webnovel

Pagi hari

Di pagi hari yang cerah, terlihat dua orang sedang berlatih pedang.

"Ada apa Andika, hanya ini yang kau bisa. Di mana kemampuanmu"

Andika diam menghiraukan pertanyaan ayahnya, dia hanya fokus untuk menyerang. Tapi semua serangan Andika bisa ditangkis dengan mudah oleh ayahnya, Andika mulai kelelahan karena semua serangannya tidak ada yang mengenai ayahnya.

"Ada apa, sudah lelah?" kata ayahnya.

"Ya."

"Kenapa? Cuman segitu saja sudah lelah, ke mana semangatmu tahun lalu?"

"Sudah hilang, lagi pula itu semangat 10 tahun lalu sudah lama hilang."

"Hadeh. Andika kau ini, lagi pula kau adalah pengganti ku jadi~

"Tidak!" Menolak keras. "Ayah sudah bilang kata-kata itu sejak aku baru pulang dari sekolah, sudahlah aku mau pulang, aku lelah." Andika pergi meninggalkan ayahnya sendiri.

"Duh mungkin aku terlalu memaksanya, lagi pula masa jabatanku menjadi seorang raja juga masih lama sih. Sekarang aku bingung harus apa? Apa aku pulang saja."

Di perjalanan pulang ayahnya Andika maksudku Sukirto Kisana kalian bisa panggil dia Sukirto, dia bertemu dengan teman lamanya saat sekolah, dia bernama Akna Samli, kalian bisa panggil Akna. Dia adalah teman sekolah Sukirto sejak kecil dan Akna adalah pemimpin Klan Samli. Karena tidak sengaja bertemu Akna mengajak Sukirto untuk main ke rumahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bertemu.

Sesampainya mereka berdua di sana Akna membuatkan segelas teh hangat untuk Sukirto.

"Ini tehnya," Akna menaruhnya di atas meja.

"Terima kasih" balas Sukirto.

"Oh ya, aku penasaran katanya Andika keluar dari sekolah Javana Greed?"

"Iya".

"Kenapa?"

"Aku juga kurang tahu." Sukirto meminum sedikit tehnya. "Sudah lama ya kita tidak kumpul seperti dulu lagi bersama yang lain.

"Iya, kau benar juga. Sudah lama sekali. Oh ya. Bagaimana kalau Andika sekolah di sekolahku saja."

"Memang kenapa harus di sekolah mu padahal aku baru mau memasukkan Andika ke Sekolah Khusus Militer?"

"Sudahlah lagi pula ada Maya, Yatno, dan Yatna"

"Maya itu kalau tidak salah, anak dari Rena Raika bukan."

Akna mengangguk.

"Ide yang bagus, tapi aku akan bicara dengan Andika dulu," Sukirto berdiri. "Terima kasih ya tehnya enak, kalau begitu aku pulang dulu"

"Ya sama-sama. Sampaikan salamku pada keluarga mu,"

"Iya,"

Sesampainya di rumah saat makan malam.

"Andika, mulai besok kau akan masuk Sekolah Samaara." kata Sukirto sambil mengambil beberapa lauk di meja makan.

"Maksud ayah sekolah milik Paman Akna yang baru didirikan beberapa bulan lalu," jawab Andika.

"Ayah, kenapa di sekolah swasta? Kenapa tidak di Sekolah Khusus Militer saja. Kan bisa bareng Fadla dan Megina." Tanya Hamida istrinya bisa dibilang ibunya Andika.

"Tidak apa-apa. Kurasa sekolahnya dekat dengan rumah dan aku kenal dengan Akna jadi mudah mengawasi Andika."

"Ayah, umurku sudah enam belas tahun. Aku tidak perlu diawasi lagi."

"Oh ya benar juga. Maaf ayah lupa."

Keluarga Andika mulai memakan makan malam mereka dengan tenang mereka makan dengan lahap sampai tak tersisa satu pun khususnya untuk Andika yang telah pulang dari Javaind.