"Sayang, kamu kenapa sih kok nangis terus dari tadi? hemm?" Lily mencoba menenangkan embun sambil menggendong dan mengayun ayunkan embun perlahan.
"Kenapa ly? tumben embun rewel?" tanya Bimo selepas sholat Magrib.
"Enggak tau juga ini kenapa. Enggak biasanya loh dia kayak gini."
"Cup cup, sayang cup. Diam sayang" Lily sangat cemas.
"Kenapa tuan sampai magrib belum juga pulang. Ada apa ini?"
"Bim, kamu coba telfon bapak. kenapa belum sampai rumah sudah malam gini" usul Lily pada Bimo yang berdiri di sampingnya.
Bimo menggeleng gelengkan kepalanya. Menatap kecewa layar ponselnya.
"Tidak di angkat ly." ucap Bimo dengan tatapan lesu kepada Lily yang masih menggendong Embun.
Putri berlari dengan terengah engah menuju pada Lily dan Bimo yang berada di ruang makan.
"Mbak, kak, di depan ada polisi. Tuan terlibat kecelakaan beruntun dan sekarang sedang berada di rumah sakit C**** M*****" ucap putri sambil terengah engah.
"Kamu enggak bercanda kan put?" tanya Bimo memperjelas ucapan putri.
"Iya kak, lihat polisi masih berdiri di depan menunggu kita" ucap putri sambil menarik narik tangan Bimo.
Dan benar saja. Berdiri dua orang polisi di depan gerbang.
"Maaf mbak mas mengganggu. Kami hanya ingin memberitahukan jika saudara Juno Mahendra terlibat kecelakaan beruntun di jalan M****** tadi pukul 17.30. Ini kartu tanda pengenal beliau" polisi menyerahkan KTP Juno kepada Lily.
Dengan tangan gemetar dan nafas yang mulai tak beraturan Lily menerima KTP itu. Tanpa aba aba air mata Lily jatuh begitu saja. Di bacanya KTP itu dan benar saja itu adalah KTP milik dari Papa seorang bayi yang sedang di gendongnya. Melihat gambar Papanya di dalam sebuah kartu, Embun spontan memanggilnya.
"Papa... papa.." ucap Embun sambil menarik narik kartu dan sesaat menatap Lily penuh harap.
"Iya sayang, ayo kita ketempat Papa sekarang. Bim, kamu cepetan siap siap, aku juga."
"Baik pak kita akan ke sana. Kami bersiap siap dahulu" ucap Lily masih dengan tangis dan suaranya yang bergetar.
"Silahkan mbak" jawab kedua polisi itu.
Dengan panik dan sedih serta kecemasan semua bercampur aduk menjadi satu. Lily menata baju Juno dan Embun serta bajunya sendiri. Belum lagi susu dan tetek bengek perlengkapan milik Embun yang seabrek. Bimo dengan sigap membantu dan memasuk masukkan semua barang yang di tata Lily dan berangkatlah mereka menuju ke rumah sakit.
🦋🦋🦋🦋
Juno sedang berada di ruang operasi. Lily berjalan mondar mandir dengan rambut yang di ikat asal asalan dan sambil menggendong Embun. Lily sama sekali lupa akan mengurusi penampilan karena dia sangat sibuk dengan Embun yang rewel. Tangis Lily sudah tak terdengar tapi, air matanya terus saja menetes.
*Segitu khawatirnya dia sama pak Juno* Batin Bimo yang melihat kesedihan Lily yang luar biasa.
*Pak, semoga bapak baik baik saja. Tuhan jaga dan sembuhkan majikanku. Dia orang baik.* ucap Lily dalam hati.
Lampu ruang operasi telah padam, pertanda oprasi telah selesai. Lily langsung menyeka air matanya dan berjalan menghampiri dokter yang keluar ruangan.
"Bagaimana keadaanya dok" tanya lily penuh kekhawatiran.
"Anda keluarganya?" tanya dokter sambil menghadap Lily.
"Iya dok" Jawab Lily spontan.
"Mari ikut saya" Dokter mempersilahkan Lily untuk mengikutinya.
Masih dengan tetes air mata yang sama.
