webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Teenager
Zu wenig Bewertungen
430 Chs

Bab 50 Bos Baik

Hari ini Bela sudah dibolehkan pulang ke rumah setelah seharian kemarin dirawat di rumah sakit. Jujur Bela merasa tidak enak hati bila berlama-lama di rumah sakit karena biaya rumah sakitnya dibayarkan oleh Bu Mery. Menurutnya Bu Mery begitu baik sekali dengannya. Padahal dia juga sadar diri kalau dirinya hanyalah seorang karyawan di restaurant bosnya itu.

Untungnya hari ini dia dibolehkan pulang, jadi dia tidak mau membuat Bu mery harus merogoh saku lumayan dalam hanya untuk membiayai biaya rumah sakitnya. Meskipun Bu Mery terbilang orang kaya dan pasti tidak akan kerasa bila membayarkannya.

"Ayo kita pulang Bel."Bibi Devi setia menemani Bela di rumah sakit.

"Ya bi."Bela siap-siap bangkit dari kasurnya.

"Syukurlah kakak sudah sembuh total hari ini. Jadi kita bisa pulang ke rumah."ucap Rian sambil menatap wajah Bela dengan penuh riang.

"Ya dek. Kakak sudah kangen sama suasana rumah."ucap Bela sambil mengepalkan tangannya. Kali ini Bela sudah merasa enakan.

Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama keluar dari rumah sakit. Tidak lupa bibi Devi dan Rian bahu membahu untuk menuntun dan mendampingi Bela berjalan meninggalkan rumah sakit itu. Keadaan Bela yang baru sembuh itu masih membuat mereka khawatir untuk melepaskan dan membiarkan Bela berjalan sendirian.

"Makasih, kalian sudah menemaniku di hari-hari susahku kemarin."batin Bela dalam hati sambil melihat bibi Devi dan Rian yang sedang memegang tangannya ketika berjalan.

"Kita naik taksi saja."ucap Bibi Devi. Mereka bertiga sudah berjalan ke pinggir jalan depan rumah sakit yang langsung menghadap jalan raya besar.

"Bukannya mahal bi. Naik angkutan umum saja."Bela langsung protes.

"Jangan nanti kamu nanti nggak nyaman."Bibi Devi tetap kekeh dna mencari taksi yang sedang lewat di depan mereka.

Bela hanya bisa diam saja. Tapi dalam hatinya merasa bangga karena bibinya begitu perhatian sekali terhadapnya. Ditengah keadaannya yang sedikit uang tapi Bibi Devi tetap menomor satukan kenyamanannya. Bela tahu kalau Bibi Devi sedang tidak banyak uang karena tidak ada pemasukan. Dia tidak tahu kalau kemarin bibinya sampai berjualan keliling sama seperti dirinya untuk membayar biaya cek kesehatan.

Beberapa menit mereka menunggu di pinggir jalan sembari mencari taksi yang lewat, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah warna putih yang tidak asing bagi mereka terutama Bela. Mobil tersebut tepat berhenti di depan mereka sedang berdiri.

"Kalian ngapain disini?"tiba-tiba kaca mobil itu terbuka dan terlihatlah Bu Mery yang sedang menyetir mobil itu berbicara kearah mereka.

"Bu mery."ucap Bela sambil melihat kearah Bu Mery yang sedang duduk di dalam mobil.

"Ibu itu."batin bibi Devi dan Rian dalam hati sambil melihat kearah Bu Mery juga.

"Ayo naiklah kemobil saya."ajak Bu Mery dari dalam mobil itu.

Akhirnya Bela dan adiknya beserta Bibi Devi masuk ke dalam mobil mewah itu lagi. Karena Bu Mery memaksa jadi mereka tidak bisa menolaknya lagian mereka juga sedang membutuhkan tumpangan. Taksi yang ditunggu-tunggu mereka belum kunjung muncul juga. Dan itu bisa menghemat pengeluaran Bibi Devi. Dalam hatinya tentu tidak enak bila menaiki mobil itu karena Bu Mery sudah banyak membantu mereka. Tapi mau gimana agi Bu Mery sendiri yang selalu memaksa mereka.

Berkali-kali Bela mendapatkan bantuan dari Bu mery. Sehingga membuatnya jadi canggung bila bertemu dengan Bu Mery. Bahkan sekarang dia juga sedang dibantu Bu mery lagi.

"Bel, bos kamu itu baik sekali sama kamu."bisik Bibi Devi ke telinga Bela dengan diam-diam. Bela dan bibinya duduk bersebelahan di kursi belakang sedangkan Rian duduk didepan sebelah Bu mery.

"Ya bi."Bela mengakui kalau bosnya itu memang baik dengannya selama ini.

"Kalian ini kenapa keluar dari rumah sakit? Berdiri di pinggir jalan segala lagi. Memang kamu sudah sembuh total Bel?"tanya Bu Mery sambil melihat kearah spion diatasnya yang memperlihatkan Bela sedang duduk dibelakangnya.

"Kak Bela sudah ddiizinkan pulang oleh dokter bu. Kakak sudah sembuh makanya dibolehkan pulang hari ini."Rian menjawabnya.

"Lho sudah boleh pulang. Sudah sembuh total?"Bu Mery kaget.

"Ya Bu. Bela sudah sembuh jadi boleh pulang kata dokternya."Bibi Devi menambahkan.

"Syukurlah. Saya jadi senang mendengarnya."

"Makasih ya bu sudah bantu bayarin biaya rumah sakit saya kemarin. Nanti kalau saya sudah ada uang saya akan mengganti uang ibu."ucap Bela dari kursi belakang.

"Nggak usah. Itu untuk kamu."Bu Mery langsung menolaknya.

