Jantung Luna terus berdetak, ia merasa cemas dan khawatir. Izab qabul sedang berlangsung, dan hal itu membuat Luna tidak tenang sejak tadi. Ia masih di kamar sekarang, ia akan keluar setelah sah menjadi suami istri sesaat lagi.
"duh gimana ya keadaannya sekarang, kok gak tenang banget sih" keluh Luna sambil terus berharap jika pintu kamarnya terbuka dan seseorang menjemputnya.
Di sisi lain, terdengar sang penghulu sedang menikahkan dua insan yang haram menjadi halal dalam sekali tarikan nafas.
"apakah sudah siap?" tanya penghulu pada calon suami.
"siap" jawab si calon dengan lantang.
"baiklah dengarkan dan ikut! Saudara Randy, sayang nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Luna yang di walikan kepada saya, dengan seperangkat alat solat dan emas 50 gram di bayar tunai!" ucap penghulu dengan matang.
"saya terima nikah dan kawinnya Luna, dengan mas kawin tersebut Tunai!" ucap Randy yakin.
"bagaimana saksi?" tanya penghulu pada Rudy serta ayahnya.
"sahhh" jawab keduanya kompak.
"alhamdulillah, sekarang kalian resmi menjadi suami istri. Kau boleh menemui istrimu, dan boleh melakukan apapun padanya. Kecuali menyakiti, itu tidak boleh, mengerti?" jelas penghulu.
Randy mengangguk sambil terkekeh pelan, tidak sangka semua malah terjadi di luar pemikirannya.
.
.
.
.
.
Seorang bride maid menjemput Luna, dan membantu Luna membawa gaunnya menuju tempat resepsi. Luna melangkah sambil menunduk, ia tidak sangka secepat ini ia menjadi seorang istri.
"singkirkan perasaanmu itu Luna, kau istri Rudy sekarang. Kau tidka boleh mengkhianatinya dengan menyimpan perasaan pada Randy, kuatkan hatimu Luna!" gumam Luna pada dirinya sendiri.
Semua pasang mata menatap Luna yang kini memasuki taman resepsi, mereka semua terpesona dan terkagum-kagum dengan penampilan Luna yang jauh dari biasanya.
Begitu pun Randy, ia sudah menatap Luna sejak ia melihatnya dari dalam rumah. Dan kini wanita itu melangkah perlahan ke hadapan Randy, namun tatapannya menunduk sedih. Randy tersenyum tipis, lalu berbalik memunggungi Luna yang akan tiba.
Luna mengangkat wajahnya, ia mengernyit bingung saat pria di hadapannya malah memunggunginya.
"Rudy?" panggil Luna bingung.
Pria itu tetap diam dan tidak bergerak dari posisinya, Luna semakin tidak mengerti. Namun melihat bagian belakang pria itu, kenapa ia malah teringat dengan Randy?
"sadar Luna, kau sudah punya suami sekarang. Jangan terus memikirkan Randy, kau mengkhianati suamimu nanti." gumam Luna yang masih bisa di dengar Randy.
Pria di hadapan Luna terkekeh mendengar gumaman Luna, ia lalu berbalik menatap Luna yang terkejut saat menatapnya.
"kau memang mengkhianatiku, Luna." ucap Randy dengan senyum mengembang di wajahnya.
Luna terkejut bukan main, ia tidak salah tempat kan? Atau ia salah jalan? Kenapa Randy yang malah berdiri si tempat ini? Kemana Rudy? Bukankah harusnya Rudy yang menikahinya?
"Ra-Randy? Kok lo disini?" tanya Luna bingung.
Randy tersenyum penuh arti, lalu munculah Rudy dari belakang tirai bersama ayahnya.
"yang cocok jadi suami kamu itu Randy Lun, bukan aku." tukas Rudy dengan senyum pasrahnya.
"astaga apa ini mimpi?" tanya Luna tidak percaya.
Semuanya terkekeh mendengar perkataan Luna, lalu Randy membelai wajah Luna yang mengatakan yang sebenarnya.
"ini nyata sayang, kamu sekarang adalah istriku. Istri tercintaku, Luna" ungkap Randy meyakinkan.
