"Kau terlihat tidak bersemangat, Shin."
"Bukankah aku memang selalu begitu, Miyuki?"
"Tidak juga. Jika ada sesuatu, pasti kau akan bersemangat dan bahkan berekspresi aneh."
"..." Shin tidak menyangkalnya. Lagian, itu adalah sifat yang diturunkan dari Ayahnya. Dia juga merasa aneh ketika melihat Ayahnya yang ... berekspresi aneh seperti menyeringai.
"Apa motivasimu di SMA ini, Miyuki?" Tanya Shin sambil mengingat pertemuan pertama kalinya dengan Shirogane.
"Aku ingin mengincar posisi Ketua OSIS, dengan begitu banyak hal yang bisa kulakukan.."
"..Dan banyak waktu yang kau habiskan untuk membuat tenagamu."
"Selain itu, tujuanku adalah menjadi orang sukses agar keluargaku bisa hidup enak. Yah, walaupun sekarang fokusku masih untuk belajar dan bekerja paruh waktu."
Shin melirik Shirogane, lalu menepuk punggungnya yang membuat Shirogane kaget dan bertanya-tanya mengapa Shin melakukan itu.
"Suatu hari nanti, aku akan mencoba membantumu."
"Ah, terima kasih, Shin."
"Kita bukan cuma Rival, tapi juga sahabat. Andalkan aku kapanpun kau membutuhkanku."
Shirogane tersenyum dan berkata. "Tentu saja, kawan."
***
SMA Elite Tokyo, adalah sebuah SMA yang didalamnya terdapat banyak sekali Murid-murid pintar dan berprestasi, sehingga menjadikan SMA ini pilihan bagi orang tua yang menginginkan Anaknya menjadi orang sukses.
Mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah, semuanya berkumpul di sini. Tidak ada kasta yang memisahkan para Murid, semuanya tentram dan jarang sekali ada kasus Pembullyan, karena Sistem Pendidikannya.
Shin dan Shirogane bersekolah di sini karena mereka adalah Siswa berprestasi yang mendapatkan Beasiswa.
Shirogane berpikir kalau dia bisa mendapatkan apa yang dia mau, sehingga tujuannya tercapai di Sekolah ini. Sementara Shin, dia hanya penasaran dan menginginkan nuansa baru yang membuatnya bersemangat.
"Apa kau sudah diberitahu oleh Guru tentang Kelasmu?" Shin bertanya sambil berjalan melewati Murid-murid lain.
"Iya. Aku di Kelas 1-2. Kalau kau?"
"1-5. Semoga saja tidak ada Murid-murid yang merepotkanku di sana."
"Bukankah kau sangat suka tantangan?"
"Jenis tantangan yang kusuka adalah tantangan yang bisa mengancam nyawaku atau nyawa orang lain."
"Kau terlalu banyak menonton Anime dan bermain Game, lalu ... nyawa bukanlah hal yang bisa dipermainkan!"
Shin mengabaikannya dan Shirogane terus menceramahinya. Keduanya masuk ke dalam bangunan Sekolah, mereka mengganti Sepatu mereka terlebih dahulu dengan Sepatu khusus di dalam ruangan.
"Ah, itu temanku. Maaf, Shin, aku ingin pergi ke temanku dulu."
"Yah, silahkan." Shin menjawabnya tanpa melirik Shirogane dan fokus membuka sepatunya.
Dia memasukkan Sepatunya ke dalam Loker miliknya yang berada tepat di tengah-tengah. Kemudian, dia menguncinya sebelum mengalihkan pandangannya ke depan, yang bertemu dengan seorang gadis seusianya yang memiliki paras cantik.
Gadis itu memiliki rambut hitam yang panjang serta mengkilap, tatapan matanya tajam tapi lembut, tubuhnya sangat modis hingga membuat Shin terpana saat melihatnya untuk beberapa saat.
Tatapan gadis itu berpindah, bertemu dengan tatapan Shin yang membuat suasana canggung.
