webnovel

ARUNAURA

✔️dingin ✔️ menyeramkan ✔️kejam tak pandang bulu ✔️kasar itulah sifat dari karakter yang familiar disepanjang sudut mata.Ketika semua orang-orang menatapnya maka tidak segan-segan pria satu ini menatapnya kembali dengan tatapan yang tidak kalah tajam. Dia Aruna Varosaza Sanota, pria berdarah dingin ini tidak bisa ditaklukkan bahkan dengan senyuman sekalipun. Baik wanita ataupun pria tidak ada yang berani dengannya kecuali gadis satu ini. Naura Queenslay Werloy, gadis manis dengan senyuman yang bisa menaklukkan hati para pria yang menatapnya. Siapa sangka,kalau gadis ini sangat membenci Aruna karena insiden yang tidak terlupakan. "dasar cowok banci beraninya sama cewek!!" "bangsat nih cewek,elu kagak kenal gue?" "kagak kenal dan kagak mau tahu,asal elu tahu yah gue bakal balas perbuatan elu" "serah" "banci!!!!" "oh,gue tunggu tanggal mainnya"

Yesika_sng · Teenager
Zu wenig Bewertungen
5 Chs

05. Dasar Aruna!!

"are you okay?"

Pertanyaan itu bukan keluar dari mulut Reyhan melainkan Aruna.Aruna? Iya,dia lelaki yang sudah menahan pedihnya mendengar penjelasan Naura. Dia menyesal pernah berkata kalau bunda Naura itu adalah bitch. Ingin rasanya Aruna meminta maaf tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk melakukan itu.

Naura yang masih nangis sesenggukan akhirnya menatap Aruna dengan tatapan penuh arti sama halnya dengan lelaki ini. Naura hanya mengangguk lalu kembali menatap Reyhan.

"Rey aku mau kekamar mandi" izin Naura membuat Reyhan yang ingin menangis akhirnya tidak jadi.

"Gue saranin elu pake kamar mandi atas ajah"

"Kenapa?"

"Dimarkas kami ada dua kamar mandi yang satu baunya membahana dan yang satu bau zigong jadi daripada elu mati didalam mending elu pake kamar mandi atas ajah" jelas Reyhan membuat Naura mengangguk mengerti ucapan nya tadi.

"Oke deh...bye" Naura bangkit dari sofa lalu melangkah naik tangga, sebenarnya dia tidak tahu dimana letak kamar mandinya tapi bibirnya sekarang lagi mager untuk berbicara.

"Kasihan banget si Naura...gue heran cewek secantik dan seunyu dia ternyata disakiti" Reyhan bersedih sambil mencicip martabat nya yang sudah dingin itu.

Sedangkan yang lainnya hanya mengangguk dengan ucapan Reyhan menanda kan kalau mereka juga ikut kasihan.

"Gue keatas mau ngambil handphone,siap itu kita pergi buat rencana tadi" ucap dingin Aruna lalu melangkah naik keatas tangga.

Kamar Aruna terletak diatas tapi jauh dari kamar mandi. Reyhan yang melihat nya hanya berdesih karena dia yakin kalau sebenarnya Aruna ingin bertemu dengan Naura,dengan alasan yang dibuat-buat.

_-_-_-_-_-_

Saat ini Naura sudah berada didepan cermin dengan keran wastafel yang masih menyala. Dia menatap wajahnya dan melihat matanya yang sudah sembam karena menangis. Entah kenapa Naura lega mengatakan itu meski ada bumbu kebohongan yang berkutat dikata-kata nya.

Selesai membasuh wajah manisnya itu,segera dia mematikan keran lalu mengambil benda pipih itu disaku celananya. Naura lupa kalau Handphone nya dimatikan dan segeranya dia menghidupkan kembali.

Benar saja baru memuat, handphone nya sudah banyak notifikasi panggilan tak terjawab dari Regi dan Jennie.

"Mampus pasti Regi marah karena aku matiin hpnya..." Naura segera menelpon dahulu Jennie setelah itu dia akan mendapat ceramah dari sahabatnya itu.

"Halo Jen"

"Wah anjir elu kemana ajah coeg,gue Telepon kagak aktif,gue datang kerumah elu kata bibi elu kagak ada"

Naura menjauh kan sedikit handphone nya karena suara melengking Jennie membuat telinga nya benar-benar tungkik sekarang. Setelah suara Jennie benar-benar lenyap barulah Naura kembali mendekatkan benda pipih itu ditelinga nya dan mulai berkata.

"Sorry lah Jen gue habis ada masalah nih jadi agak telat gitu..."

"Ngapain elu,apalagi Regi nelpon gue karena dia udah khawatir tentang elu"

"Gue lagi ama Reyhan" Suara Naura mengecil karena yah kalian tahu kalau Jennie sangat membenci Reyhan. Pasalnya Jennie sudah tahu kalau Reyhan sicowok playboy itu menyukainya.

"WHATT!!!!"

"Pelan-pelan anjir telinga gue mau pecah nih"

"Ngapain sih elu sama dia... pokoknya elu harus cerita kita kumpul dicafe biasa jam tujuh malam,bye gue lagi ada urusan"

"Tap Jen gu-"

Tut....Tut...

