webnovel

Bab 7 Tidak Ada Dokter Spesialis

"Dokter Widjaja sangat hebat. Dokter dapat mendiagnosis penyakit langka yang dialami pasien!"

Para perawat dan dokter magang sibuk mengobrol. Jonathan melihat hasil pemeriksaan CT pasien dan dia terkejut. Bukan dia yang menemukan penyakit pasien, tetapi gadis SMA itu…

'Siapa dia?' pikir Jonathan dalam hati.

Dia berbalik, menerobos kerumunan dan berjalan ke arah pintu masuk IGD. Ambulans rumah sakit diparkir di halaman dan tidak ada orang di sekitarnya. Mungkinkah dia bermimpi ada peri yang membantunya mendiagnosis penyakit pasien?

"Dokter Widjaja sedang mencari apa?" tanya perawat yang mengikuti di belakang.

"Apakah kamu melihat seorang gadis dengan seragam SMA yang tadi berdiri di sini?" Jonathan menunjuk ke arah Clara berdiri sebelumnya.

"Tidak." Semua perawat menggelengkan kepala secara bersamaan.

"Dokter Widjaja, saya telah menghubungi department bedah di rumah sakit ini, tetapi rumah sakit ini tidak memiliki spesialis bedah kardiotoraks. Mereka bilang tidak bisa melakukan operasi pasien yang baru masuk." kata salah seorang dokter magang. Dokter itu tampak berkeringat karena baru saja berlari untuk menyampaikan informasi penting ini.

Wajah Jonathan berubah menjadi gelap. 'Aduh! Aku lupa kalau saat ini sedang berada di rumah sakit lain.'

Sementara itu di asrama dokter.

Dimas sangat terkejut saat mendapat telepon dari rekan kerjanya.

"Dokter mana yang mampu mendiagnosis aneurisme aorta yang jarang terjadi?"

"Bukan dokter dari rumah sakit kita. Aku dengar dokter itu adalah dokter kenalan kepala rumah sakit. Dia bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Nasional di Jogja. Dokter itu datang ke rumah sakit kita untuk memberi pelatihan bagi staf departemen bedah syaraf. Namanya dokter Widjaja.

Dia merupakan siswa terbaik di fakultas kedokteran Universitas Nasional. Dia mendapat beasiswa ke luar negeri dan baru kembali ke negara kita minggu lalu. Malam ini dia menggantikan dokter jaga di rumah sakit kita. Dia beruntung sekali berhasil menemukan kasus langka seperti ini." Teman Dimas berbagi gosip dengan penuh semangat.

"Mahasiswa teladan dari Universitas Nasional memang hebat. Tapi, apa yang akan dia lakukan setelah mendiagnosis pasien? Aku pikir mereka tidak punya cukup waktu untuk mentransfer pasien ke rumah sakit propinsi di Surabaya." Dimas menghela napas sebelum melanjutkan.

"Di kota kita tidak ada dokter yang mampu melaksanakan operasi itu. Rumah sakit kita memiliki mesin ECMO, tetapi kita masih belum memiliki dokter bedah kardiotoraks." Wajah Dimas tampak bangga ketika menyebutkan mesin ECMO.

Profesi dokter mirip dengan seorang chef. Kita tidak bisa memasak tanpa nasi, bukan? Meski Jonathan adalah dokter terkenal, dia tidak banyak yang bisa dia lakukan karena fasilitas dan lingkungan yang kurang mendukung.

Kembali ke Rumah Sakit Sumber Waras.

Jonathan berjalan ke ruang operasi dan melepaskan jas dokternya. Dia sedang mengenakan baju bedah berwarna hijau tua. Pria itu memegang ponsel Nokia sambil berbicara dengan Andhika Wicaksono, teman lama sekaligus dokter bedah kardiotoraks di rumah sakit tempat dia bekerja.

"Dhika, aku akan mengikuti instruksimu. Semua dokter di sini tidak mampu melakukan operasi ini."

"Apakah kamu sudah gila? Rumah sakit itu sangat berbeda dengan rumah sakit tempat kita bekerja. Fasilitas dan staf yang ada sungguh berbeda." omel Andhika.

"Mau bagaimana lagi? Apakah kamu tega membiarkan pasien meninggal karena tidak mendapat perawatan? Dia memiliki anak dan istri." balas Jonathan.

Area tempat keluarga menunggu dipenuhi dengan isak tangis.

"Aduh." Andhika menghela napas. Sungguh tidak mudah melatih seorang ahli bedah kardiotoraks. Orang awam tidak mengerti, jadi mereka hanya bisa menyalahkan rumah sakit karena tidak memiliki dokter bedah kardiotoraks. Di negara mereka, hanya beberapa rumah sakit yang memiliki departemen bedah kardiotoraks. Rumah sakit kecil biasanya tidak memiliki fasilitas ini.

Akhirnya Andhika hanya bisa menolong sejauh yang dia mampu.

"Aku akan memberi tahu prosedur yang harus kamu lakukan. Tapi kamu harus berhati-hati karena seorang dokter bedah kardiotoraks harus menempuh sekolah lanjutan selama 2 tahun setelah menjadi dokter bedah."

"Oke. Dokter bedah syaraf juga menempuh pelatihan khusus setelah dia mendapat gelar sarjana. Aku masih mengingat pelajaran ketika magang di departemen kardiotoraks. Sekarang aku akan mendengarkan instruksimu." kata Jonathan.

Oksigenasi Membran Ekstrakorporeal (EMCO) atau Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO) merupakan salah satu tindakan atau pengobatan dengan cara memasang kanul kateter pada pembuluh darah besar kemudian dihubungkan ke pompa centrifugal dan dialirkan ke membrane oksigenator. Teknik ini merupakan salah satu bantuan hidup bagi fungsi jantung dan pernapasan.

ECMO dapat mempertahankan kondisi normal pada saat terjadi kegagalan fungsi pompa jantung dan paru-paru yang bersifat reversibel.

Prinsip kerja ECMO adalah memindahkan aliran darah tubuh dari  vena besar biasanya vena jugularis dan vena femoral  ke membrane oksigenator  melalui sebuah pompa sentrifugal yang bertujuan  memberikan oksigen, dan menghilangkan karbondioksida, lalu mengembalikannya ke tubuh pasien.

Prinsip kerja membrane oksigenator seperti alveoli paru paru kita yaitu  membuang karbondioksida dan mensuplai oksigen ke dalam pembuluh  darah.

tealovercreators' thoughts