webnovel

Bangsat Boys

Jeka pemuda badung ketua geng Bangsat Boys tengah mengalami patah hati akut. Pada suatu hari ia bertemu dengan gadis polos bernama Unaya. Kesepakatan yang tak terduga terjadi, terlibatlah mereka dalam sebuah hubungan pacaran kontrak. Hubungan yang mulanya hanya berlandaskan saling menguntungkan tiba-tiba berubah menjadi hubungan rumit dan menyesakkan. Dan disinilah titik balik leader Bangsat Boys bermula.

nyenyee_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
69 Chs

Perhatian Kecil

Unaya membereskan barang-barangnya kemudian bergegas mengejar Jeka yang tengah merajuk sampai-sampai melupakan Ririn yang masih asyik dengan dunianya. Gadis itu tidak menyangka kalau Jeka bakal ngambek hanya karena games cendol? Maklum Unaya kan belum pernah pacaran sebelumnya, jadi ya wajar saja jika gadis itu sedikit tidak peka.

"Jeka tungguin dong! Kok loe pergi gitu aja sih? Terus gue balik sama siapa?". Teriak Unaya. Jeka diam saja, pemuda itu masih terus berjalan dengan gagahnya tanpa menghiraukan panggilan sang gadis. Dianggurin itu gak enak Bro, baru juga beberapa jam yang lalu resmi kan maunya mesra-mesraan terus.

"Jeka!!!". Panggil Unaya lagi. Jeka menghembuskan nafas berat. Mau marah tapi tidak tega, dan lagi ia sedang dalam mode bucin akut. Akhirnya Jeka menghentikan langkahnya namun tidak menoleh kebelakang untuk menatap Unaya.

"Duluan aja ke parkiran, ntar gue nyusul". Kata Jeka pada antek-anteknya. Semuanya mengangguk dan menuruti perintah Jeka. Jimi sempat melirik kearah bangku kantin yang tadi mereka tempati. Tadinya pemuda itu tengah mencari belahan jiwanya alias Victor, namun melihat sang belahan jiwa sedang asyik dengan Ririn, ia berdecih kemudian menyusul langkah teman-temannya menuju parkiran.

"Bu Bos pamit dulu". Pamit Jimi sebelum benar-benar pergi. Unaya mengangguk kemudian tersenyum tipis sebagai tanggapannya. Gadis itu maju satu langkah agar bisa lebih dekat dengan Jeka yang masih betah memunggunginya.

"Marah ya karena dicuekin?". Tanya Unaya hati-hati.

"Ya iyalah! Pakai nanya lagi!". Sahut Jeka dengan ketusnya yang membuat Unaya meringis.

"Maaf deh kalo sikap gue bikin loe gak nyaman. Janji kok gak akan begitu lagi, Heum?". Bujuk Unaya namun belum juga berhasil membuat Jeka lumer marahnya. Unaya tersenyum lembut sebelum memberanikan diri untuk memeluk Jeka dari belakang. Dilingkarkan-lah tangan gadis itu ke perut Jeka dan disandarkan-lah kepalanya dipunggung tegap pemudanya. Hati Jeka menghangat seketika, perlakuan Unaya yang terlampau manis seperti ini sungguh membuat emosinya meredam.

"Maaf ya...". Kata Unaya sekali lagi dengan super lembut. Jeka tak tahan untuk tidak tersenyum, pemuda itu menggenggam jemari Unaya yang melingkari perutnya kemudian menarik gadis itu kedalam pelukannya.

"Maaf juga karena udah ngambek gak jelas kayak anak kecil. Tapi gue gak suka dicuekin". Sahut Jeka sembari mengecup pelipis Unaya. Unaya terkikik kemudian mendongak untuk menatap wajah merajuk Jeka.

"Gemes banget sih pacarku ini, iya gak cuekin lagi kok". Kata Unaya sambil menarik hidung Jeka dengan gemas. Jeka cengengesan, pemuda itu menyentil dahi Unaya sebelum beralih menatap gadisnya dengan serius.

"Cuma mau kasih tahu kalau kita harus saling percaya apapun keadaannya". Unaya mengernyitkan dahinya terlihat bingung. Kenapa Jeka mendadak serius disaat mereka sedang melakukan scene gemoy?

"Maksudnya? Loe kenapa mendadak serius kayak gini?". Tanya Unaya sambil terkekeh mencoba untuk mencairkan suasana yang mendadak tegang.

