webnovel

Bab 3 Kerabat Dokter

Besok, para siswa kelas 3 SMA akan mengisi formulir UMPTN. Clara ingin mengambil jurusan kedokteran, jadi Esther membawa Clara menemui kakak sepupunya, Lina Waluyo yang bekerja sebagai dokter obstetri dan ginekologi di rumah sakit ini. Lina memulai karirnya sebagai seorang bidan, kemudian melanjutkan pendidikan sehingga berhasil menjadi seorang dokter obstetri dan ginekologi. Wanita itu menikah dengan Arya Wicaksono, seorang dokter bedah umum yang merupakan rekan kerja Lina. Kisah hidup Lina cukup menginspirasi bagi Esther.

Setiap industri pasti memiliki rahasia masing-masing, termasuk dunia kedokteran. Jika seseorang ingin mengikuti ujian kedokteran, maka dia harus mengetahui bagaimana situasi di lingkaran dokter. Esther membawa Clara menemui Lina untuk meminta nasihat.

Esther membeli oleh-oleh di sebuah toko buah yang terletak tidak jauh dari rumah sakit. Harga jeruk sunkis impor pada waktu itu sangat mahal. Harga jeruk per biji adalah sepuluh puluh ribu rupiah, sedangkan pendapatan rata-rata sebuah keluarga pada waktu itu adalah lima ratus ribu. Banyak keluarga yang tidak mampu membeli buah-buahan impor.

Tetapi demi masa depan putrinya, Esther tidak keberatan mengeluarkan banyak uang. "Tantemu hidup berkecukupan. Dia pasti tidak menyukai semangka atau jeruk lokal. Jadi kita harus memberi mereka buah impor. Tidak apa-apa, kamu hanya perlu belajar dengan rajin. Setelah lulus kuliah, kita akan meminta bantuan tantemu untuk membantumu mencari pekerjaan. Hidupmu pasti akan berubah setelah resmi menjadi dokter di rumah sakit."

Clara sudah tidak bisa menahan diri lagi, "Mami, tidak usah repot-repot. Tanteku tidak akan menyukai jeruk yang kita bawa. Dia pikir aku tidak memiliki kemampuan untuk menjadi dokter."

"Kamu jangan bicara sembarangan. Tantemu pasti akan merasa senang jika kamu berhasil menjadi dokter. Sepupumu gagal masuk jurusan kedokteran sehingga membuat tantemu merasa sedih. Dia pasti akan merasa Bahagia jika kamu berhasil mewujudkan mimpimu." Esther tidak setuju pada perkataan putrinya.

Wanita paruh baya itu berpikir Lina memperlakukan Clara seperti putrinya sendiri.

Clara mulai merenung, kaum intelektual memang berbeda. Lina tidak akan berbicara buruk di depan orang lain karena satu alasan. Dokter bergantung pada pengetahuan medis yang tidak dimengerti oleh orang awam dan mereka dapat membuat orang awam kewalahan sehingga tidak bisa berkata-kata.

Lihat saja ibunya yang tidak memiliki kesempatan untuk kuliah. Dia berpikir dokter adalah orang hebat. Tentu saja Clara harus mengamati apakah Lina benar-benar tulus atau memiliki pikiran lain di hatinya.

Setelah menghabiskan seratus ribu rupiah untuk membeli jeruk impor, Esther merasa puas dan percaya diri saat membawa putrinya mengunjungi rumah Lina.

Kali ini, ibu dan anak itu berjalan menyusuri gang kecil yang terletak di samping rumah sakit. Gang ini adalah jalan pintas yang diberitahukan oleh satpam, agar mereka dapat pergi ke asrama staf tanpa harus memutar jauh.

Rumah Sakit Sumber Waras memberikan fasilitas yang baik untuk para staf yang bekerja di sana. Gedung asrama memiliki fasilitas yang memadai, terletak di lokasi yang strategis dan tidak jauh dari rumah sakit. Setiap orang pasti akan sakit dan mereka merasa lebih nyaman karena rumah mereka berada di dekat rumah sakit. Clara teringat bahwa beberapa tahun kemudian harga rumah akan naik dengan signifikan dan asrama karyawan yang disediakan oleh rumah sakit menjadi komoditas hangat yang diperebutkan banyak orang.

Lina tinggal di apartemen yang terletak di lantai tiga. Banyak orang yang berebut ingin tinggal di lantai ini karena posisinya paling nyaman. Esther mengingatkan putrinya "Pamanmu sekarang bekerja di bagian bedah umum, ketika tiba di rumah tantemu, jangan lupa untuk menyapa mereka."

Clara tidak berkomentar, dia telah memperingatkan ibunya. Jadi sekarang gadis itu hanya menunggu keluarga tantenya untuk membuat ibunya tersadar.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di depan rumah yang mereka tuju. Esther menekan bel rumah, lalu berkata "Apakah Lina ada di rumah?"

"Ya," jawab seorang wanita dari balik pintu.