dengan fasilitas kendaraan. Meskipun berbayar tapi itu memudahkan untuk para pejalan kaki. Beda lagi dengan masa-masa dulu, kata ibuku, dulu tidak seperti sekarang ini. Untuk siswa, pekerja, pedagang, mereka kebanyakan jalan kaki dari rumahnya ke tempat tujuannya. Maka tak heran jika orang tua zaman dulu kuat-kuat hingga sekarang. Mungkin mereka lebih dekat dengan alam, kaki yang senantiasa menyapa jalan setapak setiap paginya hingga larut malam. Sungguh luar biasa, aku bangga kepada mereka. Semoga pengalaman orang-orang dulu, bisa kita rasakan saat ini, setidaknya kami bisa merasakan bagaimana hidup dengan kesederhanaan.

"Akhirnya sampai juga" keluh Mela

Saat ini Mela sudah berada di halaman rumahnya, dengan langkah gontai ia segera berhamburan masuk dan mengetuk pintu rumahnya saat ini.

"Tok. Tok. Tok. Assalamualaikum bu?? " panggil Mela

"Bu?? Tok. Tok. Tok" panggil Mela kembali

"Pada kemana ya ade sama ibu?" tanya Mela sendiri

DRT... DRttttt

Bunyi ponsel menandakan sebuah panggilan masuk,

Dan nomor yng tertera adalah nomor ibunya. Diangkatnya ia dan segera menjawab telfon dari ibunya dengan penasaran.

"Bu? Ibu sedang dimana? Ko dirumah tidak ada siapa-siapa?" tanya Mela beruntun

"Iya nak maafkan ibu, ibu masih di pasar toh, kamu bawa adimu toh di rumah nenek, kunci ibu titipkan juga ke nenekmu nak." jawab ibu

"Baik bu" sahut Mela

Dengan segera, Mela beranjak dari rumahnya dan membawa adiknya pulang. Semenjak ibunya berdagang di pasar, mereka kesusahan mengurus adiknya Mela.. Oleh karena itu, ibunya terpaksa menitipkan sang adik Mela kepada neneknya Mela. Walaupun sedikit malu, namun daripada di bawa berdagang lebih bahaya nantinya.

"Assalamu'alaikum" panggil Mela sambil mengetuk pintu rumah neneknya.

"Waalaikumsalam. Eh nduk kamu baru pulang sekolah toh? Tanya nenek

"Iya nek, sekalian ini mau bawa kunci sama jemput Ade" sahut Mela

"Masuk dulu nduk, makan dulu disini. Nenek sudah masak buat kamu, karna nenek yakin pasti kamu akan kesini jemput ademu ini" suruh nenek

"Tidak usah nek, sangat merepotkan sekali."

"Gapapa nduk, sini masuk dn makanlah sedikit"ajak Nenek

"Yasudah baiklah nek terimakasih" ucap Mela malu

Dengan terpaksa, Mela menuruti kemauan neneknya saat ini, ia segera memakan hidangan neneknya. Dan berusaha sopan di hadapan neneknya.

Ada perasaan canggung dalam hatinya, perasaan yang sudah lama ingin ia rasakan, namun semenjak ayahnya meninggal. Ia menjadi jarang menengok neneknya karna kesibukan tugas sekolah dan membantu ibu di pasar. Neneknya saat ini merupakan ibu dari ayahnya, asli orang Yogyakarta. Namun menetap di Jakarta karna ikut dengan sang ayah merantau kesini. Itulah pertemuan awal ibu dengan ayah disini. Di ibukota metropolitan.

"Alhamdulillah sudah habis nek, kenyang sekali perutku" ucap Mela tiba-tiba

"Alhamdulillah nduk, sini biar nenek bereskan".ucap nenek

"Tidak usah nek, biar Mela saja. Ini kewajibanku sebagai cucu mu nek"sahut Mela

"Yowis lah cucuk kesayangnyan, terimakasih" ucap nenek.

Dengan perasaan lega, Mela akhirnya dapat merasakan kehangatan dengan sang nenek kembali. Rasanya ia berdosa tidak pernah berkunjung kesini. Ia berjanji setelah ini, ia akan sering berkunjung ke rumah neneknya ini. Setidaknya ia akan kembali merasakan kenangan habgat di rumah ini bersama ayahnya dulu.

