Clarisa meneguk ludahnya kesulitan. Ini seperti Clarisa menjalani tes interview saat ingin mendapatkan pekerjaan paruh waktu di cafe.
Ini hanya sebuah pertunangan Cla. Kenapa kamu sangat gugup? Beruntung wajah pucatmu di tutupi oleh make up bold.
Clarisa menghela nafas panjang. Telapak tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin. Rasanya Clarisa ingin kabur dan pergi meninggalkan ini semua. Tapi bagaimana dengan nasib kedua adiknya nanti? Dan nasibnya? Mungkin dirinya akan menjadi buronan anak buah Leo.
Haruskah operasi plastik? Mengganti identitas dan memulai hidup baru? Namun sekali lagi bagaimana nasib Nana dan Ana?
Argh, karena gugup fikiran Clarisa menjadi melantur kesana-kemari.
Saat ini Clarisa sedang berada di satu ruangan khusus yang diperuntukkan untuknya merias diri. Tentu, saat ini sudah cantik bagai bidadari tunggal yang turun kekhayangan.
Tubuh Clarisa membeku saat pintu ruangan ini terbuka, khawatir jika Leo-lah yang datang kemari. Terlebih dengan kejadian semalam. Clarisa akan merasa sangat canggung jika bertemu dengan Leo.
Namun Clarisa lega saat tahu bahwa mama Anya dan Papa Robert-lah yang masuk kedalam ruangan ini.
Tunggu, ada satu lagi wanita anggun yang datang bersama mereka berdua. Clarisa berdiri menyambut kedatangan mereka bertiga.
"Duduklah nak." Perintah wanita anggun itu, Clarisapun mengangguk menurutinya.
"Kau benar-benar cantik seperti kata Leonard." Puji wanita itu. Clarisapun tersenyum menanggapinya.
"Dia mama Leo, Jasmine. Panggil saja dia mama Karina." Clarisa mengembangkan senyuman.
"Senang bertemu denganmu mama Karina."
"Senang bertemu denganmu juga. Mama harap mama bisa menganggapmu sebagai anak mama sendiri."
"Tentu saja ma. Kenapa tidak?!"
"Karena papa sudah lihat putri papa yang cantik ini, papa keluar dulu untuk menyapa para tamu." Pamit papa Robert membiarkan para wanita ini berbincang.
"Kau lebih mirip mamamu yang cerewet. Sedangkan papamu sangat mirip dengan Leo yang pendiam. Aku harap kau tidak bosan dengan orang yang pendiam ya Jasmine." Sontak Mama Anya dan Clarisa terkekeh geli.
"Sejujurnya Ma. Leo sangat cerewet menurutku." Mama Karina membulatkan matanya.
"Itu tandanya Leo nyaman bersamamu. Leo hanya cerewet kepada beberapa orang saja yang dianggapnya nyaman." Clarisa tersenyum. Cerewet yang Clarisa maksud adalah cerewet yang menyebalkan. Membuat masalah kecil menjadi besar dan melebih-lebihkannya.
"Jasmine, apa semalam kau menemui Leo?" Clarisa berfikir sejenak.
"Semalam Leo memang datang dan mampir ke apartemenku." Untuk memotong jariku. Lanjut Clarisa dalam hati.
"Apa tidak sebaiknya kita mengganti gaun Jasmine?" Clarisa mengernyit. Apa ada yang aneh dari gaunnya sehingga mama Anya mengusulkan untuk mengganti gaunnya. Sejujurnya Clarisa malah menyukainya karena gaun ini terlalu terbuka.
"Benar. Kita ganti dengan yang sedikit tertutup." Clarisa tersenyum senang mendengar penuturan mama Karina.
"Kalau gitu aku akan cari gaunnya. Kamu disini saja mengobrol lebih lama dengan Jasmine agar saling mengenal." Ujar mama Anya sembari tegopoh-gopoh melangkah keluar dari ruangan.
"Kamu semalam berbuat apa sama Leo?"
"Kenapa mama Karina tanya seperti itu?" Mama Karina menghela mafas panjang.
"Kemarilah Jasmine." Mama Karina menuntun Clarisa kedepan standing miror. Clarisa masih sedikit tak paham saat mama Karina melakukannya.
Namun mata Clarisa langsung membulat dengan sempurna mendapati bekas hisapan yang Leo lakukan semalam.
"Ma, ini tidak seperti yang mama fikirkan." Mama Karina tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
"Mendengarmu yang sangat menjaga kesucian, mama tidak berfikir panjang untuk menjadikanmu menantu. Tapi melihatmu malah terbawa arus Leo mama sedikit kecewa." Ada nada kesedihan di balik ucapan wanita anggun ini. Clarisa tak tahu harus bagaimana untuk menghibur wanita ini.
