Aku adalah seorang wanita... Izinkan aku membuka lembaran cerita tentang sebuah hal berharga yang sia sia.
Pada hakikatnya wanita adalah seseorang yang butuh diperjuangkan, diperhatikan, diberi kepastian, kasih sayang dan dijaga harga dirinya.
Permata mengkilau yang bisa diambil namun harus menyelam sedalamnya dasar lautan.
Sebuah bulan yang sulit dicapai dengan melompat menaiki awan.
Doktrin bukanlah sikap mencintai, emosi tak akan pernah menunjukkan jalan untuk mencapai visi, karena hal hal kecil itu bisa sangat berpengaruh bila dilakukan lagi, lagi, dan lagi.
"Cinta adalah suatu ikatan tapi cinta itu tidak boleh diikat, jika cinta itu diikat maka sama saja menyatukan tanpa ada rasa tulus dan keikhlasan.
Cinta itu tumbuh dari hati ke hati yang saling percaya lalu terbentuklah suatu ikatan. Dan jika salah satu dari dua insan yang bersatu mengubah kepercayaan itu maka ikatan akan putus."
Aku mengira lelaki dengan tingkah genitnya saat memandang wanita, akal bulusnya yang cuma ingin memikat wanita yang diidamkannya lalu aku anggap dia bersifat buaya.
Antara mecintai dengan hati atau sekedar menuruti nafsu, aku masih ragu mengakui perjuangannya untukku. Apabila dia mencintai dengan nafsu, mengapa dari dulu ia tak pernah meminta melepas gaunku. Kalau dia memang sungguh mencintai dengan hati, lantas kenapa aku baru sadar saat dia sudah tak hadir lagi dalam hidupku.
Membuka lembaran cerita ini, aku jadi teringat tentang dirinya...
Aku dan dia sering bercanda apabila bertatap muka, kontak matanya yang selalu tertuju padaku dan bertukar pesan setiap hari mulai dari mata terbuka hingga hendak kembali terlelap. Ku lihat ekspresi senangnya tersenyum tipis saat aku dan dia bersua.
Notifikasi darinya yang setiap hari menggetarkan ponselku.
Pesannya yang bising mengganggu.
Kata katanya yang manis dan lucu...
"Hai." "Kabarmu bagaimana ?" "Aku kangen." "Ayo kita ketemuan." "Aku mau ke rumahmu." "Aku minta maaf, aku tahu aku yang salah, tolong dimaafkan ya."
"Aku cinta sama kamu."
Dia sering sekali berkata padaku, "Kamu cantik deh."
Apa yang dikatakannya itu masih ku ingat hingga kini, biasanya dia menyelipkan kata itu diakhir ucapannya maupun diakhir pesannya.
Aku ingin mengenang dan merasakan apa yang dirasakan olehnya...
Pagi pagi buta dia terbangun sambil mengharapkan sesuatu padaku, di sela sela waktu istirahat dari kesibukannya dia menanyakan kabarku, sebelum dia tidur dia memeluk gulingnya dan membayangkan aku sedang berada disisinya.
Saat beberapa fotoku disimpan olehnya, aku merasa heran.
Mengapa disimpan ? Gunanya buat apa ?
Tak kusangka kalau niatnya agar dia selalu mengingatku bahkan ia melihat fotoku dengan bersyukur karena bisa mengenal diriku yang seperti ini. Seperti itu dia bilangnya padaku.
Nostalgia, aku ingat ketika dia memberiku sebatang cokelat, malam itu aku menerimanya dengan senang hati. Dia pernah datang menjengukku saat aku sakit, dia membawakan buah tangan untukku... "Semoga lekas sembuh ya, walaupun mukamu pucat saat kamu sakit, tapi kamu tetap terlihat cantik."
Aku pernah kebetulan bertemu dengannya di sebuah cafe, dia menghampiriku lalu di depan kasir... "Kamu pesan apa, pakai uangku saja ya?"
Betapa perhatiannya dia padaku...
Aku yang tak pernah meminta namun dia datang dengan sendirinya.
Aku belum memohon tapi secara nyata dia telah tiba. Padahal aku tak setiap hari menginginkannya, hanya saja dia hadir memberi makna.
Terakhir kalinya... Pagi hari aku bangun tidur membuka ponselku, ternyata sebuah pesan darinya yang muncul pertama kali untuk mengucapkan ulang tahunku, kemudian malam harinya dia datang membawakan hadiah spesial berupa cincin dan gelang berwarna hitam dove kesukaanku, yang lebih menariknya lagi dia memberi rangkaian fotoku dengan tema ulang tahunku yang ke sekian kalinya.
Sungguh manis kenangan itu...
Kini dia tidak seperti dulu lagi. Kasih sayangnya, perhatiannya, dan rasa ingin tahunya telah pudar.
Mengapa ? Dia tidak selingkuh Tidak juga berkhianat
Sebab dia sayang padaku Jiwanya mengasihiku Sebenarnya dia tak rela jika tak bersama denganku.
Dia pernah mengatakan sejujurnya, kalau aku wanita yang cuek dan bersikap dingin. Tapi anehnya aku tak pernah mengubah sikapku padanya. Mendengar keluh kesahnya saja ku abaikan, hingga diriku sendiri tak sadar bahwa kebaikannya belum pernah ku balas.
"Hmm." "Iya." "Gak." "Haha." "Maaf."
Cintanya yang mendalam serta kasih sayang yang luar biasa telah dia sajikan.
Sedangkan aku cuma bisa...
"Terima kasih ya." "Sampai seperti itu ya kamu padaku." "Semoga doa baik kembali padamu."
Itulah aku pada dirinya.
Sebenarnya dia itu harus dijaga perasaannya. Harusnya lelaki sepertinya perlu dipertahankan.
Barangkali dia ingin mencurahkan isi hatinya...
Aku yang tak pernah mendengar keluh kesahnya. Tak membantunya saat tak berdaya. Tak mendukung ketika dia lelah. Mengabaikan rasa simpati darinya. Melupakan setiap empatinya.
Sama sekali tak memahami isi hatinya. Enggan mencoba untuk perhatian padanya.
Aku wanita yang telah kehilangan. Kini waktu belum bisa menggantikan. Diriku telah lalai dengan kepedulian.
Tiada belas kasih pada dia...
Aku pernah membuatnya kecewa, hatinya lara, atau mungkin dia menahan air mata untuk diteteskan.
Terbayang akan isi hatimu yang bertanya tanya...
"Mengapa engkau abaikan rasaku ?" "Ada apa denganmu hingga kau tak mau denganku ?" "Apa alasannya kau tak membalas cintaku ?"
"Aku ingin kau menjadi milikku, menemani perjalanan hidupku, melengkapi hari hariku dengan kasihmu."
Dia selalu hadir padaku dengan perasaan bahagia namun ku sambut dengan sikap dinginku yang membekukan suasana, tidak jarang dia pergi dengan perasaan hampa setelah mendatangiku, aku yang mengosongkan harapannya lalu dia pula yang menanggung sedih dan kecewa.
Hebatnya dia... Meski kecewa dia tetap setia. Walau disia sia akan selalu ada. Itu sudah bertahun lamanya.
Berawal dari mata menatap kemudian mengagumi, kemudian cinta jatuh dengan derasnya seperti air hujan yang tak kunjung reda sampai kini. Dia tak mencintai dalam sepi, rasa sabar mana lagi yang telah dia lakukan demi menahan cobaan cinta berduri yang menusuk hati.
Aku adalah wanita... Telah membuang seseorang yang telah berjuang. Aku mengabaikan orang yang punya hati dengan penuh ketulusan, padahal dia menghadapi kelakuanku dengan sabar tapi aku tak pernah sadar.
Aku sebagai wanita... Tak ingin disakiti dan tak mau dibohongi.
Dia seorang lelaki yang bertahan untukku selama bertahun...
Bukankah saat lelaki mengetahui wanita yang diinginkannya tidak merespon perhatiannya maka dia akan berpaling pada wanita lain ? Atau memang benar, apabila lelaki sudah tak dianggap oleh wanita yang dikaguminya akan mencari wanita lain diluar sana ?
Aku tahu dia tak pernah berpaling dariku, buktinya...
Selama tahun tahunan dia sering aku sakiti tapi dia tak pernah berhenti peduli. Aku tega membohonginya, dia sebenarnya tahu namun di depanku dia percaya dan tak pernah melepas perhatiannya. Teringat dulu aku meninggalkannya, dia memberatkanku saat aku hendak berpaling darinya, ternyata benar...
Dia tak lupa. Tabah dengan segalanya. Menunggu kabar dariku. Menanti kehadiranku kembali.
Aku mewakili isi hatinya... Sangat sulit untuk melepas cinta baginya untukku, kini aku tak tahu mengapa dia tak muncul dalam dering ponselku.
Apakah dia berusaha melupakan atau perasaannya telah terhentikan ?
Maafkan aku... Kala itu aku menyuruhmu pergi, tapi kau tak mau dan kau telah membuktikan bahwa kau masih mencintai dengan hadirmu kembali. Aku salah, aku tak pernah memperhatikankmu ketika kau berjuang mengejar cintaku, bahkan aku yang acuh tak pernah sama sekali merasakan apa yang kau rasakan.
Ku akui... Bahwa hatimu kuat. Kasihmu yang taat. Aku yang kau ingat ingat. Rasa inginmu padaku yang tak terlewat. Perhatianmu yang melekat.
Segala upaya untuk membuatku bahagia telah kau buat. Kalau sudah seperti ini, aku merasa diriku telah jahat.
Ternyata selama ini aku berbuat keterlaluan padamu dan baru ku menyadari, dirimu telah berjuang dengan hati yang tulus, kasih sayangmu kau berikan padaku.
Aku tak tahu hingga kini...
Aku saja bosan dengan kedatanganmu, lalu apa kau tidak bosan juga dengan kelakuanku padamu ?Sudah berapa lama waktu yang kau gunakan untukku ? Apa kau tidak dendam saat aku menggores perasaanmu di masa lalu ?
Bagaimana caramu mengobati luka pada hatimu karena perlakuanku yang tak wajar padamu ?
Sebenarnya kau telah menjadi lelaki hebat... Kau menjaga hatimu untukku. Menjadi pahlawan hati bagiku. Berkorban waktu, tenaga, dan perasaanmu.
Ketika wanita memiliki kemauan cuma satu yaitu segalanya, kini aku juga telah kehilangan satu untuk segalanya…
Kini giliran aku, apabila kau yang dulu berjuang demi diriku.
Maka sekarang aku menulis memori yang kau ukir dalam hidupku.
Semoga doa doamu padaku semasa dulu kembali pada dirimu.
Aku harap kebahagiaan juga turut menyertaimu.
Rindu ini kembali pada benakku, aku tak bisa menyampaikan rindu ini padamu karena rindu ini sangat rumit untuk diungkapkan, sosokmu tak membuat hatiku patah tapi kau membuat mulutku terbata bata saat ingin menyampaikan rasa.
Sudah usai sudah cerita dengan tema dirimu lelaki yang mencintai wanita seperti diriku.
Terima kasih buat semuanya... Inilah sebuah tulisan yang aku tulis menggunakan tangan dengan dorongan hati sekaligus perasaan. Apabila tulisan ini tak sempat kau baca atau bahkan tak mungkin kau ketahui, maka biarlah tuhan yang tahu kalau aku sedang merindukanmu.
Teriring doa untukmu...