Luna terharu, ia menitikkan airmatanya dengan senyuman lebarnya. Senyum yang tulus, yang memang berasal dari hatinya.
"bagaimana mungkin?" tanya Luna lagi masib di ambanh percaya dan tidak percaya.
"entahlah, bang Rudy merubah segalanya di detik-detik menjelang izab qabul. Bahkan aku sendiri gak paham dengan semua ini, yang jelas sekarang Luna adalah istriku." jelas Randy sedikit bingung.
Mereka tertawa, tersenyum bahagia bersama. Ikatan yang mereka pikir telah putus, nyatanya baru saja dimulai.
.
.
.
.
.
Resepsi telah berakhir, kini Luna dan Randy berada di kamar Randy. Luna sedang mengganti pakaiannya setelah mandi, sedangkan Randy sedang menikmati air dingin yang mengalir melewati setiap sudut tubuhnya.
Seusai mandi, Randy keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawahnya. Dan dengan santai ia melangkah melewati Luna yang mematung melihatnya, dan Randy menyadarinya.
Dengan senyum jahil Randy mendekati Luna, dan benar saja. Wajah Luna merona dan ia terlihat gugup, walau kini mereka telah resmi tapi tetap saja ini yang pertama kalinya bagi mereka.
"ada apa sayang?" goda Randy pada Luna.
"a-ah ti-tidak ada apa-apa, sudahlah sana pakai bajumu Randy!" balas Luna gelagapan.
Randy terkekeh melihat respon Luna, ia pun berbalik menuju lemari dan mengambil pakaiannya. Setelah berganti dengan piyama tidur, barulah Randy kembali mendekati Luna yang sudah lebih dulu berbaring di ranjang mereka.
"gak nyangka yah, kita malah kembali bersatu setelah memutuskan untuk berpisah." ucap Luna tidak percaya.
"itu namanya jodoh" balas Randy sambil memejamkan matanya.
"tapi kok bisa sih malah kamu yang menikah denganku?" tanya Luna penasaran.
Randy yang tadinya akan terlelap kembali membuka matanya kala Luna bertanya tentang hal yang memang ia sendiri tidak mengerti.
"aku juga gak tau, bang Rudy tiba-tiba menarik aku untuk izab qabul dengan penghulu. Dan aku marah atas sikap semena-menanya itu, lalu ayah malah menyuruhku untuk menjalani proses itu sampai selesai. Dan ya, akhirnya malah aku yang menikahi kamu bukan bang Rudy." jelas Randy sedikit kebingungan juga.
"kok bisa gitu yah?" tanya Luna lagi masih dengan kekepoannya.
"sejak kapan sih istriku ini jadi kepo banget?" balas Randy sambil mencubit pipi Luna.
"ihhh Randy sakit tau!" keluh Luna saat pipinya di cubit oleh Randy.
"abis lucu banget sih" balas Randy dengan kekehannya.
Luna beringsut memeluk Randy, membiarkan dirinya menyentuh hangatnya tubuh pria yang kini resmi menjadi suaminya itu.
Randy tersenyum, ia membalas pelukan Luna dengan erat. Seakan takut kembali berpisah seperti sebelumnya, kini Randy berjanji akan terus menggenggam erat cintanya ini.
"sayang, boleh aku lakukan?" izin Randy pada Luna.
Luna terdiam, mencoba memahami apa maksud ucapan Randy padanya. Sesaat kemudian ia merona, dan mengangguk perlahan.
Randy yang mendapat persetujuan Luna segera membalik tubuhnya menjadi menindihi Luna, tangannya menyentuh wajah Luna yang merona. Tatapannya menggelap dan tertutupi kabut nafsu, Randy mulai melakukan sentuhan-sentuhan kecil pada tubuh Luna.
Randy menjelajahi tubuh Luna dengan sangat lembut, membawa Luna pada puncak kenikmatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Malam panjang yang akan mereka habiskan bersama, bersatu dan bersama memadu kasih yang terindah.
Penyatuan dua hati dan raga yang sama-sama memiliki cinta, sangat indah bukan bila kau bisa mewujudkan cintamu itu?
Cinta itu suci dan murni, jangan nodai dengan segala kata busuk yang sebenarnya ulahmu sendiri.