🐚🐚🐚
"Karena benturan keras yang terjadi mengenai area bagian kepala yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang menggumpal dan menyumbat aliran darah ke otak. Membuat pasien kehilangan kesadaran. Kami telah melakukan oprasi pembedahan untuk membuang gumpalan darah yang menyumbat itu. Tapi pasien tidak bisa langsung pulih. Butuh waktu yang cukup lama untuk pemulihan. Untuk saat ini pasien masih dalam pengaruh obat bius. Untuk hasil selanjutnya kita akan memantau perkembangan beliau selanjutnya" kata dokter memberikan keterangan secara sederhana agar mudah di mengerti keluarga pasien.
"Apa, akibat kecelakaan ini bisa mempengaruhi ingatan atau motoriknya dok?" tanya Lily yang sangat khawatir.
"Anda istrinya? Sebaiknya anda harus dengan sabar merawat dan menjaga beliau untuk waktu yang cukup lama. Kami akan berusaha sebaik mungkin. Namun untuk hasil selanjutnya, semua adalah kuasa Tuhan. Jadi kami juga tidak bisa memastikan apa apa yang akan terjadi kepada pasien setelah oprasi pembedahan ini" ucap Dokter yang tak bisa menjamin kesembuhan dan hasil perkembangan Juno selanjutnya.
"Lily hanya menunduk dan menangis sambil menatap Embun"
🐚🐚🐚
Juno sudah berpindah ke kamar rawat inap. Lily menidurkan Embun di sofa. Sementara Bimo masih mengurus administrasi bersama Amanda. Amanda memasrahkan Juno kepada Lily. Karena Amanda akan sibuk bolak balik mengurus perkara kecelakaan beruntun dan pertanggung jawaban dari tersangka yang menabrak Juno.
Lily menangis melihat Juno yang tergolek tak berdaya. Selang oksigen dan selang infus bergelayutan menempel menopang kehidupan pria gagah itu. Lantunan ayat ayat dan doa, lirih Lily ucapkan di samping majikanya.
Satu Minggu berlalu. Kini Lily menjadi lebih sibuk dari biasanya. Bertambah lagi kegiatanya setiap hari untuk merawat majikanya yang sedang koma. Juno di vonis koma oleh dokter.
Selama Juno koma, Sandra datang untuk membesuk hampir setiap hari. Ya meski tidak lama dan entah apa tujuannya tidak ada yang tau. Satu dua bulan Sandra mampu seperti itu, berbuat baik dan memberi perhatian lebih. Tapi setelah itu siapa yang mampu? Ya Lily, hanya Lily.
Peran Lily sudah seperti istri dan ibu yang baik untuk keluarganya. Amanda sungguh takjub dan tak habis pikir dengan sikap tulus Lily. Embun pun di rawatnya dengan sangat baik.
🐚🐚🐚
Paman Juno, Ayah Amanda (Rudi) yang melihat ketulusan Lily sangat kagum pada Lily. Secara blak blakan Rudi menyarankan agar Lily mau menjadi istri Juno.
"Pak, saya tidak setara dengan tuan. Saya tidak pantas" jawab Lily kepada Rudi lelaki paruh baya lebih yang duduk di sebelah lily.
"Maaf, saya terbawa dengan keadaan. Saya hanya khawatir pada keponakan saya. Jaman sekarang banyak wanita yang hanya memanfaatkan dan mengincar harta."
"Meski tidak semuanya, tapi saya ragu jika Juno mau membuka hati untuk wanita lain selain Namira" ucap Rudy sambil duduk bersandar di sofa.
"kamu, sudah dua tahun merawat Juno selama dia koma. Apakah kamu tidak lelah? Tidak ingin berhenti dari pekerjaan ini?" Tanya Rudy pada Lily yang sedang mengelap wajah Juno dengan handuk basah.
"Saya tulus melakukan ini tuan. Bagi saya tuan Juno sudah seperti keluarga. Saya sangat berterimakasih kepada beliau. Karena beliau, masa tua Kakek dan nenek saya menjadi lebih terjamin. Mereka tidak perlu lagi bekerja keras untuk sesuap nasi"
"Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi saya dari pada kebahagiaan orang orang yang saya sayangi" Jawab Lily sambil menyisir dan merapikan rambut majikanya.
"Lalu, bagaimana dengan embun yang sekarang memanggilmu bunda?"
"Apa kamu benar benar bisa melepasnya jika suatu saat nanti kamu memiliki rumah tangga sendiri?" Tanya Rudy yang berdiri di tepi ranjang.