"Hiksss…hiksss." Bela terduduk di taman belakang rumahnya.
Sejak kepergian Raka tadi pagi untuk bekerja, tangisannya tidak kunjung reda juga. Tangisannya tidak sehisteris tadi pagi. Ya pagi tadi selepas Raka pergi, Bela menangis sejadi-jadinya hingga meraung-raung.
Dimanapun dia berada, tangisnya tidak berhenti. Hingga akhirnya kini Bela menangis di taman seorang diri. Suaranya sudah berganti lirih mungkin sudah capek menangis tanpa henti. Ditambha lagi matanya yang sudah bengkak dan memerah.
"Kenapa aku sepede itu, mana mungkin dia mencintai aku." batin Bela dalam hati.
"Nyadar Bel. Nyadar. Kamu itu beda dari Dona. Kamu itu siapa? Wanita asing yang tiba-tiba harus menikah paksa dengan dia." cengir Bela meremehkan dirinya sendiri.
"Ngapain aku menangis terus. Percuma."
"Percuma Bela." Bela berteriak. Dia frustasi karena sadar kalau dirinya sudah menyiksa dirinya sendiri dengan menangis tanpa henti.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com