Bela menunggu sampai teman-temannya sudah pulang semua. Termasuk Puteri juga sudah pulang sedari tadi. Puteri sengaja pulang lebih awal dan meninggalkan Bela karena ada rencana mau pergi untuk ikut dengan orangtuanya memilih motor yang disukainya dan akan dibelinya nanti.
"Kayaknya ini sudah sepi. Lebih baik aku pulang sekarang."Bela melihat kesekitarnya sudah sepi sekali. Tidak ada satupun temannya masih ada di kelas.
Bela keluar dari kelasnya dengan pelan-pelan agar rasa perih dan sakitnya tidak kerasa saat kakinya digunakannya berjalan. Sekolahnya nampak sudah sepi sekarang. Paling hanya beberapa orang saja yang lewat dan tidak seramai biasanya saat jam pulang sekolah. Yang membuatnya sedikit kesal adalah roknya panjang jadi gerak sedikit saja lututnya pasti akan tersenggol. Dan itu tentu membuatnya tambah kesakitan.
"Awww."Bela merasa lukanya itu terkena roknya sendiri ketika bergerak.
"Semoga dia rapatnya belum selesai, jadi dia nggak nunggu aku lama di luar."batin Bela sambil mengingat Rian. Sebelum berangkat sekolah tadi, Rian memang memberitahunya kalau sepulang sekolah Rian ada rapat dengann teman-temannya di sekolah.
Bela berjalan dengan hati-hati sekali. Raut mukanya yang menegang membuatnya terlihat lucu bagi orang yang memandangnya. Dia tidak peduli dengan teman-temannya yang sedang melihat kearahnya. Yang terpenting sekarang adalah dirinya ingin segera sampai di luar gerbang sekolah, biar Rian tidak menunggu lama dirinya.
"Aku harus kuat. Kasihan nanti kalau dia sudah nunggu diluar."batin Bela dalam hati yang tidak peduli dengan beberapa teman sekolahnya yang sedang memperhatikan cara berjalannya yang seperti siput itu.
Akhirnya tidak terasa Bela sekarang sudah berada di gerbang sekolahannya. Jalannya yang tadi pelan-pelan dan hati-hati itu membuatnya jadi lelah sendiri. Alhasil sekarang keringat di dahinya meluncur dengan derasnya hingga membuat sebagian rambutnya basah juga.
"Syukurlah ternyata dia belum kesini. Mungkin dia masih rapat."batin Bela yang baru sampai di gerbang sekolahnya tempat dimana dia diturunkan tadi pagi sama Rian.
Sembari menunggu kadatangan Rian, Bela memutuskan untuk duduk di dekat pagar sekolahnnya. Dia melihat jalan raya depan sekolahannya nampak ramai dengan lalu lalang kendaraan. Baik itu kendaraan orang-orang yang lewat maupun teman-temannya yang pulang juga. Bela sedikit terhibur melihatannya sembari menunggu kedatangan Rian.
"Eh itu dia bos."tiba-tiba Bela dikagetkan dengan suara sedikit keras didekatnya.
Betapa kagetnya Bela, saat menoleh kearah sumber suara didekatnya itu. Ternyata ada segerombolan anak laki-laki di gerbang sekolah sambil menaiki motor ninja. Yang membuat Bela tercengang adalah adanya sosok laki-laki yang akan dia ingat sampai kapanpun yaitu Raka disana. Ternyata itu adalah segerombolan geng Raka yang pernah dia lihat ketika masuk ke kelas Raka kemarin.
Raka terlihat berada di barisan depan sambil menaiki mototr ninja warna hitam. Bela melihatnya langsung cepat-cepat mengalihkan pandangan. Dia tidak mau melihat dan dilihat Raka.
"Aduh ada dia segala. Jangan-jangan dia melihatku ini."Bela langsung pura-pura melihat kearah pohon yang berada di pinggir jalan.
Raka hendak pulang. Terlihat seragam Raka sedikit berantakan karena habis bermain basket sebentar tadi bersama teman-teman gengnya yang terdiri dari empat orang itu. Bela masih ingat Raka tadi sempat melihatnya sebentar sebelum dia membuang muka tadi.
"Aku berharap dia nggak kesini."Bela berharap dan berdoa agar Raka tidak mengganggunya lagi setelah kemarin dia sempat diganggu oleh Raka.
Deg deg
Entah kenapa Bela merasa degub jantungnya tidak karuan sekarang. Dia tidak bisa membayangkan kalau Raka akan menghampirinya dan mengerjain dirinya lagi.
"Eh bro elo mau ngapain?"Bela mendengar salah satu teman geng Raka berbicara entah sama siapa, dia tidak tahu.
Bela mendengar ada suara langkah sepatu kearahnya. Detak jantung Bela semakin tidak karuan sekarang. Ingin rasanya dia menoleh kearah sumber suara sepatu itu, tapi dia takut. Alhasil dia terus menatap kearah pohon yang sedang menari-nari didepannya itu.
"Nungguin pacarnya neng."
"Dia."jantung Bela seakan berhenti berdetak saat tahu Raka sudah berada didekatnya sambil berdiri menatapnya.
"Wahduh ada cewek sedang nungguin pacarnya ini bro."Raka memberitahu teman-temannya yang masih menaiki motor ninjanya masing-masing.
