webnovel

An Empty World (END)

Pernahkan kalian membayangkan bangun di pagi hari dan mendapati dunia kosong tanpa seorangpun? Itu yang Arina Rahmawati rasakan. Gadis 17 tahun yang kebingungan mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan buminya, dunianya. Kejadian yang tidak bisa dinalar dan mengerikan muncul satu per satu. Bertemu beberapa teman yang juga ia rasakan setelah mengembara mencari orang yang tersisa. Tidak hanya itu, kesakitan demi kesakitan menghantamnya. Hal mengerikan muncul tidak kenal lelah. Sampai puncaknya, ia membunuh keluarganya sendiri dengan tangannya. Tapi bukan itu masalah terbesar Arina. Bukan dunianya yang jadi masalah. Ada hal yang lain yang menunggunya. Di dunia lain. Di dunia yang tak tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kebenaran satu per satu muncul. Dunia kosong tidaklah nyata. Itu hanya sebuah percobaan semata. Fresh and original. Start: Mei 2018 End: Desember 2019

IamBlueRed · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
57 Chs

Epilogue

Layar monitor menunjukkan tabung yang hampir terisi penuh. Angkanya 97%. Naik terus hingga lima detik kemudian menjadi 100%. Arisa yang tidur terlentang sembari dikelilingi alat-alat aneh tahu itu ingatan aslinya yang sedang diunduh.

"Jangan tegang. Santai aja." Ibunya berucap. Wanita itu mengambil sebuah suntikan, juga botol kecil anestesi tak jauh darinya.

"Bakalan sakit nggak, Bu?" Arisa yang memakai pakaian serba hijau bertanya.

Ibunya menggeleng. "Nggak kerasa. Setelah ini kamu dibius total."

Arisa mengangguk mengerti.

"Siap?"

Ia mengangguk lagi, menatap wajah ibunya untuk terakhir kali, mengucapkan sampai jumpa pada siapapun dalam hati.

"Ibu suntik, ya. Jangan dilawan. Tidur kalau emang kamu ngerasa ngantuk."

Arisa tersenyum tipis. Ia ingat pernah punya catatan kebal obat bius. Ibunya pasti menyuntikkan anestesi dosis tinggi. Yaah, ia hanya berharap dirinya masih bisa bangun nanti.

Arisa menutup mata, merasakan jarum suntik menembus kulit lengannya. Tidak sakit, hanya terasa seperti semut merah yang sedang menggigit.

Detik selanjutnay, Arisa benar-benar menutup mata. Kesadarannya melayang entah kemana.

***

Matahari semakin meninggi. Orang-orang di luar ruangan masih setia menunggu, ingin melihat serta perubahan yang terjadi pada seseorang di dalam ruangan.

Tiba-tiba pintu terbuka, berdecit pelan. Seorang gadis berseragam pasien keluar, disusul wanita paruh baya di belakangnya. Atensi orang-orang segera teralih menatap gadis di depan pintu tersebut.

"Kenapa pada ngumpul disini?" Ia bertanya tidak mengerti.

Arival yang tadinya menyandar pada dinding segera berdiri tegak, menanyai adiknya, "Namamu siapa?"

"Arisa... Rahmawati."

"Nama ibu?"

"Arina Rahmawati."

"Nama abang?"

"Mau ngapain sih, Kak?"

"Jawab aja."

"Arival Adijaya."

"Nama suami?"

Arisa terdiam sejenak, membuat orang-orang harap cemas menunggu jawabannya. Beberapa detik kemudian, ia menatap suaminya dan berkata, "Biru Samudra."

Sorak-sorai langsung terdengar.

"WELCOME BACK, ARISA!!"

Arival memeluknya, seolah benar-benar menyambut seseorang yang telah lama pergi. Disusul teman-teman yang lain. Susan, Elang, Eva, V... Semua orang memeluk Arisa.

"Ngapain sih? Ada apa?" Arisa bertanya, menatap ibunya tidak paham, kemudian menetap manusia di sekelilingnya.

Tidak ada yang menjawab. Yang ada hanya suaminya yang tiba-tiba datang, lalu memeluknya sangat erat.

"Nanti aku ceritain," ujar Biru.

Arisa terdiam, merasakan pelukan Biru yang terasa berbeda dari biasanya. Biru memeluknya seolah mereka berdua tidak bertemu cukup lama.

Hei, apakah proses pengambilan kekebalan selama itu.

"Ada apa, sih? Kenapa peluknya kenceng banget?" Arisa bertanya pada Biru.

Biru menggeleng, masih memeluk erat. "Nggak kenapa-napa. Cuma kangen."

-end-