Kemunculan monster yang lain di dekat Aric cukup membuatnya terkejut. Namun, ia tidak menghadapi masalah dalam menghindari serangan monster ular di hadapannya. Aric hanya berharap jika anggota Weirless yang melawan monster ular sudah selesai dan dapat menghadapi monster yang ada di hadapannya ini.
"Hah … sepertinya mereka belum selesai," ucap Aric lalu mengeluarkan belati yang selalu ia sembunyikan di balik pakaiannya. "Tidak ada cara lain, aku harus segera menyelesaikan ini … hah … kepalaku jadi semakin sakit."
Aric mengalirkan aura dari tubuhnya ke belai yang ia genggam. Belati ditangan Aric di kelilingi aura berwarna kuning emas dan membantu mempertajam belatinya. Setelah itu, Aric berlari dengan sangat cepat menyerang monster yang lebih besar dari gedung di sampingnya. Ia mengayunkan belatinya seperti mengayunkan pedang dan menebas monster ular itu.
Namun, Aric tidak mengetahui jika monster yang bermutasi di hadapannya itu memiliki kulit yang begitu keras. Sehingga membuat serangan Aric tidak berhasil memberikan luka sedikitpun di tubuh monster itu. "Hah … ternyata tubuhnya begitu keras."
Aric memperkuat aliran aura pada pedangnya, sehingga membuat belati di tangannya berubah merubah mejadi pedang panjan yang transparan berwarna kuning emas. Aric menarik pedangya sambil megambil ancan-ancang sebelum akhirnya meloncat kearah monster itu. Ia ayunkan pedangnya secara verikal dan berhasil membelah tubuh monster ular itu menjadi dua.
Sebelum tubuh monster itu jatuh dan meghancurkan bangunan di seitarnya, Aric langsung menggunakan elemen tanah dan membuat pelindung dari tanah. "Ah, ternyata sudah selesai."
Mendengar perkataan itu, Aric berbalik dan menatap kearah salah satu anggota Weirless yang sebelumnya melawan monster di tempat lain. Aric menatap wanita berambut merah di hadapannya itu dengan datar. Ini pertama kalinya Aric melihat wanita berambut dan bermata merah seperti Alecia. Jika di perhatikan lagi, rambut dan mata wanita ini warna merhnya lebih cerah dibandingkan rambut dan mata Alecia.
Apa dia ada hubungannya dengan Alecia? Tapi, sepertinya keluarga Kishi tidak memiliki putri lain yang berambut merah selain Alecia, batin Aric.
"Hei kau!"
Aric langung tersadar dari lamunannya dan fokus menatap wanita di hadapannya. "Sepertinya aku tidak pernah melihatmu di sini, apa kau baru di sini?" tanya wanita itu.
Aric menatap wanita di hadapannya dengan bingun. Namun, akhirnya ia baru ingat jika saat ini rambut dan matanya berwarna hitam dan merah. Tentu saja tidak akan ada yang mengenalinya saat ini. Meskipun ia melepas maskernya.
"Tidak juga … lagipula, tidak mungkin kau mengenali semua orang di kota ini," ucap Aric.
"Hm … benar juga. Ya sudahlah, yang pasti terima kasih sudah membantu mengurus monster di sini. Kau cukup hebat juga melawan monster ini sendirian. Ambil ini, ini kompensasi atas jasamu mengalahkan monster itu," ucap wanita itu sambil memberikan cek bertuliskan sepuluh miliyar.
Aric menatap cek di tangan wanita itu lalu menatap wanita di hadapannya dengan bingung. "Aku baru tahu jika membantu Weirless akan mendapatkan kompensasi."
"Itu karena kami menghargai bantuan orang lain. Tentu saja kompensasi yang diberikan di sesuaikan dengan jumlah dan monster apa yang di lawan. Tapi tidak semua organisasi Weirless seperti itu, jadi kebetulan kau bertemu dengan kami. Jadi, terimalah," ucap wanita itu.
Aric menggelengkan kepala pelan. "Kau tidak perlu memberikanku kompensasi. Berikan saja kepada orang-orang yang mengalami kerugian karena kemunculan monster ini."
"Hm … kau orang yang cukup aneh. Apa karena jumlahnya kurang? Tapi, hanya ini yang bisa kami tawarkan."
"Hah … kau sungguh tidak perlu memberikanku kompensasi. Karena aku sedang tidak membutuhkan uang. Aku harus pergi, pasukan keamanan negara juga sudah datang. Mereka pasti akan mengurus sisanya," ucap Aric lalu berjalan meninggalkan wanita itu yang menatapnya dengan bingung.