"Tapi bu itu kan banyak."Bela belum tahu biaya rumah sakitnya berapa. Tapi menurutnya pasti mahal secara kamar rumah sakitnya itu terbilang mewah. Kamarnya hanya diisi satu orang saja yaitu dirinya seorang.

"Nggak. Itu sebagai ungkapan terima kasih saya kemarin karena kamu sudah mau mengembalikan dompet saya yang jatuh. Saya nggak bisa bayangin kalau dompet saya hilang kemarin. Secara banyak asset berharga disana."ucap Bu Mery sambil menyetir.

Bela tidak menyangka kalau perbuatannya kemarin bisa membuat Bu Mery berhutang budi padanya. Secara dia kemarin ikhlas dan tulus membantu tanpa mengharapkan imbalan lebih. Tapi sekarang apa yang dia dapatkan justru diluar dugaannya.

Semua biaya rumah saktinya telah dilunasi oleh bosnya itu. Hanya karena kemarin dirinya membantu bosnya. Dia merasa senang dan lega karena disaat dia susah giliran ada orang yang baik mau membantunya.

Akhirnya Bela diantarkan sampai depan gang rumahnya. Bu Mery juga terlihat ikut mampir ke rumah Bela. Ini kali pertamanya buat Bu Mery bertamu di rumah Bela. Berhubung untuk sampai di rumah Bela harus melewati gang sempit jadi mau tidak mau mobil Bu Mery harus ditinggalkan di ujung gang itu.

"Silahkan duduk bu. Maaf rumahnya ya gini tidak bagus seperti rumah ibu. Saya yakin rumah ibu sangat bagus sekali daripada rumah kita ini."Bibi Devi mempersilahkan Bu Mery masuk dan duduk di ruang tamunya yang hanya bisa lesehan itu tanpa ada kursi disana.

"Ya nggak papa."Bu Mery berusaha memaklumi dan biasa saja dengan kondisi rumah Bela itu.

Akhirnya mereka berempat duduk bersama di ruang tamu. Bu Mery terlihat ingin akrab dan tahu mengenai keluarga Bela. Jadinya dia meluangkan waktunya untuk mengenal Bela dengan bertamu seperti itu.

Selama duduk disana Bu Mery mencoba mengamati dan memperhatikan semua isi rumah Bela. dilihatnya dengan lamat-lamat sambil menahan rasa prihatin. Dimana rumah bela itu jauh dari kesan nyaman dan bagus. Secara rumah Bela atau tepatnya rumah Bibi Devi itu berukuran sempit. Dan ruang tamu juga tidak ada kursi untuk duduk sehingga mereka harus duduk lesehan dibawah. Tapi yang membuat Bu Mery senang adalah rumahnya nampak bersih.

"SIlahkan diminum dulu bu."Bibi Devi memberikan segelas air putih kepada Bu Mery.

"Makasih."jawab Bu Mery sebelum meminum air putih itu.

"Kalian jadi tinggalnya disini?"tanya Bu Mery sambil memperhatikan rumah Bela tampak dalam itu.

"Ya bu. Saya dan keluarga saya tinggal disini."jawab Bela.

"Jadi kamu sejak kapan sudah tinggal dengan bibi kamu ini?"tiba-tiba Bu Mery ingin tahu latar belakang kehidupan Bela.

Bela langsung kaget dan terdiam mendengar pertanyaan Bu mery itu. Masa lalunya yang terbilang malang dan menyedihkan itu tentu membuatnya ingin menangis bila harus mengingatnya. Dan sekarang dia harus dihadapkan dengan masa lalunya yang menyedihkan itu. Harus ditinggalkan orangtuanya sejak kecil bersama Rian, yang entah pergi kemana.

"Maafin saya ya sudah membuat kamu sedih gara-gara mengingat masa lalumu."Bu Mery merasa bersalah karena sudah membuat Bela langsung murung.

"Nggak papa kok bu."Bela berusaha tegar.

"Nggak boleh sedih."Bibi Devi mengelus punggung Bela.

"Kakak harus kuat. Sabar ya."Rian menguatkan Bela.

"Mereka itu sudah ikut saya sejak Bela berusia 6 tahunan bu. Mereka sudah ditinggalkan orang tua mereka. Mereka sudah saya anggap seperti anak kandung saya sendiri bu."Bibi Devi ikut membantu berbicara Bela dan Rian yang sedang terlihat sedih itu ketika harus ingat masa lalu.

"Oh gitu."Bu Mery ikut merasakan kesedihan yang dialami Bela dan Rian itu.

"Oh jadi ibu yang selama ini merawat alias menggantikan peran orangtua untuk Bela dan Rian? Kalau boleh tahu ibu kerja dimana?"Bu Mery salut dengan perjuangan dan kebaikan bibinya Bela itu.

"Saya sudah nggak kerja bu."jawab Bibi Devi dengan menunduk.

"Oh. Terus sekarang gimana?"

Bibi Devi malu menceritakan kalau dirinya habis dipecat dari pekerjaannya di sebuah café malam. akhirnya dia menyembunyikan identitas pekerjaan sebelumnya itu dari Bu mery.

"Saya sudah cari kesana kemari tapi tidak ada juga."

"Saya sebenarnya ada toko roti bu. Kalau ibu mau, ibu bisa bekerja disana. Kebetulan karyawan saya disana ada yang cuti karena melahirkan."kata Bu Mery.

Lagi dan lagi Bela merasa terharu sekali dengan kebaikan Bu Mery pada keluarganya itu. Ditengah kesulitan perekonomian keluarganya itu, Bu Mery hadir untuk menolong mereka.

"Saya mau bu."tanpa butuh waktu lama Bibi devi menerimanya karena dia juga sudah tidak betah mencari pekerjaan yang begitu susah sekali untuk didapatkannya.