Panggilan terputus membuat Naura mendesah gusar lalu memasukkan kembali handphonenya kesaku karena hendak ingin keluar dari toilet.

"ANJIR!!!"

Naura berteriak kencang karena tiba-tiba Aruna sudah ada dihadapannya yang langsung membekap mulutnya dengan tangan yang berukuran besar itu.

"Jangan teriak gue kagak suka" Aruna melepas bekapan itu dan melihat Naura yang masih mengangga menatap Aruna sedaritadi.

"Elu ngintip yah!!!" Tuduh Naura lalu mendorong Aruna menjauh dari hadapan nya.

"najis"

"Wah dasar mesum...gue bakal bilang ama Reyhan" Naura melangkah cepat tapi tiba-tiba Aruna menggenggam tangannya lalu menghempaskan tubuh mungil Naura ketembok. Sehingga Aruna bisa mengunci Naura dengan kedua tangannya.

"Gue...gue..."

"Apaan sih lepas tahu ngak" Naura mendorong Aruna namun tenaganya tidak sebanding dengan pria yang sekarang menatap dirinya tajam membuat jantung Naura berdebar.

"Gue...."

"Gue apaan"

"Gue berharap elu jangan pernah lagi dekatin kami dan jangan pernah datang kemarkas...dan elu jangan pernah ungkit ungkit atau kasih tahu tentang markas ini" tegas Aruna lalu melangkah pergi meninggalkan Naura yang hanya diam ditempat dengan nafas yang menderuh kencang.

"Jangan pernah dekatin kami"

"Jangan datang kemarkas"

"Jangan ungkit-ungkit"

Perkataan Aruna tergiang-ngiang diotak Naura. Kenapa? mengapa? Lelaki itu bertindak seolah-olah dia jijik melihat Naura.

"Oke gue pergi dan gue juga ngak butuh elu semua" guman Naura lalu melangkah pergi turun kebawah.

Reyhan dan yang lain melihat kedatangan Naura langsung menghampiri gadis itu dengan membawa martabak yang mereka panaskan khusus untuk Naura sendiri.

"Naura nih buat elu" ucap Reyhan tetapi gadis itu hanya diam lalu menatap tajam Reyhan.

"Ngak usah sok peduli...." Ucap Naura dan melihat keberadaan Aruna yang hanya duduk disofa sambil menatap handphone nya. Sungguh lelaki kurang ajar,ingin rasanya Naura mencabik-cabik pria yang tidan tahu malu.

Reyhan yang mendengar langsung terdiam dan memundurkan tangannya yang masih setia memegang piring berisi martabak.

"Dan gue ngak suka elu dekat dengan Jennie karena cowok playboy kayak elu ngak pantas"

Naura melangkah pergi keluar dari Markas ALFAS. Nafasnya berderuh dengan cepat. Langkahnya terhentak sangat kuat.

Setelah sampai dijalan setapak, Naura berhenti lalu mengambil benda pipihnya dan menekan nomor tujuan.

"Halo..."

"....."

"Jemput gue,rencana selesai"

"..."

Tut....Tut...

Setelah itu Naura menutup panggilan nya lalu kembali memasukkan handphonenya kesaku lalu berjalan.

_-_-_-_-_-_-

"Ngimana ceritanya elu bisa masuk kemarkas Geng ALFAS?" tanya Jennie sambil meminum cappucino nya itu dan tatapan nya tidak luput dari wajah Naura yang datar tidak ada ekspresi.

"Gue malas..." Jawab singkat Naura dengan tatapan kosong nya.

"Lah anjir....gue udah kepo banget ama ceritanya,pelit amat"

"Gue malas..."

"Serah" Jennie menyandarkan punggungnya kekursinya lalu mengambil cappucino dan segera menyeruput tanpa henti.

"Gue benci sama Aruna! Ngak punya otak...kurang ajar...dan gue pengen cabik-cabik tuh orang"

Perkataan Naura membuat semangat Jennie kembali dua kali lipat, "kenapa coba cerita sama Jennie cute?"

Naura mendesah gusar lalu menatap jenuh Jennie " gue dilarang Aruna untuk dekatin mereka,gue dilarang untuk masuk kemarkas mereka,gue dilarang ngumbar markas besar mereka,gue dilarang kepo tentang urusan mereka"

"Anjir memang tuh cowok kagak punya perasaan..."

"Emang elu buat apaan sampai diusir gitu?"

"Kagak gue cuma bincang-bincang ama Reyhan terus kasih tahu masa lalu gue dengan bumbu kebohongan...terus gue izin ketoilet pas gue keluar dari toilet gue liat Aruna udah didepan pintu dan dia ngatain itu"

"Yaudah palingan tuh cowok masih dendam ama elu karena masalah banci itu..."

"Gue bakal balas perbuatan tuh cowok liat ajah nanti" Naura tersenyum licik sambil mengingat wajah Aruna saat mengunci Naura dengan kedua tangannya dan tatapan tidak pernah lepas.

Bersambung....