Malam ini pesta keluarga untuk menyambut kedatangan kakak. Di kamar, aku sedang bersiap-siap untuk pesta. hanbok pink dengan banyak aksesoris mutiara adalah kesukaanku. Ini hadiah yang diberikan kakak di ulang tahunku yang ke-20. Tepat 2 tahun yang lalu. Walau Dia mengirimnya lewat pos karena saat itu masih di dorm. Tetapi, ini merupakan hadiah yang sangat berharga.
"Yoo Min-ah kau sudah selesai?" terdengar suara kakak dari luar kamar.
"Tunggu Kak, sebentar lagi." sahutku. Aku menyelesaikan riasanku. Mengambil mahkotaku dan meletakkannya di kepalaku. Tentu saja, parfum pemberian mama dan papa harus ku pakai. Kusemprotkan parfum itu ke pakaianku secukupnya. Aku memandang diriku di cermin sebentar. Sempurna.
Kak Taehyung membuka pintu kamar karena sudah tidak sabar menungguku. "Daebak!, apakah ini tuan putri mahkota yang menyamar menjadi Yoo Min ku?" Ia terkejut melihat penampilanku yang sangat cantik malam ini.
"Ini adikmu, Yoo Min." kataku. Aku senang kakak memujiku. Walaupun dia terkadang cuek dan iseng. Namun, sebenarnya ia orang yang sangat perhatian. Terutama padaku, adiknya. Ia berusaha meluangkan waktu di kesibukannya untuk menelponku sesekali hanya untuk menanyakan kabar. Ia pun sering mengirimkan barang yang menurutnya aku akan suka. Dia benar-benar kakak yang paling ku sayang.
"Kenapa melamun Tuan Putri, ayo ikut denganku!". Kak Taehyung mengulurkan tangannya berpura-pura berakting. "Dengan senang hati, Pangeran". ucapku lembut.
Aku berusaha meladeni candaannya. Namun, akhirnya aku tertawa. Kak Taehyung pun ikut tertawa karena merasa geli mendengarnya. Lalu, Aku dan Kak Taehyung berjalan bersama menuju ruang keluarga. Di sana mamaku sedang menyiapkan makanan di meja makan untuk makan malam besar keluarga. Aku dan kak Taehyung membantunya menata piring dan sumpit. Tak lama kemudian...
"Appa pulang!" suara papa terdengar dari ruang tamu. Ia berjalan ke ruang keluarga dengan membawa banyak makanan. Aku dan Kak Taehyung langsung berlari menghampirinya. Kami memeluk erat papa. "Aigoo, anak appa yang ganteng dan cantik ini sangat bersemangat sekali." ucap papa terlihat senang.
"Appa sehat?" tanya Kak Taehyung yang sangat peduli pada papa. "Tentu saja, Appa selalu makan teratur." jawabnya. "Appa mau ganti baju dulu. Biar mamamu terpesona." bisik papa padaku dan kakak. Mama yang mendengarnya langsung melirik ke arah kami. Kami hanya tertawa kecil. Appa masuk kedalam kamarnya. Aku dan kakak mengambil makanan yang papa bawakan dan menatanya diatas meja makan. Beberapa menit kemudian, Papa keluar dengan jas hitam dan rambut yang rapi
"Wah, sudah siap, ayo kita makan." Kami berempat duduk di meja makan. Menu utama malam ini yaitu Japchae. Ya, karena kalian mungkin harus tahu bahwa Kak Taehyung tidak suka pedas. Sebenarnya masih banyak makanan yang tersedia. Ada kimbap, Jjangmyeon, yukhoe, dan masih banyak lagi. Tentu saja, ada kimchi. Menu ini tidak boleh dilupakan. Kami makan dengan lahap dan sangat gembira.
"Bagaimana dengan karirmu Taehyung?" tanya papa memberi topik pembicaraan. "Sangat bagus, Appa. Ada rencana mau tur dunia." jawab kakak. "Kau makan teratur dan rajin berolahraga?" tanya papa. "Tentu saja Appa, jangan khawatir. Manajer sudah mengaturnya dengan baik." Jawab Kakak tidak ingin papa khawatir.
Papa orang yang sangat mengkhawatirkan kondisi Kak Taehyung. Ia sempat menolak keinginan kakak untuk menjadi idol. Karena tak ingin kakak hidup berat. Ketahuilah, menjadi idol itu berat. Latihan, diet, dan jadwal padat akan menghantuimu jika menjadi idol. Aku sempat mempunyai mimpi itu. Namun, sudah terwakilkan oleh kakakku. Kini mimpiku adalah bisa memasak. Namun, itu mustahil. Aku sangat benci dengan dapur. Minyak, panci, kompor yang panas. Uh, membayangkannya saja sungguh muak. Mungkin di dunia ini aku satu-satunya wanita yang benci dengan hal itu. Entahlah. Beribu kali mama mengajak dan membujukku untuk memasak. Namun, baru berjalan ke dapur saja aku sudah mual. Tugasku dirumah adalah membersihkan. Tidak untuk memasak. Hal yang paling kusuka adalah mencuci piring. Dulu, itu tugas Kak Taehyung. Semenjak dia jarang dirumah aku yang menggantikannya.
"Bagaimana dengan kuliahmu Yoo Min?" ayah tiba-tiba bertanya padaku. "Hmm, lumayan baik." Aku tersenyum. "Ada apa Appa?" tanyaku. "Apa kau sudah mulai belajar memasak?" tanyanya. Pertanyaan itu membuatku terdiam. Seketika, Aku menurunkan sendok yang kupegang. "Bukankah papa tahu aku sangat benci dengan hal itu." kataku tegas. "Tapi, kamu ini anak perempuan, kelak kau akan menikah dan memasak untuk keluargamu" nasihat Papa. Aku tak bisa melawan. Aku hanya terdiam. Seketika itu, meja makan terasa hening. Tidak ada yang bicara sekalipun. Hilang sudah selera makanku. Aku memainkan makanan yang ada di piring. Mama dan Kak Taehyung melihat ke arahku. Mereka terlihat mengasihaniku.
"Papa, bagaimana kondisi restoran?" Kak Taehyung angkat bicara memecah keheningan. "Tentu saja sangat ramai. Apa kau ingin berkunjung bersama teman-temanmu?" tanya papa pada Kak Taehyung. "Mungkin lain kali saat liburan." jawab kakak. Beberapa menit kemudian, makan malam berakhir.
Aku langsung berlari ke kamar. Air mataku tak dapat kubendung lagi. Aku tidak peduli Mama, Papa atau Kak Taehyung melihatku. Aku menutup pintu dengan kasar. Aku merebahkan diri ke kasur tanpa mengganti pakaian ataupun menghapus riasan wajah. Dan mulai menangis dibalik bantal. "Mengapa aku selalu dituntut untuk bisa masak sih." ucapku dalam hati sambil menahan isak tangis. "Padahal itu hal yang kubenci kenapa appa selalu menanyakannya" ucapku pelan. Malam itu adalah malam yang sial bagiku.