webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Zu wenig Bewertungen
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 14: Last Defense

Oleh: Polar Muttaqin

Jebolnya Tembok Utara akan sangat berbahaya bagi orang-orang Guild. Para Support yang tadinya terlindungi, akan mengalami masa kritis jika musuh berhasil masuk ke dalam.

Setiap anggota Guild saat itu benar-benar jatuh buncah setelah melihat dasyatnya serangan yang baru menimpa pertahanan mereka. Rasa takut yang tadinya lenyap perlahan kembali setelah mereka menyadari perbedaan kekuatan antara mereka dengan lawan.

"Ambawak, siapapun! Cepat bangun kembali tembok itu!"

Akan tetapi teriakan Manggala cukup kuat untuk menghentikan kengerian itu memuncak. Meski tak dalam kondisi moral yang prima, setidaknya mereka masih dapat berfokus dengan pertempuran, walau tak memiliki energi yang sama layaknya sebelumnya. Kepercayaan mereka akan kemenangan benar-benar diambang kehancuran.

Para Ambawak di dalam segera menambal tembok itu menggunakan puing-puing bangunan dan tembok yang hancur. Setelahnya Dubalang Kipeh kembali memfortifikasinya dengan sihir mereka.