"Dengerin gue baik-baik". Jeka melepaskan pelukannya kemudian menyentuh kedua bahu Unaya sebelum melanjutkan perkataannya.

"Helena gak akan biarin kita bahagia. Gue yakin dia bakal ngehasut loe biar loe ngejauh dari gue, dan gue gak mau itu terjadi! Apapun yang dia omongin ke-loe apalagi tentang gue, please jangan pernah loe terima mentah-mentah gitu aja. Loe bisa tanya apapun ke gue, dan gue akan selalu bicara jujur ke-loe. Paham?". Unaya menatap mata Jeka dan gadis itu bisa melihat keseriusan disana.

"Janji buat selalu bicara jujur ke-gue meski itu hal buruk sekalipun?!". Tanya Unaya yang menatap mata Jeka tak kalah serius. Gadis itu memang tidak suka dibohongi, menurutnya sebuah hubungan harus dilandasi dengan kejujuran agar tidak mudah hancur. Demi mendengar pertanyaan dari mulut Unaya, Jeka mengangguk dengan mantap.

"Heum, janji bakal jujur meski itu hal buruk sekalipun. Cowok yang dipegang janjinya, gue gak akan pernah ingkar". Sahut Jeka sembari mengusap pipi Unaya dengan lembut.

"Misi! Misi! Iklan lewat!". Kata Ririn sembari lewat ditengah-tengah antara Jeka dan Unaya, membuat dua sejoli itu sebal tak karuan.

"Jalan luas noh!". Umpat Jeka dengan wajah marahnya.

"Kalau mau pacaran inget tempat dong! Hargain para jomblo termasuk gue". Sahut Ririn sok dramatis sambil mengusap matanya. Dan karenanya, dengan sombong Jeka langsung mengambil dompet dari saku celananya kemudian mengeluarkan uang lima puluh ribuan.

"Nih, gue hargain!". Ujarnya sambil mengulurkan uang tersebut kearah Ririn. Bukannya merasa sakit hati karena direndahkan secara tidak langsung, Ririn justru memekik bahagia sambil menerima uang tersebut.

"Alhamdulillah, rejeki gak kemana". Namun Unaya tidak suka dengan sikap angkuh Jeka, gadis itu menoleh kesamping siap mengomel.

"Gak boleh kayak gitu, loe jahat banget sih sama Ririn. Gak semua hal bisa dibayar pakai uang".

"Eh?". Jeka kaget karena Unaya tiba-tiba mengomel. Sementara itu Ririn buru-buru menenangkan Unaya dengan cara mengusap pundaknya.

"Udah Na, gue gak apa-apa kok". Bujuk Ririn. Unaya menyentak tangan Ririn sebelum berkata.

"Gak bisa kayak gitu Rin. Kalau dibiarin aja dia bisa semena-mena". Dan demi apapun Victor hanya diam menyimak karena tidak berani membuka mulut. Bu Bos satu ini memang begitu baik dan bijaksana.

"Meski gue sayang sama loe, tapi kalau loe jahat sama Ririn kayak gitu, gue gak bisa terima!". Kata Unaya dengan galak. Jeka mengulas senyum geli kemudian bersedekap dada. Pemuda itu menatap serius kearah gadisnya.

"Terus gue harus gimana? Letak kesalahan gue dimana?". Sahut Jeka dengan sabar.

"Hargain yang dimaksud Ririn itu dalam konteks yang berbeda, tapi loe malah kasih dia uang! Itu namanya loe ngehina secara gak langsung, mentang-mentang punya duit terus seenaknya! Minta maaf sama Ririn!". Perintah Unaya.

"Ogah! Jeka leader Bangsat Boys gak pernah minta maaf duluan!". Sahut Jeka dengan pongahnya. Pemuda itu sudah setahun menjabat sebagai leader dan telah terbiasa memerintah hingga mengucapkan kata maaf jarang sekali ia lakukan, kecuali dengan Unaya dan adiknya.

"Tapi Jeka pacarnya Unaya gak pernah malu buat minta maaf duluan!". Sahut Unaya balik. Demi apapun Jeka tidak bisa berkutik dan hanya mampu menghembuskan nafasnya frustrasi.

"Minta maaf gak bikin loe terlihat lemah kok". Lanjut Unaya. Jeka mendengus, pemuda itu melirik kearah Ririn yang mati-matian menahan tawanya terlihat sekali sedang meledek. Dan hal itu semakin membuat Jeka ogah meminta maaf.