"Tapi mama senang, karena mama tahu Leo sangat menyukaimu. Mama harap kamu bisa mengubah kebiasaan buruk Leo yang suka berganti pasangan." Leo benar-benar anak yang tidak berbakti. Mengapa membiarkan mamanya tahu tentang hobi buruknya? Tidak seharusnya Leo tidak melakukannya sedari awal.
"Semoga Jasmine bisa ma."
"Kamu harus bisa Jasmine. Kamu wanita pilihan mama. Pikatlah Leo, jangan sampai dia berpaling darimu." Clarisa tersenyum. Yang sebenarnya, Clarisa ingin menendang Leo agar menjauh darinya.
"Ini gaunnya." Pintu terbuka dan mama Anya masuk bersama dua orang desainer? Entah, Clarisa tidak tahu. Sambil membawa sebuah troli pakaian yang berisi gaun-gaun indah dengan model atas yang sangat tertutup.
Clarisa suka itu.
"Mama bawa beberapa kesini. Takut mama salah membawakan ukuran. Pilihlah yang kamu suka." Clarisa membuka satu persatu gaun yang indah itu. Matanya menangkap satu gaun berwarna abu-abu yang sangat indah.
"Aku akan pilih yang ini saja ma." Ujar Clarisa menunjukkan gaun pilihannya.
"Kenapa memilih warna yang seperti ini? Kenapa tidak memilih warna yang lebih cerah saja?" Ujar Mama Anya sedikit kurang setuju dengan pilihan Clarisa.
"Aku memilih ini karena Leo pasti menggunakan tuxedo berwarna hitam kan? Jadi aku ingin menyesuaikan nadanya saja."
"Kau pengertian sekali Jasmine." Ucap mama Karina mengelus lembut rambut Clarisa.
"Begitu tak masalah." Akhirnya mama Anya-pun setuju.
"Aku sudah protes kepada make up artist-nya. Ternyata mereka tidak menyadari warna biru di leher Jasmine. Susah payah aku mendapatkan make up artist itu, tapi setelah mereka pergi ke acara lain mereka meninggalkan kekecewaan." Omel mama Anya.
"Lain kali lebih baik kita pilih make up artist yang stay sampai acara selesai. Terlebih untuk pernikahan mereka nantinya, kita tidak boleh pilih sembarangan." Ujar mama Karina dan diangguki setuju oleh mama Anya.
"Ayo Jasmine biar kedua mama ini yang membantumu memakaikan gaun itu." Ucap mama Karina setelah mama Anya memberi isyarat kepada dua desainer itu pergi keluar membawa gaun yang tak terpilih.
"Beruntung aku mengenal teman yang memiliki butik tadi." Mama Anya masih terus mengeluh.
"Sudah, ayo kita bantu Jasmine."
*
Sudah sejak Clarisa mengganti pakaiannya, Leo sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya. Apa Clarisa akhirnya ditinggalkan? Kira-kira apa yang membuat Leo datang terlambat?
"Ma. Bukankah acaranya akan dimulai sebentar lagi?" Tanya Clarisa kepada dua mama yang setia mendampinginya.
"Iya sayang. Tapi Leo nampaknya belum juga datang. Papa Robert sedang mengulur waktu diluar." Clarisa mendesah khawatir. Apa mungkin Leo sedang melakukan pekerjaan bahaya lagi?
"Kamu tidak usah gugup sayang. Kamu adalah tunangan resmi dari Leo sang pemilik perusahaan IT terbesar. Kau harus percaya diri, mungkin Leo sedang mengurus sesuatu." Mendengar perkataan mama Karina barusan, membuat Clarisa yakin bahwa mama Karina tidak tahu pekerjaan sampingan yang dilakukan Leo.
"Iya ma. Aku yakin Leo akan segera datang." Mungkin datang dengan banyak luka dan darah.
"Mama sudah hubungi Leo tapi tidak diangkat. Tidak biasanya juga Leo begini." Terang mama Karina.
"Biar Jasmine bantu untuk menelfon ma." Clarisa berinisiatif menelfon Leo.
Nada dering tersambungpun menyapa telinganya. Saat nada terhubung terdengar Clarisa terdiam oleh perkataan Leo.
"Jangan mengeluarkan suara."
"Pergilah ketangga darurat. Jangan katakan aku ada disini pada siapapun. Datanglah sendiri dan bawa kemeja baru, jika memungkinkam bawalah juga dua gulung perban."
Sambungan terputus.