webnovel

Meminjam Ruangan Pribadi (1)

Dengan segala kebingungan, serta rasa keengganan yang tak terlukiskan terhadap "warisan" dari pemilik aslinya yang muncul di otaknya, Su Ran tidak bisa tertidur sampai larut malam.

Keesokan paginya, sebelum matahari terbit, Su Ran terbangun oleh suara-suara orang yang bergosip di depan pintunya.

"Aiya, lihatlah. Berantakan sekali, bagaimana kita bisa berjalan melewati lorong?"

"Benar sekali. Ini terlihat seperti kandang babi. Sangat menjengkelkan."

"Kandang babi apanya? Lebih mirip kandang ayam, kalau menurutku."

(T/N: "ayam" digunakan untuk merujuk pada wanita dengan "profesi itu".)

"Hehe, kau benar."

Su Ran bahkan tidak perlu repot-repot menggunakan imajinasinya untuk mengetahui bahwa para istri dan wanita yang belum menikah lah yang sedang membicarakannya di luar sana.

Pemilik aslinya mungkin tidak menghasilkan banyak uang dalam beberapa tahun terakhir ini, tapi hal itu tidak menghentikannya untuk membeli banyak barang murahan. Sepatu apa pun yang tidak lagi digunakan, akan ditumpuk di lorong depan rumahnya.

Sebagian besar orang menaruh beberapa barang tidak penting di luar pintu mereka.

Biasanya, tidak ada yang akan mengomentarinya.

Hanya saja, mereka dibuat terkejut oleh keributan yang disebabkan para rentenir dan reaksi Su Ran tadi malam, sehingga mereka tidak punya cara lain untuk melampiaskan kekesalan mereka.

Dengan segala macam perasaan negatif yang tertahan, akhirnya mereka bisa menemukan sesuatu untuk dikeluhkan.

"Lorongnya sudah cukup sempit. Bagaimana kita bisa lewat? Dan sangat kotor juga. Seperti yang sudah ku katakan, sangat menjengkelkan."

"Kalau kau menanyakan pendapat ku, menurutku dia memang terlihat seperti orang semacam ini!"

"Suruh wanita itu kemari dan membereskan semuanya! Jika tidak, kita sendiri yang akan membuang semua sampah-sampah ini!"

"Itu benar! Buang saja semuanya! Dia seharusnya tidak menumpuknya di area umum!"

"Oke, kalau begitu buang saja."

Para wanita sedang asyik menumpahkan segala keluh kesah mereka, jadi tidak ada yang menyangka subjek dari obrolan mereka akan muncul di hadapan mereka secara tiba-tiba.

Mereka semua berhenti sejenak dan tampak sedikit malu.

"Uhuk, kami tidak akan langsung membuang barang milik orang lain. Kami tidak akan mempermasalahkannya kalau saja kau membereskannya sedikit."

Yang bisa dilakukan para wanita ini hanyalah mengeluh dan mengatakan berbagai macam hal yang buruk saat Su Ran sedang tidur. Mereka tidak akan pernah berani mengambil tindakan nyata seperti benar-benar membuang barang-barangnya. Mereka tidak ingin situasinya menjadi semakin buruk dan bagaimana jika Su Ran menelepon polisi?

"Sungguh." Sebelum orang-orang mengetahui apa maksudnya, Su Ran langsung masuk ke dalam rumah dan beberapa saat kemudian keluar lagi dengan menenteng dua tas besar berisi banyak barang.

"Sekalian. Kalau kalian ingin membuangnya, buangkan yang ini juga," kata Su Ran.

Itu adalah tas yang dia kemas tadi malam.

Dia tidak tahan melihat barang-barang milik pemilik aslinya. Bahkan tanpa dikritik para wanita ini pun, dia sudah berencana untuk menyingkirkan barang-barang ini hari ini.

Tentu saja, para wanita ini tidak tahu bahwa Su Ran bukan lagi Su Ran yang asli. Mereka saling bertatap-tatapan dan hanya memikirkan satu kesimpulan yang sama, wanita ini pasti sudah gila.

"Kau benar-benar ingin membuang semuanya?" Salah satu dari mereka keluar dari kerumunan dan bertanya pada Su Ran sambil menatapnya dengan ragu.

"Benar, aku sudah tidak menginginkannya lagi."

"Oke, kau sendiri yang bilang. Kalau kau tidak menginginkannya lagi, aku akan mengambilnya."

"Aku tidak menginginkannya lagi. Anda bebas mengambil semuanya."

"Jangan memintanya kembali setelah aku mengambilnya." Saat dia berbicara, wanita itu dengan cepat mengambil dua tas besar dari Su Ran beserta semua kotak sepatu di luar pintu.

Semua orang, "..."

Setelah beberapa saat, kerumunan itu akhirnya meninggalkan bagian luar apartemen Su Ran dan mulai kembali bergosip tentangnya dengan suara yang lebih lirih.

"Ada apa dengan wanita itu? Dia membuang barang-barangnya."

"Tidak tahu. Mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya."

"Mungkin dia sedang bersiap-siap untuk melarikan diri. Kau lihat sendiri kan, bagaimana orang-orang rentenir itu datang kemari tadi malam? Mereka semua terlihat sangat kejam!"

"Benar sekali. Nenek Da Bao, kenapa kau mengambil barang bekas milik wanita itu?"

"Dia mungkin punya banyak barang, tapi tidak ada satupun yang bagus. Kau lihat sendiri bagaimana gaya murahannya. Lalu, kenapa kau mengambil pakaian bekasnya? Kau bahkan tidak bisa memotongnya dan membuat sesuatu yang baru."

"Tepat sekali, Qianwen-ku bilang dompet Louis Vuitton miliknya semuanya tiruan. Dan bahkan bukan tiruan kelas atas. Itu semua adalah jenis tiruan yang paling rendah."

"Ya, aku tidak akan menggunakannya sendiri. Adikku sebentar lagi akan kembali ke desa. Aku akan memberikannya kepada putrinya supaya bisa dijual di sana. Bahkan jika dijual $10 atau $20, uang tetaplah uang, kan?

"Ditambah lagi, barang-barang itu mungkin terlihat seperti sampah bagi kita, tapi mungkin masih populer di tempat lain."

Author: Gongzi Shang