webnovel

KISAH KETIGA: LOLI!!

Mungkin kebanyakan para lolicon akan mengarungi loli yang sedang di dekatku. Tapi berbeda denganku, aku tidak akan pernah melakukan hal yang tidak manusiawi itu! Loli ada untuk dilindungi, disayangi, dan bila perlu dimanja! Bukannya disakiti semata-mata supaya keinginan egois terpenuhi! Aku benar-benar bingung, kenapa loli harus dikarungi? Memangnya mereka beras? Mereka hanyalah gadis bertubuh kecil manis yang perlu dijaga!

Aku adalah lolicon baik! Contohnya, walau loli itu tidak dekat denganku, aku akan tetap menjaganya dari kejauhan. Aku akan menghajar orang-orang yang berani mengganggu kenyamanan loli, walau nyawa taruhannya! Tentu saja aku tidak akan egois, kalau loli itu mendapatkan pria yang pantas dan baik, aku rela melepaskannya dan dengan berat hati menyerahkan tugas penjagaan kepada pria itu.

Dari analisisku, loli ada dua jenis. Pertama, loli original. Loli ini adalah gadis kecil yang benar-benar kecil, mudahnya jenis ini adalah gadis bertubuh kecil yang masih dibawah 8 tahun. Kedua, loli natural. Loli ini adalah gadis atau wanita yang memang tubuhnya kecil tanpa sebab lain atau memang alami.

Selain itu, loli pun digolongkan dua sifat. Pertama, sifat polos. Kalau sifat ini biasanya ada di loli original, namun ada juga di loli natural. Kedua, 'rasa'. Sifat ini beberapa cabang, seperti tidak polos, tsundere, kuudere, dan sifat yang penuh rasa lainnya. Biasanya, sifat ini kebanyakan di loli nautral karena mereka sudah berpikiran dewasa dan masa-masa pubertas yang terbilang mulainya tumbuh sifat aslinya.

"Hiks… Hiks… O-Onii-san… Ke-Kenapa Onii-san mengabaikan Kyouko…? Pa-Padahal Kyouko sedari tadi memanggil Onii-san…"

"Ah! Ma-Maaf-maaf, ta-tadi aku terpesona dengan keimutanmu, jadi aku melamun!"

Sial, aku membuatnya menangis! Aku… Aku… Aku… LAKI-LAKI YANG HINAAAA!!! Seseorang, tolong pukul kepalaku! Pukul kepalaku sampai ingatan tentang keimutan wajah loli ini yang tadi aku lihat hilang! Aku sudah tak pantas memandang keimutan loli ini!!

"…Te-Terpesona…? A-Apa itu 'terpesona'…?"

"Ah itu…"

Dipastikan, loli ini adalah jenis loli original sifat polos. Dari cara bicara yang mirip anak kecil, nada bicaranya, dan tingkat keimutan terbilang masih polos. Benar, dia adalah loli original sifat polos!!

"… Hiks… Kyouko diabaikan lagi… Hiks…" ucapnya dengan air mata yang mulai keluar dari kedua matanya.

"Ahhhh, bukan! Aku bukannya mengabaikanmu!" balasku panik. "Te-Terpesona itu adalah… pe-perasaan senang karena melihat, saking se-senangnya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata dan mengakibatkan melamun!" terangku seadanya dengan panik.

Gadis kecil ini mengusap air matanya… "… Ja-Jadi… Onii-san tidak membenci Kyouko?" tanya dengan nada khas gadis kecil imut.

Aku pun jongkok untuk menyesuaikan tingginya. "Tentu saja, mana mungkin aku membenci gadis semanismu."

Gadis kecil ini kembali mengusap air matanya. "… K-Kyouko senang mendengarnya."

Seketika, jantungku kembali seperti terhenti. Kali ini, aku merasakan itu karena gadis kecil di depanku… sekarang… SEDANG TERSENYUM SUPERRRR MANISSSSS!!! AAAAAAA!! DIA MANIS SEKALIIII PERMISAAAAA!!!

