Hari ini Bela pulang dengan menaiki sepeda mininya menuju sekolahan adiknya. Dia mengayuh secepat mungkin agar adiknya tidak menunggunya terlalu lama. Saat dipertengahan jalan, dia terkena musibah yang tidak terduga sebelumnya.
"Ahhh."teriak Bela saat dirinya harus terkena cipratan air yang menggenang di jalan. Air itu mengenai seragamnya karena habis dilalui sebuah mobil mewah berwarna merah dengan kencang.
Bela langsung berhenti di pinggir jalan. Dia nampak kesal saat tahu ada sebuah mobil mewah warna merah melintas disampingnya tanpa melihat kalau ada air dijalan. Bahkan langsung diterjang begitu saja hingga airnya langsung mengenai seragamnya.
Bela terlihat basah sekali. Yang paling parah adalah seragam batiknya terkena air itu hingga membuatnya sedikit basah. Beruntung besok adalah hari minggu, libur sekolah jadi dia tidak mempermasalahkannya.
"Dasar mobil itu. Nggak lihat apa kalau ada air segitu banyaknya."Bela melihat mobil warna merah itu yang sudah meninggalkannya begitu saja.
Dengan keadaan basah itu, Bela langsung mengayuh sepedanya lagi menuju sekolah Rian. Rasa dingin mulai merasuki badannya. Mungkin karena seragamnya yang basah itu terkena hempasan angin di jalan.
"Rian. Ayo pulang."Bela berhenti tepat di pangkalan yang biasa digunakan Rian untuk menunggunya setiap hari. Tempatnya tidak jauh dari sekolahan Rian. Memang jaraknya sedikit jauh. Rian sengaja memilih tempat itu untuk menunggu kedatangan kakaknya lantaran dia malu bila dilihat temannya. Setiap hari diboncengin kakak perempuannya.
"Seragam kakak kok basah."Rian melihat seragam Bela yang memang basah itu.
"Itu tadi kena air di jalan. Ah udah ayo kita segera pulang."Rian langsung naik ke tempat duduknya yang belakang. Bela langsung mengayuh sepedanya lagi.
Setibanya di rumah Bela langsung masuk dan mengganti pakaiannya. Kemudian seragamnya langsung direndam dengan pakaian-pakaian lain yang kotor. Seperti biasa sepulang sekolah Bela langsung membersihkan rumah. Rian nampak ikut membantunya.
Selesai mencuci, dia langsung memasak untuk menu makan malam. Kebetulan makanan tadi pagi sudah habis. Jadi dia memasak lagi sekarang. Sayang saat hendak memasak, ternyata stok beras di dapur tinggal sedikit. Terpaksa tetap dimasaknya meskipun jumlahnya tidak cukup untuk dimakan bertiga.
Dret dret
Tepat pukul 9 malam, Bela dikejutkan dengan handponenya yang berbunyi. Ternyata ada panggilan masuk dari bibinya.
"Ya bi halo."Bela mengangkat telepon.
"Bela, tolong kamu kesini bawakan gaun bibi yang ketinggalan di kamar bibi."perintah bibi Devi membuatnya langsung bangkit.
"Jangan lama-lama."pesan terakhir Bi Devi sebelum menutup teleponnya.
Bela langsung cepat masuk kedalam kamar Bi devi. Dia segera mencari gaun yang dimaksud bibinya itu. Setelah menemukan gaunnya, Bela langsung membawanya pergi ke tempat pekerjaan bibinya itu.
Perintah macam kayak begini tidak baru kali ini saja. Tapi sudah sering. Bela sudah tahu dimana tempat bibinya bekerja.
"Aku harus sampai disana dengan cepat."Bela memakai topi hitamnya dan membiarkan rambutnya terurai begitu saja. Dia lupa memakai kacamata bundarnya yang biasa dipakainya tiap hari disekolah.
Bela selalu dipesani oleh bibinya untuk berdandan biasa saja. Untuk itu dia kali ini memakai topi untuk menutup wajah dan rambutnya juga dibiarkan terurai kebawah.
Sesampainya di tempat pekerjaan bibinya, Bela langsung masuk kedalam. Terlihat ada dua penjaga yang sedang berjaga diluar club malam itu. Ya, bibinya memang bekerja di sebuah club malam. Namun bekerja sebagai penyanyi saja. itu yang dia tahu.
"Mau cari Devi?"salah satu penjaga diluar melihat Bela saat datang.
"Ya."jawab Bela langsung menunduk lagi.
"Sana."suruh penjaga itu pada Bela.
Bela langsung masuk dengan cepat. Dia tidak mau terlambat menyerahkan gaun itu. Takutnya nanti bibinya marah kepadanya dan bisa saja nanti dia terkena pukulan lagi.
"Cantik-cantik ditutupi."salah satu penjaga itu meledek Bela. Bela memang sengaja memakai pakaian dan topi untuk menutupi tubuh dan wajahnya.
Sebenarnya penjaga disana sudah tidak asing dengan Bela dan Devi. Penjaga itu tahu kalau Bela cantik namun berhubung masih kecil jadi tidak diganggunya. Tapi untuk masalah cantik memang tidak diragukan lagi.
