webnovel

Azvara : Magic Forest

Kehidupan Lila berubah seratus delapan puluh derajat saat memasuki tahun kedua di akademi penyihir. Ia yang lamban, susah mencerna materi, dan pemalas harus tertinggal karena nilai total semesternya tidak mencukupi. Kalau hal ini terus terjadi, ia bisa saja tidak naik ke tingkatan berikutnya. Baik dari sisi Lila maupun para penyihir senior di akademi tidak ingin hal itu terjadi. Akhirnya, setelah berunding, kepala akademi penyihir memutuskan untuk mengirim Lila sebagai perwakilan akademi penyihir desa Magus dalam perlombaan bulan merah di Hutan Azvara. Hutan itu terkenal akan makhluk-makhluk abnormalnya. Dan lagi, Lila harus bertahan di hutan itu selama tiga hari bersama Cia dan Aliga. Apa saja yang akan ditemukan Lila kelak?

Yumazthaqil · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
40 Chs

(36)

Baik Lila mau pun Aliga langsung menghentikan perdebatan mereka. Kini, hanya Nona Peony seorang yang menjadi pusat fokus mereka. Nona Peony yang datang dengan sebuah ide menjadi sebuah cahaya terang kali ini.

"Peony baru saja mendapat ide. Mengapa kita tidak menggunakan kekuatan sihir saja untuk keluar dari jeratan tali tambang ini?"

Lila berpikir keras demi mencerna perkataan Nona Peony. Kekuatan sihir dan tidak bisa bergerak bebas bukan pasangan yang cocok untuk saat ini.

"Tapi, Nona, kita tidak memiliki energi lagi saat ini. Bagaimana caranya agar kita bisa mengeluarkan kekuatan sihir di kondisi yang tidak menguntungkan seperti ini?" Lila akhirnya bertanya karena merasa bingung setengah mati ketika mendengar usulan dari wanita yang menjadi pendampingnya itu.

"Itulah keuntungan kita kali ini!" Nona Peony tersenyum bangga sambil memberikan tatapan penuh ambisi ke arah Lila. "Goblin-goblin itu tidak berpikir panjang saat akan mengikat kita di tiang ini. Bukankah dengan membiarkan kita seperti ini, energi kita akan kembali terisi ulang?" lanjutnya.

Lila tersentak setelah menyadari fakta baru itu. Memang, jika dibandingkan dengan dirinya sewaktu ditangkap tadi, dirinya sudah jauh lebih bugar kali ini. Itu tandanya, energinya dan rekan-rekannya yang lain sudah kembali terisi ulang saat ini.

Namun, Lila kembali menyadari suatu hal yang salah. Kekuatan sihir mereka tidak akan keluar jika mereka ... tidak memiliki tongkat sihir.

"Nona, tapi tongkat sihir kita--"

"Sebenarnya, ada beberapa pengguna kekuatan sihir yang bisa mengeluarkan kekuatannya tanpa menggunakan tongkat sihir." Cia tiba-tiba menyahut dan mengikuti alur pembicaraan ini.

"Eh?"

"Kau pikir, kenapa goblin-goblin itu tidak membungkam mulut kita di saat kita sedang membicarakan rencana meloloskan diri saat ini?"

Lila kembali berpikir. "Mereka tidak peduli dengan kita, mungkin? Ah, atau karena mereka tidak bisa mendengar percakapan kita gara-gara suara musiknya terlalu riuh?"

"Kau salah, bodoh. Bagaimana mungkin makhluk-makhluk itu tidak peduli dengan percakapan kita? Dan lagi, suara perdebatan kita yang tidak penting tadi jauh lebih bising dibandingkan dengan tabuhan alat musik pukul mereka." Aliga ikut menyela pembicaraan kedua gadis tersebut.

"Maksudmu?"

"Cih, belum mengerti juga rupanya. Sebenarnya, Cia sudah memasang pelindung kedap suaranya sedari tadi. Ah, sepertinya hanya dirimu saja yang tidak menyadari hal ini."

Lagi-lagi, gadis dengan mata biru itu terkejut untuk yang kesekian kalinya. Ia menoleh ke arah Cia yang berada di sampingnya untuk memastikan. Cia mengangguk membenarkan ucapan Aliga. "Ya, begitulah."

Wajah Lila berubah menjadi cemberut. Ia merasa kesal karena hanya dirinya seorang yang baru mengetahui fakta tersebut. Sejauh ini, ia selalu berpikir bahwa kekuatan sihir tidak bisa keluar kecuali dengan menggunakan tongkat sihir. Ah, ia menyesal tidak sungguh-sungguh saat mendengarkan materi selama di akademi dulu.

"Jadi maksud Nona, Cia bisa membebaskan kita dari sini?"

Nona Peony menggeleng cepat untuk menanggapi pertanyaan Lila. "Bukan, bukan Cia. Energinya belum cukup kuat untuk memutuskan jalinan tali tambang ini menggunakan sihir suaranya."

"Berarti, yang akan membebaskan kita adalah Nona?"

"Bukan, bukan Peony juga. Peony memerlukan tongkat sihir, sama sepertimu."

Lila mendengus. "Lalu siapa?" tanyanya dengan tidak sabar.

"Seseorang. Kekuatan sihir alaminya adalah panas. Ia bisa mengeluarkan kekuatan sihir tanpa menggunakan tongkat, sama seperti Cia. Rencananya, Peony akan menyuruhnya untuk mengonduksi panas dari tubuhnya ke tali ini lalu menghanguskannya dalam hitungan detik."

Lila belum bisa menghubungkan saklar yang ada di otaknya. Dari tadi, ia belum bisa menangkap maksud dari perkataan pendampingnya itu. "Siapa?"

"Salah satu penyihir favorit Peony di akademi. Bukan begitu, Aliga?"