Leo memang meminta Jasmine menjauh darinya, namun saat gadis itu hendak beranjak pergi, entah mengapa tangannya justru menarik Jasmine untuk tetap berada diatas pangkuannya.
Leo hanya merasa tidak ingin kedekatan mereka berakhir dengan cepat. Tak tahu harus bagaimana Leo memilih untuk mengancingkan kembali kemeja Jasmine dari bawah ke atas. Lucu memang, Leo tidak pernah melakukan ini kepada jalangnya yang lain. Tunggu, Jasmine memang berbeda dari jalang-jalangnya.
Leo tahu gadis di depannya ini sedang mati-matian menahan tawanya. Hal lucu apakah yang dibayangkan gadis itu, Leo ingin tahu.
Leo tersenyum simpul saat gadis aneh ini mengucapkan ucapan selamat ulang tahun padanya satu jam lebih awal dari hari ulang tahunnya. Sebenarnya Leo sedikit tidak terbiasa dengan ucapan seperti itu tiap tahunnya.
Hanya ibu atau ayahnya saja yang mengucapkannya secara rutin. Tapi mendengar itu selain dari kedua orang tuanya rasanya sedikit menghibur.
"Jangan ganti kode akses pintumu." Perintah Leo. Sudah hampir setengah jam Leo menunggu seseorang di dalam apartemen untuk membukakan pintu dan malah menemukan tunangannya itu sedang berbincang dengan temannya membicarakan cincin yang hilang.
Agh. Leo hampir saja mengiris tangan lentik dan indah milik Jasmine. Leo sedikit bersyukur saat sedikit bersabar dalam bertindak. Ya, baru kali ini juga Leo bisa melapangkan dadanya.
"Kenapa? Kaukan bisa pergi saja ke apartemen Alexa." Leo tahu tunangannya ini merupakan gadis pembangkang yang takut-takut berani. Namun Leo sedikit terperangah mendengarkan Jasmine menyebutkan salah satu nama wanita jalangnya.
Perhatian Leo sedikit teralihkan oleh pesan darurat yang dikirimkan oleh Alan, tangan kanannya. "Kau kenal Alexa?"
"Tidak, hanya tahu saja. Dia satu kursus balet denganku." Ucap Jasmine sedikit terbata-bata. Kira-kira dari mana gadis itu tahu Alexa? Agh, pasti akan timbul masalah jika wanita merepotkan seperti Alexa tahu jika Leo akan bertunangan.
"Aku peringatkan, jangan dekati dia!" Ancam Leo kepada Jasmine. Dilihat dari raut wajah Jasmine saat ini dia terlihat kesal. Tapi Leo tidak peduli yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara agar Jasmine menjauh dan tidak disentuh oleh Alexa. Leo hanya tidak ingin Jasmine tidak terlibat masalah dengan Alexa.
Leo tidak tahu apa yang membuat Jasmine kesal hingga buru-buru bangkit dari pangkuannya. Padahal yang Leo maksud adalah demi kebaikannya, namun gadis itu malah marah tanpa sebab.
Mengikuti Jasmine yang bangkit Leo keluar dari apartemen meninggalkan Jasmine dengan segala kekesalannya.
"Ada yang berhasil meretas data perusahaan kita." Ucap Alan begitu melihat sang bos datang sembari memberikan ipad berisi informasi terkini untuk Leo pahami, tak lupa membukakan pintu mobil.
"Alamat IP dan usernamenya sudah kau temukan?" Alan mengangguk, dengan kecepatan penuh mengendarai mobil menuju perusahaan mereka.
"Minta semua pegawai berkumpul di kantor sekarang juga!" Perintah Leo segera saat menyadari bahwa situasi ini tidak cukup apabila hanya ditangani dua pasang tangan saja.
"Baik Tuan."
Leo segera masuk kedalam ruangan yang didalamnya sudah terkumpul hampir seluruh pegawainya.
"Hanya ini saja yang hadir?" Tanya Leo sedikit berteriak pada seluruh pegawai yang sudah berkumpul.
"Lapor pak, sebagian masih ada yang dalam perjalanan dan sebagian lagi ada yang tidak bisa dihubungi." Ucap salah satu pegawainya yang berkulit hitam.
Leo menghentak-hentakkan sebelah kakinya, sesekali melirik jam dinding raksasa yang terpajang di ruangan ini. Sebentar lagi ulang tahunnya, tapi Leo malah repot mengurus hal seperti ini. Inilah sebabnya Leo tidak pernah menyukai hari ulang tahunnya dan menganggapnya hari biasa seperti hari lainnya.
Alan berlari menghampiri tuannya yang termenung disaat semua pegawainya menunggu perintahnya. "Tuan, apa yang harus kita lakukan?"
Leo tersentak dari lamunannya karena Alan menepuk pundaknya pelan.
"Kami harus bagaimana tuan?" Leo memijit dahinya yang terasa berat.
