webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Zu wenig Bewertungen
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 9: Run and Dance

Gumara berjalan di atas air, angankan melangkahkan kaki di taman bunga. Lancar… tanpa halangan, seakan melewati tanah tak berbukit.

"Kuatkan langkahmu Shanala, tetaplah maju dan jangan sekalipun menoleh ke belakang."

Shanala mendengar kata pemuda itu, ia terus berjalan melalui lika-liku air berlompatan ke sana kemari membawa Costancia di tangannya, mengikut sang seniman dan keagungan karyanya.

"Jegat mereka! Jangan sampai lolos!"

Seorang Dubalang yang terlewati laju Jembatan Garam meneriakkan peringatannya pada rekannya yang belum tersentuh oleh cahaya Gumara.

Sayangnya untuk sang kepala Ophiuchus, suara bergerak lebih cepat darinya. Dua orang Dubalang parisai pun melebarkan perisai berlian mereka di lorong tembok, memblokade jalan untuk dilaluinya melarikan diri.

Tak ada pintu lain, tak ada kelokan, satu-satunya akses yang ia miliki hanya lurus ke depan, dan ia tak akan membiarkan siapapun menghentikannya.

"Telanlah takutku dalam ombakmu"