Bela masuk kesalah satu kamar kecil yang biasa digunakan bibinya istirahat dulu. Bela masih hafal tempatnya dimana. Saat dia mencari, tentu dia akan melewati beberapa orang-orang yang terlihat asyik bergoyang-goyang. Bela fokus membelah kerumunan itu untuk bisa menemukan kamar milik bibinya itu. Dia terus menunduk dan topinya digunakannya untuk menutupi wajahnya. Dia takut bila bertemu dengan salah satu teman sekolahnya.
"Bibi."Bela membuka pintu kamar milik bibi Devi.
"Lama banget sih kamu."tegur bibi Devi kepada Bela yang baru datang dengan nafas yang masih tersengal-sengal itu. Mungkin kalau dia tidak naik sepeda tapi motor mungkin dia bisa cepat sampai.
"Maaf bi."Bela menunduk.
"Ya sudah kamu pulang sana."
"Keponakanmu cantik juga."puji salah satu teman bi Devi yang duduknya tidak jauh dari tempat Arini berdiri.
Bela langsung pulang dan meninggalkan club itu. Dia tidak menyangka kalau malam ini dia akan masuk ke club itu lagi. Sedari dulu bibinya memang tidak pernah mengizinkannya untuk masuk kesana. Mungkin kedatangannya disana bisa dihitung dengan jari.
Bela cepat-cepat pulang dan mengambil sepedanya. Saat dia menghampiri parkiran, dia kaget tidak sengaja menabrak seseorang yang bertubuh kekar dan kuat yang ada didepannya. Mungkin karena dia tadi berjalan menunduk dan tertutupi dengan topi hitamnya, makanya dia tidak bisa melihat kalau ada orang didepannya.
"Awww."Bela terpental hampir jatuh. Tapi dia tetap menunduk dan memegang topinya.
"Kamu kalau jalan lihat-lihat."terdengar suara laki-laki disana. Itu berarti kemungkinan yang dia tabrak tadi adalah laki-laki.
"Ya maaf kak."Bela tidak mau memperlihatkan wajahnya jadi masih menunduk.
"Eh langsung pergi aja."teriak laki-laki yang tidak diketahui itu sambil melihat kepergian Bela begitu saja.
Bela sengaja tidak melihat laki-laki itu memang dia tidak mau memperlihatkan wajahnya. Mungkin kalau dia berdandan seperti pas sekolah, dia akan menatap laki-laki itu.
"Sudah bro biarkan saja. Cewek itu."terdengar ada laki-laki yang menenangkan emosi laki-laki yang habis ditabrak Bela.
Bela tidak peduli dengan laki-laki yang terus meneriakinya. Dia terus berlari semakin jauh. Sesekali Bela melihat kebelakang, ternyata laki-laki beserta teman-temannya tidak mengerjarnya. Karena diluar pencahayaannya kurang jadi Bela tidak sempat melihat secara jelas wajah dari laki-laki yang telah ditabraknya tadi.
Setibanya di parkiran Bela langung bernafas lega. Dia sekarang ingin pulang. Saat hendak mengayuh sepedanya terlihat sebuah mobil yang nampak tidak asing baginya. Mobil itu sedang terparkir tidak jauh di dekat sepedanya. Warnanya merah.
"Itu kan mobil yang kemarin."Bela teringat dengan mobil warna merah yang kemarin mencipratinya air hingga basah kuyup seragamnya.
Bela mendekati mobil itu untuk memastikan lagi apakah dugaannya itu benar. Bela amati dengan seksama dan pelan-pelan. Dan memang benar itu mobil sama persis dengan mobil kemarin. Itu berarti orang yang mengendarai kemarin sedang ada di sebuah club malam itu.
"Dasar."Bela tidak mau berurusan dengan siapa pemilik mobil merah itu. Meskipun kemarin dia telah dirugikan.
Dengan perasaan tidak peduli dan ikhlas atas kejadian kemarin, dia langsung mengayuh sepedanya meninggalkan club malam itu yang semakin malam justru semakin ramai. Bela fokus mengayuh sepeda lagi.
Setibanya di rumah, Bela langsung masuk.Terlihat Rian sedang belajar di ruang tamu. Dia bersyukur melihat adiknya yang begitu rajin sekali belajarnya.
"Kakak tadi darimana?"tanya Rian saat melihat Bela hendak duduk disampingnya.
"Kakak tadi habis di tempat kerja bibi."Bela langsung mengambil bukunya dan dibacanya.
"Ngapain kakak kesana?"tanya Rian sambil melihat kearah Bela yang masih melihat buku kimia yang tebal itu.
"Gaun bibi tadi ketinggalan dek."
"Kakak nggak papa kan disana tadi?"Rian terlihat panik. Tentu dia tahu habis darimana kakaknya bila mengantarkan sesuatu kepada bibinya bila malam begini. Rian sudah tahu kalau bibinya itu bekerja di sebuah club malam. Banyak orang yang menganggap kalau di tempat seperti itu pasti nakal.
"Kakak nggak papa kok."jawab Bela sambil menatap Rian.
Selama ini Rian takut bila kakaknya datang ke tempat kerja bibinya itu. Ingin rasanya dia menggantikan posisi kakaknya bila disuruh bibinya kesana. Dia sebagai adik juga merasa takut bila kakaknya terjadi apa-apa disana. Tapi melihat keadaanya yang sakit itu jelas tidak memungkinkannya kesana.
"Sudah belajar lagi."Bela mengalihkan pandangan Rian yang nampak bersalah membiarkan kakaknya ketempat yang sering digunakan untuk mabuk itu.