Leo tidak menyangka bahwa sistem keamanan perusahaannya yang lebih kuat dibanding dengan sistem keamanan milik mesin pencari nomor satu didunia ini berhasil di bobol dengan mudah oleh seorang yang tak lebih tua darinya.
"SELAMAT ULANG TAHUN." Ucap seluruh pegawai secara bersamaan, membuat Leo menatap bingung seluruh orang. Ada yang membawa kue dan ada juga yang membawa alat tiup dan hal-hal lain yang identik dengan pesta ulang tahun.
"Kalian mengerjaiku?!" Tanya Leo dengan nada penuh kemarahan. Berani-beraninya para pegawainya mempermainkannya. Semua orang yang ada dalam ruangan terdiam.
"Alan, pecat orang pemilik ide gila ini!" Perintahh Leo kepada Alan sembai berjalan meninggalkan perusahaannya.
Alan terdiam sembari mengikuti langkah Leo yang berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir tepat di pintu masuk gedung.
"Apa kau tidak mendengarku Alan?!" Alan menunduk dalam, bisa gawat jika Leo marah besar seperti ini. Mungkin akan ada lima nyawa yang melayang sebentar lagi.
"Tapi tuan.. yang mencetuskan ide itu adalah Nyonya Karina dan Nona Jasmine." Leo berhenti melangkah. Senyuman mengembang diwajah tampannya, sedangkan Alan malah merinding melihat senyuman milik Leo.
"Maksudmu ibu dan tunanganku Alan?" Tanya Leo membuat Alan terintimidasi, mengira bahwa Leo tidak mempercayai ucapannya.
"Iya, benar tuan. walaupun sebenarnya tunangan Tuanlah yang memiliki peran besar dalam hal ini."
Leo menyeringai, otaknya merangkai ide untuk mengerjai balik tunangannya, yang dengan kurang ajarnya membuat Leo kelabakan seperti ini. Mungkinkah karena Leo belum mengukumnya? Jadi gadis itu berani mengerjainya seperti ini.
Dengan perasaan aneh, Alan mengikuti tuannya masuk kedalam mobil dan segera mengemudikannya pergi ke jalan raya.
"Kita lihat saja nanti."
"Tuan merencanakan sesuatu?" Tanya Alan saat tanpa sengaja mendengar gumaman Leo.
"Ya, aku ingin mengerjai tunanganku karena dia lebih dulu berani mengerjaiku."
"Bagaimana caranya tuan?"
"Aku berfikir untuk pura-pura terluka saat acara pertunangan kami nanti."
"Ide bagus tuan. Saya akan coba carikan darah palsu untuk membantu rencana tuan agar berjalan lancar." Leo menganggukkan kepalnya, setuju dengan masukan Alan.
"Oh, jangan lupa suruh semua pegawai merapikan kantor sebelum mereka pulang."
"Baik Tuan."
Leo sudah bisa membayangkan wajah cantik merona milik Jasmine memucat karena rencananya. Leo rasa ini akan sangat menyenangkan untuknya.
Leo tersadar dari lamunannya ketika Alan dengan tiba-tiba mengerem mobil secara mendadak. Leo mengusap pelan dahinya yang terhantuk pelan jok depannya.
"Ada apa Alan?" Leo bisa melihat wajah pucat Alan dari spion tengah yang terpantul.
"Tuan, sepertinya kita dalam masalah dan kali ini bukan sebuah prank." Leo mengikuti arah mata Alan yang terpaku ke arah depan.
Tempat ini begitu gelap dan sepi, berbeda dengan jalan yang biasa dilaluinya. Dengan sorot lampu mobil Leo dapat melihat sekumpulan pria yang membawa senjata tajam mencegat mobilnya.
"Alan bersiaplah." Alan mengangguk dengan berani. Dirinya tidak akan takut terluka karena disampingnya terdapat pria paling kuat dan paling ahli dalam beberapa seni bela diri.
Leo hanya mengambil sebilah pisau lipat didalam laci yang terletak dibawah kursinya dibanding dengan senjata canggih lainnya.
Leo turun diikuti dengan Alan. Melihat satu orang yang ada ditengah-tengah sekumpulan orang itu, Leo menyeringai.
"Rupanya si penghianat Dion. Berani-beraninya dia melakukan hal seperti ini padaku."
"Maafkan aku tuan. Seharusnya aku memilih jalan yang biasa kita lewati."
Leo terkekeh geli, entah mengapa sesuatu yang ada didalam hatinya membucah. Ya, perasaan ingin membunuh. Hebatnya, dihari ulang tahunnya yang sangat istimewa ini.
"Sudahlah Alan, kita fokus saja dengan tikus-tikus yang ada dihadapan kita."
Leo melebarkan senyumnya melihat sekumpulan tikus yang ada dihadapannya. Lumayan untuk meregangkan otot tangannya yang kaku karena belum membunuh orang akhir-akhir ini.
Satu kata dari Alan untuk senyuman yang Leo tunjukan padanya.
Mengerikan!
Jangan lupa beri power stone! tinggalkan komen dan bila berkenan beri review atas cerita ini ya...
Thank you