webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Teenager
Zu wenig Bewertungen
430 Chs

Bab 20 Menghindar dari Raka

Hari ini kelas Bela ada jam pelajaran olahraga. Semua murid terlihat capek sekali sekarang apalagi setelah mengikuti pelajaran olahraga karena disuruh lari keliling lapangan sekolah. Seperti biasa kalau jam pelajaran olahraga telah selesai, semua murid kelas 11 ipa 1 akan berisitirahat ke kantin. Begitupula dengan Bela yang tadi terlihat kecapekan sekali menyempatkan untuk istirahat di kantin dulu. Dia beristirahat dengan Puteri di kantin.

"Bel, kita di kantin 3 yuk."Intan mengajak Bela untuk berisitirhat di kantin 3. Kebetulan di sekolah Bela, terdapat banyak kantin bahkan kalau dihitung jumlahnya ada 7 kantin.

"Ayo."Bela mengiyakan sambil membawa botol air mineral warna pink.

"Kamu makan ya? Bareng aku."tanya Puteri yang duduk di kursi sebelahan sama Bela.

"Aku nggak makan. Aku nggak laper kok."jawab Bela.

"Aku traktir yakkk."Puteri berniat mentraktir Bela.

"Put, nggak usah."Bela menatap Puteri dengan kesal.

"Ya ya. Nggak kok. Aku tadi cuma nawari aja, siapa tahu kamu mau."ucap Puteri sambil tersenyum.

Puteri tahu gimana sikap Bela selama ini. Dimana Bela tidak mau kalau dikasihani. Kalau diberi bantuan tapi Bela tidak mau, bila dipaksa maka Bela akan marah.

Jujur Puteri memang kadang kasihan sama Bela karena jarang jajan dan hampir tidak pernah jajan di kantin. Bela memang tidak mau dikasihani. Sebenarnya dia mampu buat beli makanan tapi dia lebih memilih untuk menabungkan uangnya. Lagian dia juga nggak lapar. Hanya haus saja.

Disaat bela dan Puteri sedang berisitirahat di kantin 3, ternyata bel istirahat sekolah berbunyi. Pertanda semua murid akan istirahat. Bela masih istirahat di kantin sambil menemani Puteri selesai makan.

"Bel, ada kak Raka."Puteri membisiki Bela yang sedang asyik memainkan botol minumannya warna pink itu.

"Apa?"Bela tidak mendengarnya dengan jelas.

"Itu kak Raka ada disana."Puteri menunjuk kearah Raka. Wajah Bela langsung dihadapkan kearah Raka yang sedang duduk di kantin 2.

Raka beserta segerombolan geng Raka itu sedang terlihat berisitirahat di kantin 2 yang letaknya tidak terlalu jauh dari Bela tempat duduk Bela karena kantin 3 dan kantin 2 bersebalahan. Bela bisa melihatnya dengan jelas. Tapi karena dia sedang capek jadi dia tidak mempedulikan Raka disana. Lagian urusannya dengan Raka sudah selesai. Dia berjanji akan mengganti hoodie Raka dalam waktu 1 bulan. Makanya mulai sekarang dia banting tulang untuk megumpulkan uang untuk membeli hoodi seperti milik Raka kemarin.

"Bukan urusanku."jawab Bela dengan ketus dan membuang muka agar tidak melihat Raka terus menerus.

"Aduh tampannya itu lho kebangetan. Parah kamu kalau nggak lihat laki-laki setempan itu."ucap Puteri sambil menatap Raka yang sedang duduk bersama gengnya itu.

"Kamu marahan sama dia?"tanya Puteri sambil makan.

"Nggak. Aku kan nggak punya urusan sama dia."ucap Bela sambil meminum.

"Kamu nggak ada perasaan gitu sama dia? Secara dia itu keren,tampan banyak lho cewek-cewek yang naksir sama dia."tanya Puteri dengan penasaran. Setahu Puteri hampir semua murid perempuan di sekolah itu mengagumi sosok Raka.

"Nggak lah."Bela tetap memainkan botolnya terus.

Ditempat yang berbeda, Raka tidak sengaja melihat Bela sedang istirahat di kantin 3. Entah mengapa dia bisa dipertemukan dengan Bela disana. Sampai sekarang dirinya belum tahu nama Bela. Baginya itu tidak penting dan Raka juga tidak memperdulikan siapa nama wanita yang telah merobek hoodi kesayangannya itu kemarin.

Tapi entah kenapa, mata Panji tidak bisa hengkang atau berhenti menatap Bela dari kejauhan. Seperti dia penasaran sekali sama gerak gerik Bela itu. Kemarin dia tidak sengaja bertemu dengan Bela di pinggir jalan sambil membawa nampan dan sekarang giliran sedang mainin botol air mineral saja di kantin. Sedangkan teman-teman disebelahnya terlihat membeli banyak makanan hanya Bela saja yang terlihat tidak membeli jajan.

"Ayo Bel kita kembali ke kelas. Aku udah selesai makannya."Puteri hendak membayar dulu.

