webnovel

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
413 Chs

Chapter 30: Frozen Garden

Oleh: Polar Muttaqin

"Dingin… rasanya… dingin…"

Bayangan pepohonan meneduhi raga Ghanimah yang saat ini terbaring di tanah, begitu sulit digerakkan tanpa anggota tubuh yang sempurna.

Angin musim gugur terus berhembus dingin, kian mengelus tiap luka yang dimiliki gadis itu. Ia terus kehilangan darahnya, bahkan tubuhnya mulai terasa begitu dingin baginya.

"Aku harus… koagulasi…"

Secara paksa, Ghanimah membekukan darah dan luka-lukanya, ia tak boleh lagi kehilangan sedikitpun cairan merah kental itu.

Rasa sakit menyiksa keras tiap sisi badannya, tapi ia terlalu lemas untuk bisa berteriak, menangis ataupun merintih karenanya. Tempat ini tak nyaman sama sekali, namun begitu berat rasanya, ingin dirinya terlelap dan menutup matanya.

"Papa… mama…"

". . ."

"Devan…"

Suhu tubuhnya terus menurun begitu pesat, bahkan setelah ia membekukan bahu dan pahanya yang kini tak lagi terhubung dengan anggota geraknya. Setiap emosi yang ia miliki perlahan mati, yang tersisa hanyalah pedih perih.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com