Shin Rawnie melangkahkan kakinya perlahan mengintari trotoar jalan yang sore ini di penuhi oleh dedaunan yang berserakan karena terbawa angin.
Matahari sore menyapa wajah pucat Shin Rawnie yang tengah duduk di sebuah kursi panjang sambil menengadah dengan tangan yang mengulur ke atas, membatasi sinar matahari yang mengenai wajahnya, meski kadang Shin Rawnie mencoba menatap bola keemasan diatas sana, tidak peduli dengan matanya yang harus terpejam saat tidak mampu melawan sialaunya sinar tersebut.
'Bukankah kakak seperti matahari di sore hari? hangat dan sangat menenangkan, meski kadang aku tidak mampu menahan silaumu. Ingin tetap melihatmu, tapi kadang terlalu menatapmu membuatku sakit dan kadang ingin menyerah.'
Shin Rawnie terus menengadah ke atas, tidak peduli dengan silau yang semakin memenuhi penglihatannya. Hingga sesaat ia merasakan teduh dan nyaman, seolah tidak ingin membuka kelopak matanya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com