"Nek sudah aku cuci piringnya, aku harus pulang sekarang sepertinya ibu sudah mau pulang kalo jam segini" ucap Mela akhirnya.

"Yasudah hati-hati bawa adikmu. Gendong saja adikmu nduk, dia baru bangun tidur takutnya jatuh kalo disuruh berjalan" suruh nenek

"Baiklah nek kalo begitu Mela pamit dulu, dah assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, jangan lupa sering mampir kesini ya!" perintah nenek

"Iya nek siap" sahut Mela

Ketika di perjalanan kerumahnya, Mela dan adiknya tidak lepas dari pengawasan mata para tetangga. banyak menatap iba pada Mela dan adiknya dan juga menatap caci pada mereka juga.

Entah apa dosa keluarga Mela pada mereka, rasanya mereka tak segan memberikan sapaan baik dan menyantunkan rasa sopan. Mungkin, ada kata yang tak sengaja menyakiti para tetangga atau mereka yang memang tidak suka terhadap keluarganya?. Wallahu, semoga tidak ada yang menjadikan kami musuh abadi. Tapi kami dijadikan saudara yang saling melengkapi satu sama lain.

"Ade kamu haus ya?"tanya Nela pada adiknya.

"Na minum ucu ta" ucap adiknya

"Menggemaskan sekali kamu de, rasanya beban beratku hilang seketika jika kamu selucu ini" haru Mela

"Na mbu, mbuu nana??"maksud dari pertanyaan adikuu itu dimana ibu. Kalian tau lah ya, gimana jika anak kecil masih balita saat berbicara. Sungguh menggemaskan bukan?

"Ibu sebentar lagi pulang sayang,, kita istirahat saja ya."sahut Mela ada adiknya.

Sesampainya dirumah, Mela segera meletakkan adiknya di tempat tidur. Dan Mela segera menyiapkan perlengkapan mandi adiknya itu, ia tidak mau jika nanti menyisahkan ibunya. Ia berinisiatif memandikan adiknya saat ini.

"De mandi ya bentar sama kaka" ucap Mela pada sang adik

" ma tata??"tanya adik

"Iya sama kaka de" jawab Mela

Dengan asyiknya sang adik ketika kakanya memandikan ia,, tawa ceria sang adik penuh dengan gembira menutup luka Mela. Ada ingat pada ayah, ada ingat pada ibu. Dua hal yang menjadikannya penguat tersendiri. Dia ingin menjadi anak kebanggaan selamanya, tidak menyusahkan, tidak membebankan. Harapan yang penuh dengan asa, ia ubah penuh dengan semangat yang membara. Tidak pernah sedikitpun kecewa dengan kenyataan dirinya dan ibunya saat ini.

Mela merasa beruntung tengah dilahirkan di keluarga sederhana, setidaknya ia tidak akan menjadi anak pembangkang terhadap orang tuanya kelak. Ia cukup sederhana dengan penuh kesopanan dan dilingkupi orang-orang tersayang.

"Assalamualaikum, Mel kamu dimana?" panggil ibu di ambng pintu luar

"waalaikumsalam bu, masuklah. Mela sedang memandikan Ade"teriak Mela di belakang

"iya Mela ibu dibelakangmu" sahut ibu

"loh ibu ko udah ada disini?" kaget Mela

"Ibu sudah tau pasti kamu sedang di belakang" yakin ibu

"lah ibu kirain masih diluar"sahut Mela

"hhe" jawab ibu

"uhhh anak ibu sedang mandi toh?" tanya ibu pada ade

"mbu cini mbu,, mandi nana bebek" ocek sang bayi

"lucunya anak ibu ini" gemas ibu

"aku juga lucu ibu" cemburu Mela

"iyah kalian berdua lucu-lucu pokonya anak ibu paling lucu sedunia deh" jawab ibu jujur

"makasih ibu" peluk Mela pada ibu.

Mela sungguh senang dengan apa yang ia rasakan saat ini, kebahagiaannya kali ini tidak akan terganti oleh apapun. meskipun kami tinggal hanya bertiga, tapi itu tidak menutup kemungkinan canda tawa hilang seketika. kami hanya butuh kedamaian waktu dan rasa yang menyatu.

** ***

next ya gays, sedikit dulu. ngetiknya membutuhkan banyak energi. wkwkwkw thanks yang udah baca. secepatnya aku nambahin chapter deh. hhe