Eh, kenapa tiba-tiba dia memasang wajah seperti cemas? Da-Dan kenapa kedua tangan kecilnya perlahan bergerak ke wajahku… ah, tepatnya ke kedua pipiku? La-Lalu, di-di-di-di…dia… MENEMPELKAN DAHINYA KE DAHIKUUUU!! AAAAAAA!!! AKU BISA MATI KEKURANGAN DARAH SEKARANGGG!!!

"O-Onii-san, tubuh onii-san panas! Se-Sebaiknya segera dirawat, biar Kyouko antar Onii-san ke UKS!" ucapnya terdengar panik dan tiba-tiba menarik lengannku.

SEKARANG DIA MEMEGANG TANGANKUUU!! KEBERUNTUNGAN YANG SANGAT LUAR BIASAAAA!!! Aku tidak akan cuci tangan, tidak, bahkan aku tidak akan mandi!

"Tu-Tunggu…" Gadis kecil itu pun berhenti menarikku. "Eto… namamu Kyouko, kan?"

"Be-Benar…" jawabnya sambil menatapku penuh tanda tanya.

Sial, ekpresi seperti apapun gadis ini terlihat sangat manis sekali! Tapi, walau begitu, aku tidak ingin melihat wajah sedihnya!

"Ehm, Kyouko…-chan. Tenang saja, aku baik-baik saja. Tubuhku panas karena terik matahari, jadi tidak perlu panik begitu."

"Ba-Baiklah…" Kyouko-chan melepaskan tangannya dari tanganku. "Lalu, Onii-san siapa? Rasanya Kyouko baru melihat Onii-san."

"Aku murid baru. Sekarang aku mau ke ruang guru untuk membicarakan pendaftaran masuk sekolah ini."

"Hmm… murid baru… Biasanya Onii-chan yang mengurus murid baru."

"Hehh, jadi kakakmu guru?"

"Bukan, tapi kepala sekolah."

"Be-Begitu…"

"Kalau begitu, Kyouko akan antar Onii-san menemui Onii-chan." Dengan cepat dia kembali menarik tanganku dan membawaku pergi.

Jujur kukatakan, hari ini adalah hari yang sangat bagus sekali bagiku. Kuharap, tidak ada yang namanya besok… aku ingin hari ini tetaplah menjadi hari ini. Selain bagus, kurasa ini adalah hari yang sangat ultra extra beruntung sekali untukku. Kuharap, keburutunganku yang sangat ultra extra ini tetap bertahan. Oh iya, sekarang aku yang sedang dibawa oleh gadis bernama Kyouko ini, sedang berada di lorong yang katanya menuju ruang kepala sekolah.

Setelah beberapa menit aku dibawa oleh Kyouko-chan, kami berada di depan daun pintu ruang kepala sekolah. Kemudian, Kyouko-chan membuka daun pintu. Sebuah ruangan yang cukup besar dapat aku lihat. Selain itu, anak kecil yang tadi tiba-tiba menjadikanku rivalnya sedang berdiri menatap kami… mungkin tepatnya menatapku dengan serius, tidak lupa dengan pedang kayu di tangan.

"Ah, jadi kau menyusulku untuk menantangku lagi," ucapnya. "Kalau begitu, ayo kita bertarung!" Anak itu pun memasang kuda-kudanya.

"Eto… aku ada keperluan dengan kepala sekolah, jadi kita bertarungnya nanti." Tiba-tiba aku merasa celanaku ditarik pelan dari bawah, setelah aku lihat ternyata Kyouko menarik pelan celanaku. "Ada apa, Kyouko-chan?"

"Dia kakakku," ucapnya.

"Lalu, di mana kakakmu yang kepala sekolah itu?"

"Aku hanya punya satu kakak."

"Eh… jadi… maksudnya…" Perlahan aku melihat kembali ke arah anak laki-laki itu. "Kurasa… itu tidak mungkin…"

"Permisi."