"Lihat tuh dia ngeledek! Gue gak mau!". Kata Jeka sambil menunjuk kearah Ririn. Ririn buru-buru memasang wajah memelas saat Unaya menatap kearahnya.

"Ya ampun ngeledek apaan sih? Gue dari tadi diem aja menahan sakit hati". Jeka mengumpat tanpa suara, kurang ajar memang cewek o'on satu itu. Lihat saja Jeka pasti akan membalasnya dengan sadis.

"Tuh kan kasihan Ririn, cepet minta maaf Jeka!!!". Bentak Unaya.

"Iya-iya, maaf Rin!". Kata Jeka ogah-ogahan.

"Hah? Apaan Jek? Loe ngomong apa? Maaf gue lupa ngorek kuping jadi gak denger suara loe". Sahut Ririn pura-pura budek. Jeka mengangkat jari tengahnya diam-diam kearah Ririn saat Unaya meleng yang dibalas juluran lidah oleh gadis itu.

"MAAF RIRIN KARENA KETERLALUAN SAMA LOE. PUAS!!!". Kata Jeka nge-gas yang membuat Victor diam-diam menahan tawa. Luar biasa pentolan sekolah minta maaf duluan sama cewek o'on lagi.

"Nah gitu dong, itu baru pacar gue". Puji Unaya sembari mengusap lengan Jeka lembut. Dan karenanya amarah Jeka kembali redam. Jeka tersenyum lembut kearah Unaya kemudian beralih menatap Ririn dengan sinis.

"Oh iya jangan lupa ambil noh duit setoran dagangan loe di minimarket depan sekolah, cari aja cewek yang namanya Zara". Kata Jeka cuek.

"Kok gue? Ya loe lah, kan loe udah janji mau bantuin gue dagang!". Omel Ririn membuat Jeka tersenyum smirk.

"Emang loe siapa beraninya nyuruh-nyuruh gue?". Tantang Jeka.

"Oh lupa kalo gue...". Jeka langsung melempar memory card milik Ririn sebelum gadis itu mengancamnya seperti biasa. Ririn menganga tak percaya, bagaimana mungkin memory card berharganya bisa ada ditangan Jeka? Gadis itu menoleh dan menatap Victor dengan sinis, yang ditatap kaget namun sedetik kemudian pura-pura bodoh?

"Look at you now look at me, look at you now look at me! How you like that?!". Kata Victor yang bagi Ririn sangat membuatnya jengkel.

"Urusan kita udah selesai ya cewek o'on, tahu kan kalau berani macem-macem sama gue apa akibatnya? Yuk, yank!". Jeka tersenyum miring kearah Ririn sebelum merangkul bahu Unaya dan membawa gadis itu pergi ke arah parkiran. Ririn blank, wajahnya merah padam karena sebal.

"HIH!!! SENJATA GUE. HUWEEEEE...". Rengek gadis itu dengan frustrasi. Sementara itu Victor dibuat ketar-ketir.

"Sebelum diamuk...". Pemuda itu menatap kearah Ririn takut-takut.

"Kaboooooooorrrrrrr!!!". Teriak Victor yang langsung lari ngibrit sebelum Ririn sempat melayangkan sepatu kearahnya.

--Bangsat Boys--

Janjinya tidak akan mengabaikan Jeka lagi tapi faktanya Unaya justru kembali sibuk dengan games cendol-nya sampai-sampai ditelepon tidak diangkat. Dan karena itu Jeka memutuskan untuk menghubungi Jeni untuk menanyakan keadaan Unaya. Sejak mengetahui fakta yang sebenarnya jika Jeka adalah kakak tirinya, Jeni memang terlihat canggung dengan pemuda itu. Jeni masih bungkam, gadis itu tidak berniat untuk memberitahukan fakta menyakitkan itu pada Kakak-nya. Biarlah Unaya tahu sendiri nantinya, toh lama kelamaan benang kusut akan terurai. Tinggal menunggu waktu saja.

"Kak lagi ngapain sih? Ini Kak Jeka telepon". Tanya Jeni sembari mengintip dari balik pintu kamar Kakak-nya. Unaya melirik kearah Jeni sejenak kemudian kembali fokus ke ponsel.

"Stttttt... gak usah diangkat". Sahut Unaya dengan entengnya. Jeka yang mendengar jawaban Unaya dari sambungan telepon tentu saja tidak terima.

