webnovel

Asmarandana

Malam yang beranjak pagi, meninggalkan sepi yang bergilir menjadi harapan.  Bersama Sang pagi yang kini telah merindukan malamnya. "Kau tau pagi dan malam bagaikan tembang Asmarandana, ya itu sebuah perumpamaan dimana mentari di pagi hari membara tatkala menemui bulan," kata laki-laki itu yang kini tengah berdiri di depan sang gadis. Gadis yang kini telah berumur 19 tahun itu biasa dipanggil dengan nama Anatasyia Viona Hammid. Dia kini telah berada dipinggiran sungai menikmati mentari yang tengah tenggelam bersama seorang laki-laki yaitu Anandra Jeno Ardiansyah.

Tulisan_Pyy · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
56 Chs

44. Home

"Rumah ialah sebuah tempat tidak hanya untuk berteduh, namun untuk berbagi cerita di saat batin mulai rapuh." -Huang Renjun Alfareza

.

.

Sore ini Viona dan teman-temannya akan pulang, setelah tadi pagi puas berkeliling di Candi Borobudur. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.

"Iya be." Ujar Somi menanggapi panggilan telepon dari Haechan. "Bentar mau siap-siap dulu, kalo udah otw ke stasiun aku kabarin." Lanjutnya.

"Ya udah hati-hati, jangan aneh-aneh. Ujar Haechan.

"Iyaa."

"Ya udah assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Somi menutup telponnya, ponsel dia taruh di atas meja setelah itu melanjutkan kegiatannya menata pakaian dan jajanan oleh-oleh yang tadi malam dia beli di jalan Malioboro.

Viona juga merapihkan pakaiannya dan memasukkan ke dalam koper, setelah itu menuju tempat rias untuk bersolek karena setengah jam lagi mereka harus sampai di stasiun kereta api.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com