Seketika aku langsung melihat ke belakang karena kaget dengan ucapan seseorang dari belakang. Seorang wanita berpakaian jas abu-abu dengan rok selutut, kacamata bening, sepatu hak tinggi, berkulit putih, rambut coklat panjang diikat, dan sebuah dokumen di tangannya. Dari yang terlihat, sepertinya wanita ini adalah seorang guru atau kepala sekolah. Wanita itu pun memasuki ruangan, melewatiku begitu saja dan menghampiri anak kecil itu.

"Yosino-san, ini dokumen data murid yang pindah kemari," ucap wanita itu.

"Simpan saja dulu di meja, Felina-kun. Aku ada urusan dengan laki-laki itu, karena sudah berani menawan adikku. Aku harus membebaskan adikku!" balas anak kecil itu.

Wanita itu berjalan menuju meja kepala sekolah, kemudian menyimpan dokumen yang katanya data murid pindahan. Setelah itu, dia pergi keluar ruangan. Dan sekarang, aku pun diam membisu. Selain karena setting cerita imajinasi anak kecil itu yang tiba-tiba berubah, aku diam karena melihat kejadian yang membuktikan kalau memang anak kecil di depanku yang sedang memasang kuda-kuda siap menyerang adalah kepala sekolah.

"E-Eto… Ke-Kepala Sekolah…" ucapku sedikit kaku.

"Panggil saja Yosino, Rivalku."

"Ah… ya… kalau kau memang kepala sekolah di sekolah ini, aku tidak boleh memanggilmu begitu…" balasku masih kaku. "E-Eto… ba-bagaimana dengan pendaftaranku…?"

"Yosh, kau diterima. Mulai senin kau masuk, di kelas 2-C. Nah, sekarang, ayo kita bertarung!"

"Eh tu-"

Lagi-lagi kalimatku harus terhenti karena anak… maksudku kepala sekolah ini tiba-tiba lari bersiap menyerangku lagi, dari yang terlihat dia akan menyerang dengan mangayunkan pedang kayunya secara vertikal lagi… seperti sebelumnya. Sekarang dia sudah di depanku, dan benar saja dia mengayunkan pedang kayunya secara vertikal. Dengan mudah, aku menghadap kiri, kemudian mengangkat kaki yang diarahkan ke wajah kepala sekolah ini.

"Hah… aku melakukannya lagi…" gumamku sedikit menyesal.

"Si-Sial… aku kalah lagi…" Dia pun menurunkan pedang kayunya dengan wajah murung. "Akan kubalas kau, Rivalku!"

"Semangat, Onii-chan! Berjuanglah agar Onii-chan dapat mengalahkan Onii-san!" ucap loli yang sedari tadi berada di sampingku.

Aku pun menurunkan kakiku dengan sedikit gerakan malu karena merasa bersalah. "E-Eto… jadi, bagaimana dengan pendaftaranku…?"

Kepala sekolah kecil ini kembali mengangkat kepalanya, sebuah rautan datar dapat aku lihat. "Sudah kubilang, kan. Mulai senin kau masuk ke kelas 2-C."

Langsung diterima begitu saja?! Terus, buat apa dokumen-dokumen itu?! Bentar… seharusnya aku tidak marah, malah harusnya senang. Karena dengan begini, impianku berjalan bersama dengan perempuan pergi sekolah terwujud.

"Oh iya, Ke-"

"Yosino!"

"Ah… Yosino… Eto, kenapa kau bisa begitu saja memutuskan aku kelas 2-C? Padahal belum tentu aku tingkat kedua."

"Oh itu, kebetulan aku bertemu Avira-kun saat berjalan kemari. Dia yang memberitahuku kalau kau berada di tingkatan yang sama dengannya, ditambah soal kau adalah pengurus asrama ATNIL yang baru."

Setelah mendengar jawabannya itu, aku baru menyadari kalau dia berbeda dengan sebelumnya. Dirinya yang sekarang terlihat cocok menjadi kepala sekolah, ditambah ekpresi wajahnya yang serius.

"Kalau begitu… aku permisi…"

"Baiklah, kali ini kau akan kulepaskan. Di pertemuan selanjutnya, aku akan mengalahkanmu! Bersiaplah!"

Seharusnya kalimat tentang 'kau akan kulepaskan' cocok diucapkan orang yang menang, tapi sudahlah, sekarang aku sedang kebingungan tingkat tidak mood. Aku pun berbalik badan dan pergi, tapi sebelumnya aku pamit kepada Kyouko-chan.

Sekarang aku berada di lorong… kurasa daerah kelas-kelas, buktinya ada papan bertuliskan menandakan kalau ruangan itu milik kelas. Di sini sepi sekali, tidak ada satu pun siswa atau siswi, bahkan di dalam kelas yang dapat aku lihat di kaca pintu. Yah, mengingat ini adalah hari libur kecuali kalau ada kegiatan klub, jadi wajar sepi.

"Oh, Rifki-kun."

Aku yang merasa terpanggil langsung berbalik badan. Ternyata yang memanggilku adalah Rain-san. Dia memakai seragam sekolah ini. "Rain-san, kenapa kau ada di sini?" tanyaku.

"Ke-Kebetulan aku ingin saja kemari…" ucapnya dengan nada yang terasa seperti tuan putri, tapi aku merasa ada yang aneh dari jawabannya. "Oh iya, bagaimana tesnya? Apa sulit?"

"Tes? Tes apa?"

"Tentu saja tes untuk diterima di sekolah ini. Walau murid pindahan, tapi kepala sekolah tidak ingin menerima begitu saja. Dia ingin menerima yang memiliki potensi dalam segi akademi atau non akademi yang menjamin. Maka dari itu, setiap pendaftaran murid baru dan ada murid yang pindah, mereka akan dites terlebih dahulu untuk mengetahui potensinya."

"Tapi… aku tidak dites. Aku langsung diterima oleh kepala sekolah."

Seketika, aku melihat wajah datar terkejut Rain-san. Bahkan, pupil matanya melebar. "Be-Benarkah…?" tanyanya kaget dengan nada pelan.

"Be-Begitulah…"

"Be-Berarti, kau seorang jenius!"

"Sayangnya, nilai paling besarku adalah nilai yang standar."

"Lalu, bagaimana bisa begitu? Apa kau kenal dengan kepala sekolah?"

"Kau tahu sendiri, kan? Aku ini baru pindah dari Indonesia. Jadi, mana mungkin aku bisa mengenal orang dari Jepang. Selain itu, aku terkejut mengetahui kepala sekolahnya…"

"Kurasa wajar kalau kau terkejut, karena kepala sekolah terlihat i- Maksudku, berbeda. Oh iya, apa kau sedang berkeliling sekolah?"

"Iya, supaya aku tidak tersesat saat mulai sekolah."

"Kalau begitu, biar aku temani."

"Hm, terima kasih."

Kami berdua pun pergi berkeliling sekolah. Rain-san memberitahuku semua tempat di lingkungan sekolah, bahkan dia memberitahuku tentang tempat yang biasanya ditempati oleh murid-murid saat istirahat, yaitu taman di seberang gedung sekolah. Di taman ini, banyak sekali meja dan kursi tempat makan. Selain itu, di sini penuh dengan pepohonan yang membuat udara terasa sejuk sekali. Jadi, wajar saja tempat ini menjadi tempat favorit para murid.

Kami pun selesai berkeliling, sekarang kami berada di halaman depan sekolah.

"Terima kasih banyak, Rain-san," ucapku.

"Sama-sama. Kalau begitu, aku pulang duluan."

Rain-san pun pergi. Sedangkan aku, memutuskan untuk menunggu Avira-san sampai selesai kegiatan klub-nya. Aku tidak bisa meninggalkannya… setelah mendengar cerita kecerobohan Avira-san dari kak Intan… maksudku, Onee-chan.