"Khmmm."

Bela menunggu Puteri membayar dan membeli lagi makanan di kantin 3. Sedangkan dirinya duduk sendirian diluar. Sembari menunggu itu, tidak sengaja mata Bela tertuju menatap Raka yang sedang duduk tidak jauh dari tempat duduknya. Mereka berdua langsung beradu pandang.

"Astaga dia lihat aku terus."batin Bela dengan kaget saat tahu dirinya sedang ditatap terus Raka dari kantin 2. Secepat mungkin Bela langsung menunduk. Dia tidak mau melihat lama-lama Raka.

"Ayo Bel."Puteri menghampiri Bela lagi.

"Ayo."Bela berdiri dan membawa botolnya itu ke kelas.

Selama perjalanan, kedua mata Raka tidak bisa berhenti menatap Bela terus. Rasanya dia ketagihan dan penasaran sekali sama sosok Bela. Baru kali ini dia merasa penasaran sama cewek. Apalagi sikap Bela itu berbeda dengan cewek-cewek yang lain yang biasanya heboh sendiri bila dia tatap. Tapi tidak untuk Bela.

"Elo lihat apa sih bro dari tadi diam aja?"Brian menepuk lengan Raka.

"Nggak papa."jawab Raka langsung berhenti menatap Bela.

"Dia kayaknya memang beda dari cewek-cewek yang aku kenal."batin Raka dalam hati.

"Apa elo sudah mulai tertari sama perempuan sekarang?"goda Brian.

"Bro, elo itu tampan. Semua cewek juga suka sama kamu. masak kamu nggak pengen gitu punya pacar kayak kita?"tanya Satria sambil menatap heran Raka.

"Gue lempar ini ke muka elo."Raka langsung mengambil sendok hendak dilempar ke mulut Satria.

"Eh ampun bro."Satria bercanda.

Semakin kesini jiwa penasran Raka sama Bela begitu besar. Semenjak dia berurusan dan kenal dengan Bela, dirinya jadi penasaran dengan gerak gerik Bela. Apalagi semakin kesini dia sering dipertemukan dengan Bela. Mau dimanapun tempatnya pasti akan ketemu.

Setibanya di kelas, Puteri dan Bela langsung berganti pakaian. Mereka memang akrab sekali. Apa-apa selalu bareng terus. Bahkan tempat duduk mereka selalu berdampingan terus.

"Kenapa tadi dia lihatin aku ya?"Bela melamun sendirian di kelas sedangkan Puteri belum kembali ke kelas karena masih ada di kamar mandi. Pikiran Bela terus mengingat Raka yang tadi terlihat melihatnya saat duduk dikantin.

"Ah aku aja yang kegeeran."Bela langsung berusaha menyadarkan dirinya agar tidak memikirkan Raka terus menerus.

"Kamu kenapa Bel?"tanya Puteri yang baru datang dan sempat melihat gelagat Bela yang terlihat aneh itu.

"Nggak papa kok."Bela kaget ternyata Puteri melihatnya tadi.

Tidak terasa jam pelajaran kini selesai. Dia pulang bareng dnegan Puteri. Tapi tetap saja dia pulangnya dengan sepeda kesayangannya dengan Rian.

Selama perjalanan dia tidak sengaja melihat Raka dan beberapa teman Raka sedang menaiki motor ninja. Mereka memang terlihat keren sekali apalagi bagi seorang cewek yang melihatnya.

"Bel, lihat itu kak Raka. Keren ya Bel."Puteri menunjuk kearah Raka yang sedang duduk diatas motor ninja warna merah sambil mengenakan helm.

Bela langsung melihat kearah jari telunjuk Puteri itu. Betapa kagetnya dia saat tahu Raka sudah ada didepan parkiran motor sambil duduk diatas motor ninjanya. Bela akui, Taka memang terlihat keren sekali dengan gaya seperti itu.

"Astaga. Dia kayaknya lihat aku lagi deh."Bela cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari Raka.

"Eh Bel, dia lihat kamu apa siapa ya?"Puteri terlihat bingung.

"Eh aku mau pulang dulu. Adikku pasti sudah menuggu lama disana."jawab Bela langsung berlari keluar sekolah.

Bela sengaja cepat–cepat berlari itu untuk menghindari Raka. Dia takut bila berhadapan dengan Raka. Apalgi nanti kalau Raka sampai menyakiti dan mengganggunya.

"Dia kenapa menghindar? Dia ketakutan kayaknya."batin Raka terus melihat Bela sedang terbiri-birit keluar sekolah.

Raka memang tidak sengaja melihat Bela pulang itu. Niatnya yang sedang menunggu temannya yang bernama Brian malah berujung pada pertemuannya dengan Bela. Jujur dia benar-benar bingung dan heran sendiri kenapa akhri-akhir ini dia sering dipertemukan dengan Bela.

"Dasar cewek aneh. Lihat orang ganteng gini malah lari."batin Raka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya