webnovel

Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati

Melihat wajah Rini Liu, Hans Huo setengah curiga setengah percaya, tapi Reza Qiao berkata seperti itu, Rini Liu tidak berkata apapun, kelihatannya perkataan Reza Qiao berefek terhadap Rini Liu.

"Asisten Qiao, bilang saja." Hans Huo dengan penasaran melihat Reza Qiao.

Reza Qiao dengan serius berkata: "Jika Direktur Huo terhadap tanah ini tidak bermasalah dengan uang, kalau begitu tanah ini berikan kepada perusahaan Huo saja, kemudian kamu berikan saham 51% kepada Rini Liu."

Sialan, sontak Hans Huo bengong, kemauan Reza Qiao sudah terlalu besar, 51% saham perusahaan Huo berikan kepada Rini Liu, kalau begitu ada manfaat apa dirinya menginginkan tanah ini, Rini Liu memegang kendali saham perusahaan Huo, sama saja dengan tanah ini milik Rini Liu?

Hans Huo melihat wajah Reza Qiao yang penuh dengan senyuman, amarahnya naik, sialan, supir kecil ini mempermainkanku.

Ih-----

Rini Liu tertawa, akhirnya mengerti maksud Reza Qiao, siasat anak ini sungguh banyak, menangkap janji yang diucap Hans Huo, sekali buka mulut langsung minta 51% saham perusahaan Huo, sama dengan mendesak Hans Huo ke jalan buntu.

"Hmm, pemikiran asisten Qiao lumayan, aku setuju."

"Direktur Huo, benar apa yang aku bilang, Direktur Liu mendengarkanku."

"Jika asisten Qiao berpikir untuk menguntungkan perusahaan, tentu aku akan mendengarnya."

Melihat Rini Liu dan Reza Qiao berdrama, wajah Hans Huo menjadi pucat, berdiri: "Direktur Liu, kamu hari ini membuat aku kecewa, aku sangat tidak senang, kelihatannya kamu tidak tahu apa akibat yang berat telah menyinggungku."

Setelah mendengar perkataan Hans Huo, dalam hati Rini Liu sedikit gugup.

Reza Qiao juga berdiri: "Direktur Huo, aku paling benci orang lain mengancam pacarku, aku saranin kamu pulang dan cari tahu apa akibat jika aku Reza Qiao marah."

Wajah Hans Huo yang putih bersih berubah menjadi merah, melototi Reza Qiao: "Peran kecil seperti kamu, juga pantas menjadi pacar Rini Liu? Aku Hans Huo mengelilingi dunia dan lima benua besar, orang apapun pernah aku temui, jangan harap bisa menakuti aku."

"Boleh dicoba jika Direktur Huo tidak percaya." Reza Qiao tertawa.

Hans Huo berjanji akan menghukum Rini Liu dan Reza Qiao, mengulurkan tangan dan menunjuk: "Rini Liu, Reza Qiao, kalian tidak mau menerima kebaikan malah mencari keributan, mari kita lihat."

Hans Huo pergi dengan marah.

"Direktur Huo hati-hati di jalan, kita tidak antar lagi." Kata Reza Qiao.

Rini Liu menghela napas: "Aih, Reza Qiao, walau hari ini kamu mendapat kelemahan Hans Huo dan menutup mulutnya, namun dia tidak akan membiarkannya, perusahaan Huo tidak akan melepaskan perusahaan Foursea."

Reza Qiao dengan percaya diri berkata: "Bos tenang saja, tidak peduli Hans pintar dalam pengetahuan ataupun bela diri, kita tidak takut."

Melihat Reza Qiao yang tidak takut akan apapun, Rini Liu sedikit khawatir.

Reza Qiao ini, pengetahuannya sedikit, sekolahnya rendah, tubuhnya lemah, dalam pengetahuan tidak bisa apalagi bela diri, dia akan celaka di kemudian hari.

Hans Huo berbeda dengan Candra Huo, dia pernah belajar di luar negeri dan mendapat pengetahuan dari luar negeri, menyelesaikan masalah tidak akan seperti Candra Huo begitu bodoh, dilihat dari pertemuan hari ini, Hans Huo memiliki siasat, melakukan sesuatu akan menyisakan jalan keluar untuk dirinya.

Tidak tahu langkah apa yang akan diambil Hans Huo untuk mensiasati dirinya.

Rini Liu tidak fokus, dalam 4 perusahaan besar di kota Qing, satu-satunya yang bisa damai dengannya adalah Willy Xu dari perusahaan Young, perusahaan Huo dan perusahaan Feng selalu mengincar ingin menghancurkan perusahaan Foursea, dia seperti berjalan di atas es tipis, dengan hati-hati berinteraksi dengan mereka, takut akan dijebak jika tidak berhati-hati.

Kelihataannya kelak harus lebih berhati-hati lagi.

Hari ini telah menggoda pemula dari perusahaan Huo, suasana hati Reza Qiao sedang baik dan pergi ke cafe terdekat, memesan segelas kopi, sambil minum sambil memikirkan masalahnya.

Di saat ini, wanita berambut panjang yang duduk di seberangnya memancing perhatiannya.

Wanita tersebut memakai pakaian santai dengan warna terang, kaki yang panjang, wajahnya yang cantik.

Wanita tersebut sedang fokus melihat layar laptop, tangannya tidak berhenti mengetik, tidak tahu sedang lakukan apa.

Wanita tersebut sibuk seharian, wajahnya menampakkan senyumannya: "Hanya dengan kalian berdua yang kecil ini, jangan harap bisa menutupinya dariku,"

Suaranya jernih dan enak didengar.

"Hanya dengan wajahmu yang sedikit berekspresi, jangan harap bisa menutupinya dariku." Reza Qiao berbicara sendiri.

Sofie memperhatikan Reza Qiao.

"Anak kecil, tadi kamu bilang apa?"

"Kamu baru umur berapa, mengapa memanggilku anak kecil?" Reza Qiao tidak senang.

"Yang penting lebih tua darimu, anak kecil, tidak puaskah?"

"Mengapa masih memanggilku anak kecil? Kamu masih tidak tahu berapa besar bagian bawahku? Gadis kecil, kamu salah lihat, sangat besar." Reza Qiao dengan sombong berkata.

Sontak Sofie kesal, melihat wajahnya yang genit, pasti bukan orang baik.

Bertemu dengan orang jahat, cara terbaik adalah diam dan pergi.

Sofie membereskan catatannya berencana pergi.

Di saat ini Reza Qiao berkata lagi: "Sudah berapa lama tidak datang?"

"Lusa kemarin aku baru datang minum kopi."Jawab Sofie dengan sabar.

"Aku tanya saudaramu sudah berapa hari tidak datang?"

"Apa hubungannya denganmu saudaraku datang atau tidak?" Sofie mulai kesal.

"Yang aku tanyakan adalah datang bulanmu."

Sontak Sofie mengerti, anak ini sedang melecehkannya.

"Dasar genit, enyah-----"

"Mengapa tidak panggil anak kecil lagi?"

"Sudah naik derajat."

"Aku tidak suka versi yang ditingkatkan."

"Tidak suka kamu juga tetap si genit." Sofie memasukkan laptopnya ke dalam tas.

"Aku karena perhatian makanya menanyakan masalah datang bulan."

"Perhatikan dulu masalah datang bulanmu." Sofie balik badan dan pergi.

"Datang bulanku begitu banyak tahun sudah terus tidak datang."

Sofie pergi tanpa menolehkan kepalanya sedikit pun.

"Ih, sekarang sangat susah mau jadi orang baik."

Setelah ia diomeli dan Beni Ouyang menelepon.

"Tuan Reza, mendapat informasi yang tepat, Johan Cao malam ini akan menggerakkan personil dari cabang kota tua, meluncurkan perang pemberantasan melawan geng Qingtian.

"Oh, masih ada?"

"Johan Cao mengutus orang untuk mengirimkan undangan, membuat janji denganmu malam ini untuk bertemu di tepi sungai pantai Yin."

"Oh, Johan Cao ingin bertemu denganku?"

"Johan Cao melakukan ini jelas-jelas ingin memancingmu keluar dari sarang, memancingmu keluar kota, orangnya berkesempatan untuk mengepung geng Qingtian, kemudian dia akan mengambil kesempatan ini untuk membunuhmu."

"Hmm, aku sudah tahu masalah ini."

"Tuan Reza, kita harus bagaimana?"

"Tenang."

"Tuan Reza, bagaimana tenang?"

"Beni, dengarkan aku dengan seksama..."

Sore setelah pulang kerja, Reza Qiao menyetir mobil dan membawa Rini Liu meninggalkan perusahaan.

Sewaktu keluar, Reza Qiao memperhatikan di sekitar pintu perusahaan ada orang yang mencurigakan sedang bergerak-gerak.

Sewaktu hampir sampai di rumah Rini Liu, di taman Haojing juga melihat bayangan yang mencurigakan.

Reza Qiao mengangguk kepala, hmm, kelihatannya gerakan Johan Cao sangat menyeluruh, belum gelap sudah beraksi.

Setelah Rini Liu turun dari mobil, Reza Qiao menelepon Felix Sun...

Kemudian Reza Qiao memakan sedikit makanan, berencana kembali ke asrama dan ganti baju.

Baru sampai di bawah gedung, bertemu dengan profesor Qiao.

"Kakak, bagaimana kondisi tubuh kakak ipar?"

"Sudah pulih dengan sangat baik, besok sudah boleh keluar dari rumah sakit."

"Besok aku akan menyetir mobil dan bawa kakak ipar keluar dari rumah sakit."

"Kalau begitu merepotkan adik."

"Nanti siapa yang temani kakak ipar di rumah sakit?"

"Keponakanmu."

"Keponakan?"

"Iya, putri kecilku, baru pulang dua hari lalu."

"Keponakan kerja di luar kota?"

"Betul, biasanya sangat sibuk, kali ini cuti pulang."

"Apa pekerjaan keponakan?"

"Sekolah di luar negeri beberapa tahun, setelah pulang dia membuka sebuah perusahaan software, khusus keamanan internet."

"Keponakan sangat berbakat, buka perusahaan sendiri."

"Hehe, otak anak ini sangat kreatif, suka menganalisis peretas, sewaktu di luar negeri, dengar-dengar pernah mengalahkan 10 peretas teratas di dunia." Mengungkit putri kesayangannya, profesor Qiao sangat bangga.

"Oh oh, lumayan lumayan." Kata Reza Qiao dengan sedikit bingung.

Setelah berpisah dengan dosen Qiao, Reza Qiao kembali ke asrama, mengganti baju santai warna hitam, kemudian keluar.

Malam jam 9, tepi sungai, pantai Yin, angin malam bertiup, permukaan sungai gelap, air sungai bergelombang.

Reza Qiao datang menepati janji Johan Cao.

Johan Cao berdiri di seberang Reza Qiao, badannya kokoh, wajahnya mengerikan.

Tentang Johan Cao, Reza Qiao tahu sedikit dari Beni Ouyang.

Geng Liuhe cabang kota tua di bawah pimpinan Johan Cao, 2 tahun ini berkembang dengan pesat.

Dalam masa perkembangan penuh dengan darah, kota tua paling sedikit 4 geng dihancurkan oleh Johan Cao.

Ini adalah algojo yang tangannya bersimbah darah.

30 orang berbaju hitam yang ada di belakang Johan Cao, ahli yang dipindahkannya dari base camp geng Liuhe, banyak pengalaman dalam perang saling bunuh, memiliki pengalaman perang yang bagus.

Johan Cao malam ini membuat siasat yang cermat, dia mau sekali langsung menghancurkan Reza Qiao dan geng Qingtian, juga Rini Liu dan perusahaan Foursea yang ada di belakang Reza Qiao.

"Kamu Reza Qiao?" kata Johan Cao dengan menatap Reza Qiao dingin.

"Benar, kamu siapa?"

"Aku Johan Cao, bos geng Liuhe cabang kota tua." Kata Johan Cao dengan sombong.

Reza Qiao mengangguk kepala: "Hmm, selesai cek identitas, bilang saja, ada apa malam ini janji bertemu di sini?"

"Aku ada beberapa pertanyaan ingin bertanya kepadamu."

"Silakan."

"Kamu yang buat empat pria baja berbaring?"

"Betul."

"Kasino bawah tanah aku, apakah kamu yang merusak platform dan membawa orang menghancurkannya?"

"Pintar."

"Kamu yang bawa geng Qingtian memusnahkan geng Sabit? Kamu yang membunuh sabit kecil?"

"Betul, betul."

"Kamu yang merepotkan masalah Candra Huo?"

"Sialan, kamu bisa jadi detektif."

"Apakah Rini Liu adalah penyokong di belakangmu?"

"Rini Liu adalah pacarku, aku tidak ada penyokong apapun."

"Aku mengira itu semua tak berbeda jauh."

"Menurutku masih kurang sedikit."

"Kamu hancurkan Candra Huo, Rini Liu berikan kamu keuntungan apa?"

"Orang sendiri minta keuntungan apa, bukankah itu terlalu segan?"

Johan Cao mengangguk kepala: "Apakah kamu tahu malam ini aku mau berbuat apa?"

"Buat apa?"

"Jika bilang akan membuatmu kaget."

"Benarkah?"

"Hmm."

"Kalau begitu bilang saja."

"Pertama, kamu harus mati."

"Ah, aku sangat takut deh, kemudian?"

"Geng Qingtian akan lenyap selamanya."

"Nah, luar biasa, masih ada lagi?"

"Akan kuhancurkan perusahaan Foursea, malam ini Rini Liu jadi wanitaku, aku dan para saudara akan memperkosanya." Johan Cao pun tertawa.

30 orang berbaju hitam tertawa bersama.

Reza Qiao menyipitkan matanya: "Johan Cao, apakah kamu tahu bagaimana malam ini aku membereskan kamu?"

"Bilang-----"

"Mati."

Johan Cao tertawa terbahak: "Reza Qiao, aku tahu kamu sedikit berbakat, tapi kamu tidak akan bisa melewati aku, jujur beritahu kamu, saat ini orangku sudah bergerak, bahkan kesempatan kamu membereskan mayat geng Qingtian pun tidak ada."

"Benarkah?" Reza Qiao tersenyum dingin.

Di saat ini ponsel Johan Cao bordering, sebuah suara dengan gelisah berkata: "Bos, tidak baik, orang kita yang pergi menyerang geng Qingtian semuanya...semuanya..."

"Semuanya apa?" Johan Cao kesal.

"Setelah mereka menyerang sarang geng Qingtian, di dalam kosong tidak ada orang, lalu pintu tiba-tiba terkunci, orang kita semuanya terkunci di dalam."

"Apa? Cepat suruh grup cadangan bergerak."

"Grup cadangan sudah bergerak, tapi di tengah jalan, dijebak oleh grup yang diserang oleh geng Qingtian, dan dikepung."

Wajah Johan Cao berubah, brengsek, jangan-jangan ini yang dinamakan taktik kota kosong dan menjebak bantuan?