"Wkwkwkw."suara gelak tawa dari teman-teman Raka terdengar keras. Bela bingung mereka tertawa itu darimana secara tidak ada yang lucu.
Di sekolah Raka mempunyai geng yang bernama Angkasa yang terdiri dari lima orang termasuk dia. Yang tergabung di geng tersebut berasal dari keluarga kaya semuanya. Jadi tidak heran semua yang ikut tergabung di geng tersebut menaiki motor ninja semuanya.
Bela yang sadar diri akan posisi dan keadaanya hanya diam saja sambil tidak menghiraukan omongan Raka. Dia yang selalu berpenampilan apa adanya dengan rambut diikat satu dibelakang dan memakai kacamata membuatnya terkesan seperti anak pintar dan culun. Sebenarnya Bela juga bisa dibilang cantik dan good looking bagi yang melihatnya. Wajahnya yang seperti keturunan cina ditambah lagi kedua matanya yang sipit itu. Sebenarnya penampilannya itu tidak sepenuhnya membuatnya culun karena dia kebantu sama paras cantiknya yang bisa membuat hati adem dan tenang bila memandangnya.
"Sombong amat dia bro. Diajak bicara diam terus."ucap Raka kepada teman-temannya sambil menatap wajah Bela yang mencuekinya.
Bela bukan berniat mencueki Raka, tapi dia tidak mau ada urusan sama laki-laki nakal itu. Memang dia tidak pernah tahu kebiasaan Raka di sekolah tapi melihat kelakuan Raka kemarin padanya membuatnya benci dengan Raka.
"Kamu nggak cari ini?"tiba-tiba didepan matanya ada sebuah ikat rambut berwarna pink.
Mata Bela langsung tertuju pada ikat rambut itu. Tentu dia ingat dengan ikat rambut tersebut, dimana ikat rambut itu sudah diambil Raka ketika dirinya sedang memangil Raka. Ternyata ikat rambut itu masih disimpan Raka.
"Itu kan punyaku."batin Bela sambil melihati ikat rambut itu.
"Nggak kamu ambil?"Raka terlihat menggoda Bela.
"Tenang Bela. Biarin saja. Kamu masih punya ikat rambut yang banyak kan."Bela berusaha untuk tetap tenang dan tidak meladeni Raka.
Karena Bela sedari tadi diam saja, Raka jadi kesal dibuatnya. Raka terus memperhatikan wajah Bela yang terlihat biasa saja ketika didekatinya. Padahal selama ini setiap Raka berdekatan dengan perempuan pasti langsung heboh, ada yang minta foto lah, minta dipegang, minta dipeluk lah tapi kali ini Bela malah tidak seperti mereka. Itu tentu membuat Raka jadi penasaran dengan kepribadian Bela.
"Kak, ayo."Rian sudah tiba di depan sekolah Bela.
Raka langsung menoleh kearah sumber suara yang sempat mengganggunya itu. Mata Raka langsung membelalak saat melihat ada seorang anak laki-laki tampan yang memakai seragam SMP didepannya sambil menaiki sepeda. Dari bawah hingga atas, Raka terus memandangi Rian yang baru datang untuk menjemput Bela itu.
"Bentar."Bela dengan sedikit kesusahan berdiri.
Raka langsung giliran menatap Bela. Dia melihat Bela sedang kesusahan berjalan. Mata Raka terus menatap Bela dan laki-laki yang baru datang itu yang tidak lain adalah Rian bergantian.
"Mereka adik kakak?"Raka melihat wajah Bela dan Rian tidak jauh beda.
"Kak, hati-hati."kata Rian kepada kakaknya yang sedang kesusahan berjalan.
"Ehhh."Bela hendak jatuh tapi dengan cepat tangan Bela langsung berpegangan dengan tembok pagar sekolahnya.
"Kenapa dia?"tanya Raka dalam hati yang juga kaget melihat Bela hendak jatuh saat hendak berdiri dari tempat duduknya itu.
Bela berusaha fokus berjalan dengan hati-hati. Dia tidak memperdulikan Raka yang masih berdiri didekatnya itu. Bela berjalan seperti siput dihadapan Raka dan Rian. Raka terlihat mengerutkan dahi karena bingung dengan cara berjalan Bela.
"Sini kak."tangan Ran diulurkan kearah Bela. Bela langsung berpegangan denagn tangan Rian kemudian duduk di bangku belakang sepedanya.
Raka tidak berkedip kearah Bela. Entah kenapa dia malah jadi fokus dan tidak bosan-bosannya melihat Bela meskipun tadi dia telah dicuekinya.
"Kak itu teman kakak?"tanya Rian kepada Bela.
"Bukan. Ayo cepat kita pulang."Bela tidak mau melihat Raka sama sekali.
Rian langsung melajukan sepedanya. Bela juga tidak menggubris keberadaan Raka dan beberapa teman-teman Raka itu yang mungkin masih melihat kearahnya.
"Hahhhh. Gue dicueki."Raka tiba-tiba kesal sendiri karena telah dicueki sama wanita. Biasanya dia selalu dipuja-puja ketika ada cewek dideaktannya.
"Bro dia nyueki elo tadi."kata salah satu teman Raka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Awas saja dia."batin Raka dalam hati sambil menahan rasa kesalnya pada Bela. Baru kali ini dia merasa dicueki seorang cewek, apalagi adik kelasnya itu.