Vernon menerima tumbler tersebut. Dia menatapnya sejenak dan kemudian menatap Chloe, yang tersenyum padanya.
Tangannya gemetar saat dia mencoba sekuat tenaga untuk menahan diri. Dia harus kuat. Dia tidak ingin dilihat sebagai pria lemah yang dengan mudah bisa diberi pengaruh meskipun istrinya berkhianat padanya.
"Kamu ... kamu tidak perlu melakukan ini. Saya tidak membutuhkannya," kata Vernon sebagai upaya terakhirnya untuk menunjukkan kepada Chloe bahwa dia bukan orang yang bisa dia beri pengaruh.
"Eh? Kenapa?" Chloe memiringkan kepalanya. "Kamu selalu suka kombinasi pisang-apel dalam smoothie atau jus. Apakah kamu mengubah selera sekarang? Katakan padaku apa yang kamu suka, jadi aku bisa membuatnya untukmu."
"Tsk!" Vernon tidak bisa melakukan ini. Dia tidak bisa menangani kelembutan Chloe saat dia seharusnya marah.
Setiap kali dia tersenyum dan menatap dia dengan mata jelita yang manis, Vernon merasa dia bisa menyerah dengan apa pun asalkan Chloe ingin tinggal bersamanya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com