"!!!" Gadis itu terkejut dan terdiam, terus memelototi Shin.
"?" Shin kebingungan, lalu dia ingin menyapa, namun gadis itu dengan cepat kabur darinya. "Apa-apaan?" Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Lalu, Shin juga pergi dari sana menuju kelasnya yang berada di sisi kanan bangunan. Sepanjang lorong dipenuhi oleh Murid baru yang bersekolah di sini, hingga membuat keberadaan Shin seolah-olah samar dimata mereka.
Sesampainya di depan kelasnya, dia menggeser pintu kelas untuk membukanya, mengamati seisi kelas yang terdiri dari beberapa orang di dalam. Mungkin mereka teman sekelasnya, itulah pikirnya.
Dia duduk setelah mengamati seisi kelas barunya, menyadari bahwa seseorang yang duduk di sebelahnya adalah gadis yang dia temui di loker tadi.
"Kamu..."
"!!!" Gadis itu lagi-lagi terkejut dan terdiam sambil memelototi Shin.
"?" Shin kembali bingung melihat reaksinya, tapi setelah melihat jelas tatapan gadis itu, dia baru mengetahuinya. 'Apa jangan-jangan dia gugup? Eksepsinya membuat orang-orang salah paham dengannya.' Pikirnya.
"Namaku Sasaki Shin. Salam kenal ...?"
"!!!" Gadis itu menjadi panik ketika mendengar perkenalan Shin, mencoba melakukan sesuatu tetapi dia terus-menerus panik yang membuat semuanya kacau.
"Apa kamu ... tidak bisa berbicara? Atau ... gugup?"
"..." Gadis itu terdiam sambil menunduk malu. Kini perubahan suasananya jelas terasa oleh Shin.
"Bagaimana kalau menggunakan Buku? Tulis apa yang ingin kamu katakan." Shin menyarankan, mengeluarkan Buku miliknya dan menyodorkannya ke gadis itu.
"Umm." Gadis itu mengangguk dalam diam, mengambil Buku Shin pelan-pelan. Lalu, menggunakan pulpen untuk menulis di Buku tersebut, menulis kata-kata yang ingin dia sampaikan.
( Namaku Komi Shouko. Salam kenal, Sasaki-san. )
"Begitu. Salam kenal, Komi-san."
***
Kelas dimulai dengan Perkenalan dari semua Murid dikelas Shin, tak terkecuali Wali kelas yang menjaga di sana. Setelah Perkenalan singkat tersebut, semua Murid bebas mau melakukan apapun di Sekolah ini, karena belum ada Jadwal Pelajaran.
"Oi, Shin." Shirogane datang ke kelas Shin, menyapanya. "Mau ke kantin? Aku belum makan sama sekali." Sudah jelas niatnya ingin makan gratis.
Shin dan Shirogane adalah Siswa berprestasi yang mendapatkan Beasiswa dari Sekolah.
Murid yang mendapatkan Beasiswa memiliki hak lebih dan istimewa di Sekolah ini. Hanya ada beberapa Murid saja, jadi Pihak Sekolah ingin Murid yang berprestasi lebih berkembang di sini, tentunya dimanjakan oleh Hak istimewanya.
Salah satunya adalah Makan gratis untuk tiga porsi makan pertama. Jika lebih, Murid harus membayarnya menggunakan uang mereka.
"Aku ikut." Shin berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Shirogane, tapi langkah kakinya terhenti sebelum dia menoleh kebelakang. "Komi-san, apa kamu mau ikut juga?" Ajak Shin.
Komi terkejut dan segera menulis di bukunya. ( Apa Boleh? ) Dia bertanya dengan wajah polos.
"Heh? Ahahaha." Shin tertawa kecil yang membuat Komi bingung dan malu, mempertanyakan apakah pertanyaan aneh hingga membuat Shin tertawa.
"Kalau aku mengajakmu, sudah jelas boleh. Ya, kan, Miyuki?"