"Katelyn, ada apa?" tanya pria berambut hitam dan mata hitam yang berjalan mendekati wanita berambut merah yang di panggil Katelyn.
"Oh Akito, apa pembersihannya sudah selesai?" tanya Katelyn tanpa menjawab pertanyaan pria yang kini di hadapannya.
"Pasukan pertahanan sudah mengurus sisanya, dan Adam sudah kembali lebih dulu. Tapi, kau semakin kuat saja, bisa mengalahkan monster ular itu dengan cepat," ucap Akito sambil menatap kearah monster yang sudah terbelah menjadi dua.
Katelyn menggelengkan kepala pelan. "Apa kau tidak lihat pilar tanah yang menahan tubuh monster itu agar tidak menimpah toko di sampingnya? Kau kan tahu jika kekuatanku bukan elemen tanah."
"Ah, benar juga. Jadi, siapa yang melakukannya?"
"Aku bertemu dengan Weirless. Tapi, aku tidak pernah melihatnya, bahkan di perkumpulan para Weirless yang dilakukan dua tahun sekali. Sepertinya dia orang baru di negara ini," ucap Katelyn.
"Hm … menarik, bagaimana ciri-cirinya? Mungkin kita bisa mencari tahu soal dia. Jika dia tidak memiliki organisasi, kita bisa merekrutnya. Melihat keadaan monster ini, dia cukup kuat," ucap Akito.
Katelyn menganggukkan kepala setuju dengan keputusan Akito. "Hm … dia berambut hitam dan bermata merah. Tingginya sekitar seratus delapan puluhan."
"Hah … sepertinya akan cukup sulit menemukannya karena rambut hitam. Tapi, jika bermata merah, sepertinya kita bisa menemukannya lebih cepat. Aku akan meminta tim intel perusahaan untuk menemukannya sesuai kriteriamu," ucap Akito.
Katelyn menganggukkan kepala lalu pergi bersama Akito meninggalkan lokasi pertempuran setelah menginformasikan pasukan pertahanan negara yang ada di sekitar mereka.
***
Saat Aric kembali ke toko pakaian, ia langsung di sambut oleh rasa khawatir dari ibu dan adiknya. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Adela.
"Aku baik-baik saja, ibu. Semua sudah terkendali," ucap Aric, namun Aric langsung terdiam saat Adela menatapnya tajam. "Ada apa ibu?"
"Kenapa kamu tidak bilang kalau sedang demam?" tanya Adela dengan kesal saat menyadari suhu tubuh Aric yang begitu panas saat ia memeriksa keadaan putranya.
"Tadi demamku sudah turun. Sepertinya naik lagi karena aku bertarung dengan monster," ucap Aric.
Adela mengembuskan napas pelan. "Kita kembali saja."
"Eh? Aku baik-baik saja, ibu. Bukankah, ibu masih ingin membeli yang lain bersama Alecia?" tanya Aric.
"Cia baik-baik saja, kak! Kita bisa jJade-jJade lagi setelah kak Aric benar-benar sehat," ucap Alecia yang terlihat khawatir.
"Kau dengar itu? Kau bahkan membuat adikmu khawatir, sekarang sebaiknya kita pulang. Lagipula, ibu masih punya banyak waktu sampai pesta Alecia," ucap Adela.
Mendengar hal itu, Aric hanya bisa mengembuskan napas pelan dan mengikuti perintah ibunya. "Kalau begitu, bungkus semua pakaian yang di coba putriku," ucap Adela kepada pegawai toko yang selalu setia menemani mereka.
"Baik, nyonya!"
***
Setelah kembali ke kediaman Shamus, Jade langsung mendapatkan perintah dari Adela untuk tidak membiarkan Aric meninggalkan kamar dan tetap beristirahat sampai demamnya benar-benar turun. Jade juga memanggil dokter pribadi keluarga Shamus untuk memeriksa keadaan Aric.
"Bagaimana, Araide?" tanya Adela.
Dokter berambut silver itu berdiri setelah selesai memeriksa Aric yang saat ini sudah tertidur karena kelelahan. "Tuan muda baik-baik saja, nyonya. Ini hanya demam biasa karena terlalu banyak pikiran dan kurang istirahat. Saya sarankan untuk tuan muda beristirahat selama seminggu."
Adela menganggukkan kepala. "Syukurlah kalau begitu. Berarti ini tidak ada hubungannya dengan luka lamanya, bukan?"