"Heh! Nakal! Tadi janjinya apa heum?". Unaya meringis, tidak tahu kalau Jeni sudah mengangkat telepon dari Jeka.

"Ngomong sendiri sama orangnya ya Kak, Jeni mau lanjut belajar lagi". Jeni memberikan ponselnya pada Unaya sebelum keluar dari kamar gadis itu.

"Lagi ngapain sih sampe gak mau angkat telepon gue?". Omel Jeka. Maklum namanya juga baru jadian, setiap waktu tentu ingin selalu dengan sang pacar. Ya minimal mendengar suaranya lah.

"Lagi main cendol hehe". Terdengar hembusan nafas kasar dari Jeka, pemuda itu kembali dibuat sebal begitu nama cendol disebut.

"Hidupin kamera loe". Perintah Jeka yang langsung dituruti Unaya, alhasil mereka jadi video-call an.

"Apa gue harus ganti nama jadi cendol biar diperhatiin terus sama loe?". Tanya Jeka dengan memelas.

"Pfttttttt... wah keren tuh, cendol Nalendra". Ledek Unaya yang membuat Jeka melotot.

"Hee? Berani jawab ya. Seriusan ini gue kangen, kapan selesai main cendol-nya?". Rengek Jeka.

"Ya kalo udah dapat banyak heart, makannya bantuin dong. Gue sedih nih karena heart-nya cuma sedikit". Rengek Unaya balik yang membuat Jeka terkekeh.

"Dapat apa kalau mau bantuin?". Goda Jeka.

"Mau-nya apa?". Jeka tersenyum miring sebelum menjawab.

"Kalo ditawarin sih, maunya minta cium". Wajah Unaya memerah karena mendadak ingat kejadian di pagar belakang sekolah.

"Ihhh, itu sih enakan di loe. Kalo loe bisa kumpulin lebih banyak heart dari gue, gue bikinin bekal makan spesial". Mata Jeka langsung berbinar mendengarnya.

"Beneran ya? Otw download cendol nih!". Kata Jeka dengan semangat.

"Tapi kalo heart gue lebih banyak dari loe, loe yang harus bikinin gue bekal makan spesial gimana? Hoaammm...". Sahut Unaya sembari menguap lebar. Jeka tahu Unaya sudah mengantuk dan terlihat lelah, tapi gadis itu memaksakan diri untuk mencari heart.

"Oke setuju, tapi kalau sayang capek jangan dipaksain ya! Langsung bobo". Peringat Jeka.

"He'eum, batas-nya sampai jam setengah sembilan ya. Daghhh...". Kata Unaya kemudian mematikan sambungan video call sepihak.

Jeka langsung meng-instal games cendol dan segera login. Pemuda itu ingat sekali wajah kuyu gadis-nya yang terlalu memaksakan diri tanpa memikirkan kondisi kesehatannya. Main games sih boleh-boleh saja, tapi tetap ingat ya jika kondisi kesehatan adalah nomor satu :)

Jeka membuka aplikasi instagram, sebelum memposting sebuah foto pemuda itu menyembunyikan-nya terlebih dahulu dari akun Eunha.

king.jk0197

Yang mau kasih heart ke-akun cendol Armymanies langsung gue folback!

Dan demi kerang ajaib, akun cendol Unaya banjir heart. Gadis yang matanya tinggal lima watt itu mendadak membulat, banyak sekali akun-akun yang berdatangan ngajak duel. Dan lagi Unaya jadi panen heart, gadis itu tersenyum lebar kemudian buru-buru men-screen shoot jumlah heart-nya dan dikirimkan ke-Jeka.

From: Kelinci Madu

Kelinci Madu sent a picture...

Gue menang deh kayaknya😋

Jeka: Yahhhh... Padahal gue baru mau nyari heart☹️

Ditunggu bekal spesial-nya sayang😘

Read

Jeka tersenyum membaca chat-room nya dengan Unaya. Pemuda itu lega, setidaknya setelah mendapatkan banyak heart Unaya pasti akan langsung tidur dan bisa beristirahat. Namun Jeka mendadak terdiam, ingat janjinya pada Unaya saat video call-an tadi.

"Oh iya bekal spesial, masak apaan Sat?! Keliaran di dapur aja jarang😭". Umpat Jeka sembari mengacak rambutnya frustrasi.

--Bangsat Boys--