"Tentu saja." Shirogane mengangguk pasti.
"Nah, mau ikut?" Ajak Shin sekali lagi.
"Umm!" Komi terlihat bersemangat.
"Ayo."
Mereka bertiga berjalan menuju Kantin. Sepanjang perjalanan, mereka ditatap oleh semua Murid yang mereka lewati, atau lebih tepatnya semuanya terpana melihat kecantikan Komi yang begitu cantik nan anggun.
Mungkin, cuma Shin dan Shirogane yang sedikit terkena efek kecantikan Komi. Selain keduanya tidak terlalu peduli dengan hal semacam ini, mereka berdua juga sama sekali belum berpengalaman tentang "Cinta" sama sekali.
Shin adalah kepribadian yang hebat tetapi pemalas. Sebaliknya, Shirogane adalah kepribadian meragukan tetapi pekerja keras.
"Jadi dia kesulitan berkomunikasi?" Shirogane berekspresi aneh ketika memikirkannya.
"Ya, seperti itu lah. Ada saran?"
"Emm... Aku tidak ... tahu. Baru pertama kalinya aku melihat kasus seperti ini. Mungkin memang ada, tapi tidak separah ini. Jelas, ini penyakit yang harus ditangani psikologi."
"Begitu, ya."
Komi yang mendengarnya, menundukkan kepalanya, bertanya-tanya apakah dia aneh atau semacamnya, atau dia memang sudah tak punya harapan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan bahkan impiannya yang ingin mempunyai banyak teman.
"Kalau begitu, kita cuma harus membuat Komi-san percaya diri, bukan?"
"Y - Ya, benar juga sih. Tapi masalahnya tidak akan semudah itu."
"Tenang saja. Selama ada aku dan otakku, semuanya berada di dalam rencanaku." Shin menyeringai percaya diri sambil menunjuk kepalanya.
"Kau terlalu banyak menonton Anime dan bermain Game."
"Diam. Ini tentang kepercayaan diri ... Baiklah, Komi-san, tujuan utamamu adalah menjadi agak percaya diri. Setidaknya bisa mengucapkan satu sampai dua kata itu sudah cukup."
Komi merasa tidak nyaman atau lebih tepatnya mereka kalau dia telah merepotkan Shin. Jadi, dia menulis kata-kata pada Bukunya dan memperlihatkannya kepada Shin, justru membuat Shin tertawa.
"Merepotkanku? Tidak, tidak. Kita kan sudah kenal, dan kamu baru punya sedikit teman kan gara-gara ini? Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita berteman? Mau ..?"
"!!!" Komi kaget, lagi-lagi dibuat kaget oleh Shin. Dia tidak tahu harus berbuat apa saking gugupnya, namun ... ini adalah satu-satunya kesempatan yang bisa mengubah hidupnya.
( Aku mau. ) itulah yang ditulis Komi di bukunya.
"Hahaha. Nah, sekarang, jangan merasa kalau aku direpotkan. Aku tertarik soal masalah ini dan mau mencoba sesuatu." Seringai Shin memiliki arti lain.
"Kau ingin menjadikan Komi-san sebagai kelinci percobaanmu?"
"Sedikit benar. Ini menarik, tahu. Melihat tingkah laku orang-orang tentang Komi-san yang sebenarnya ... Itu membuatku bersemangat."
"Kau secara terang-terangan mengatakannya." Shirogane menghela nafas, lalu melirik Komi yang sedikit tersenyum ke arah Shin tanpa Shin sadari. Dan ... 'Dia tersipu? Bukankah ini yang dikatakan Ishigami kalau seorang gadis merasa tertarik, maka ... Sial.'
"Kau ternyata ahli dalam hal beginian, Shin. Kukira kita sama ... Sama-sama bodoh soal ini. Ternyata kau adalah Masternya!"
"Hah? Apa yang kau katakan?"
"Kedepannya, aku akan meminta saranmu, Master."
"Hah ..?"