"Untuk itu … saya tidak begitu yakin, nyonya muda. Tapi, sepertinya tidak ada masalah dengan luka lamanya. Tapi, akan lebih baik untuk sementara waktu tuan muda tidak menggunakan kekuatannya secara berlebihan. Karena, tuan muda baru pulih dari luka lamanya," ucap Araide.
"Baiklah, terima kasih Araide," ucap Adela.
Araide membungkukkan badan lalu berjalan meninggalkan kamar Aric. Setelah memastikan Araide meninggalkan kamar Aric, Adela memanggil Jade. "Ada yang bisa saya bantu, nyonya besar?"
"Kau dengar apa kata dokter Araide, bukan?"
"Benar, nyonya besar."
"Kalau begitu pastikan Aric tidak menggunakan kekuatannya secara berlebihan saat melawan monster, dan pastikan saran yang diberikan dokter Araide," ucap Adela tajam.
"Baik, nyonya besar."
"Dimana Jayden dan Alecia?" tanya Adela.
"Nona muda sedang beristirahat di kamarnya, tuan besar sedang berdiskusi bersama tuan Morgan mengenai kemunculan monster yang semkain sering terjadi," ucap Jade.
"Hah … kalau begitu kau jaga Aric. Aku akan pergi mengurus pesta Alecia."
"Baik, nyonya besar.
Setelah itu, Adela pergi meninggalkan kamar Aric untuk memulai perencanaan pesta penyambutan Alecia.
***
Membutuhkan waktu dua minggu untuk menyelesaikan persiapan pesta penyambutan Alecia yang akan dilaksanakan dengan sangat meria. Adela memanggil dua desainer terbaik untuk mempersiapkan pakaian pesta keluarga Shamus. Pesta penyambutan Alecia akan dilakukan selama tiga hari. Undangan telah di sebarkan kepada semua orang penting di dunia.
Semua orang yang mendapatkan undangan dari keluarga Shamus, begitu menantikan pesta penyambutan kali ini. Karena keluarga Shamus yang jarang sekali mengadakan pesta, selain itu mereka juga ingin bertemu dengan putra keluarga Shamus yang tidak pernah terlihat di tempat umum.
Alecia yang mendapatkan bantuan dari Monica dan beberapa pelayan untuk persiapan pesta mendengar suara ketukan pintu. "Cia, ini kakak. Apa kakak boleh masuk?"
Mendengar suara Aric, membuat Alecia begitu senang. "Boleh kak!"
Meskipun tidak bisa bergerak, karena Monica yang masih merapikan rambut Alecia. Namun, ia tidak pernah menghilangkan senyuman di wajahnya terutama saat mendengar suara pintu terbuka dan sosok Aric yang terlihat dari kaca meja riasnya.
Aric mengenakan seragam formal pasukan pertahan yang berwarna hitam dengan jas hitam yang tergantung di pundaknya. Rambut kuning emas Aric yang biasanya terlihat berantakan, kini terlihat rapi dengan sisi kanan yang di tarik kebelakang.
"Kau terlihat cantik," ucap Aric setelah Monica menyelesaikan sentuhan akhirnya menghias rambut Alecia.
Alecia mengenakan gaun selutut berwarna hitam dengan hiasan Bungan merah dan pernak-pernik berwarna emas serta mahkota emas yang menghiasi rambut merahnya yang di biarkan terurai.
"Kakak juga terlihat semakin tampan!" ucap Alecia senang.
Saat Aric berhadapan dengan Alecia, terlihat pakaian mereka memiliki kombinasi warna yang sama, dan penampilan mereka begitu membuat pelayan yang ada di dalam kamar Alecia menjadi senang dengan hasil kerja keras mereka.
"Terima kasih … apa kau sudah siap?" tanya Aric sambil mengulurkan tangannya.
Alecia menganggukkan kepala dan menerima uluran tangan Aric. "Tentu saja!"
Setelah itu, mereka langsung pergi menemui Jayden dan Adela yang juga mengenakan pakain sewarna dengan kedua anak mereka. "Anak-anakku terlihat tampan dan cantic!" ucap Adela senang.
"Hehe…"
"Baiklah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa masuk sekarang," ucap Jayden.
Adela, Aric dan Alecia menganggukkan kepala. Pintu besar aula pesta terbuka, Alecia terlihat sangat gugup. Aric yang menyadari hal itu menggenggam tangan Alecia dengan kuat untuk menenangkannya. "Tenang saja, semua akan baik-baik saja."
Mendengar hal itu, Alecia menganggukkan kepala lalu keluarga Shamus berjalan masuk ke aula pesta.
Bersambung…
Terima kasih telah mengikuti cerita ini
Sampai jumpa lagi
Like it ? Add to library!