webnovel

An Empty World (END)

Pernahkan kalian membayangkan bangun di pagi hari dan mendapati dunia kosong tanpa seorangpun? Itu yang Arina Rahmawati rasakan. Gadis 17 tahun yang kebingungan mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan buminya, dunianya. Kejadian yang tidak bisa dinalar dan mengerikan muncul satu per satu. Bertemu beberapa teman yang juga ia rasakan setelah mengembara mencari orang yang tersisa. Tidak hanya itu, kesakitan demi kesakitan menghantamnya. Hal mengerikan muncul tidak kenal lelah. Sampai puncaknya, ia membunuh keluarganya sendiri dengan tangannya. Tapi bukan itu masalah terbesar Arina. Bukan dunianya yang jadi masalah. Ada hal yang lain yang menunggunya. Di dunia lain. Di dunia yang tak tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kebenaran satu per satu muncul. Dunia kosong tidaklah nyata. Itu hanya sebuah percobaan semata. Fresh and original. Start: Mei 2018 End: Desember 2019

IamBlueRed · sci-fi
Zu wenig Bewertungen
57 Chs

06-Jogja Will Be Destroyed

"Blue, suruh dia menjauh." Arina meminta.

Dan menyebalkannya, Biru malah tertawa ngakak sambil mengelus-elus wajah Thor di depannya. "Thor, kamu mundur, ya? Mbak Arina lagi parno sama kamu." Biru berucap lalu kembali tertawa. Arina langsung meninju punggung Biru. Sangat keras sampai Biru berteriak kesakitan kendati masih tertawa.

"Kok kamu panggil aku buat Thor 'Mbak Arina' sih? Kan tua-an dia?" tanya Arina.

"Nggak. Lebih muda Thor tujuh bulan," balas Biru lalu tertawa lagi.

"Sok tahu."

Arina mundur menjauhi punggung Biru ketika Thor duduk di hadapan Biru, minta dielus mungkin. Dasar, hewan manja!

"Blue, ambilin Brownie dulu. Nanti takut diapa-apain dia," kata Arina sambil menunjuk Thor.

Biru langsung bangkit berdiri dan meninggalkan Arina yang otomatis berhadapan dengan Thor. Tanpa babibu, Arina langsung ikut berdiri dan menyusul Biru dengan cepat.

"Akunya juga jangan ditinggal kali, Blue!" serunya kesal.

Biru terkekeh.

"Sebenernya aku pengen pegang dia. Mau rasain gimana rasanya kulit raptor," kata Arina. "cuma takut," lanjutnya lalu memberi tampang melas.

"Pegang aja, dia nggak gigit kok."

Sedetik setelah Biru berucap, tiba-tiba Thor memajukan moncongnya ke Arina. Arina langsung berteriak dan meloncat ke belakang. Thor benar-benar membuatnya jantungan.

"Dia belum apa-apa langsung nyosor. Agresif banget."

"Dia tadi denger kalau kamu mau pegang, makanya deketin mulutnya ke kamu," jelas Biru.

"Beneran, kan? Dia nggak bakal ngira aku wortel terus makan aku?"

"Nggak, Arina. Buruan deh." Biru mulai tidak sabar. Ia memegang tangan Arina lalu menarik tangannya untuk menyentuh wajah Thor.

"Tuh kan, dia baik," ujar Biru lalu melepas tangan Arina dan membiarkannya mengelus wajah Thor sendirian.

Arina tersenyum sumringah. Matanya berbinar setelah berhasil menyentuh Thor. Biru tersenyum lucu.

"Hai, Thor, aku Arina Rahmawati. Temennya pemilikmu, Samudra Biru. Jadi, jangan makan aku sama Brownie, ya. Kulit kamu lucu." Arina masih mengelus Thor. Thor sendiri hanya duduk, terlihat nyaman dengan elusan Arina. Wajahnya berbeda dengan raptor yang ia lihat di film. Thor tidak sangar dan malah lebih lucu.

"Kamu tahu nggak, dari dulu aku pengen pelihara kamu, tapi bingung carinya dimana. Eh sekarang kamu malah jadi peliharaannya Blue. Kenapa nggak dateng ke tempat aku sih? Pasti nanti aku kasih wortel banyak. Kamu sama Blue cuma dikasih wortel dikit kan?" ucap Arina pada Thor. Dia masih mengelus wajah Thor. Bahkan memegang punggung dan ekor nyaris birunya juga. Walaupun kadang-kadang masih kaget ketika Thor mendengus dan bergerak dengan tiba-tiba, tapi lama-kelamaan Arina mulai terbiasa.

"Blue, dia paham aku ngomong nggak, sih?" tanya Arina.

"Nggak, tapi Thor bilang kamu cantik."

Arina memicingkan sebelah matanya. Tidak percaya dengan ucapan Biru barusan. "Kamu atau Thor yang bilang aku lucu?"

"Thor lah, masa aku?"

"Nggak mungkin, Blue. Thor pasti bilang cantiknya ke betina sesama jenisnya. Jangan berkelit deh. Kamu kan yang bilang, Blue? Nggak papa, aku emang cantik kok. Bahkan cantiknya melebihi Selena Gomez dan Shawn Mendes."

"Shawn Mendes laki."

"Masa? Kapan transgender? Kok nggak bilang-bilang?"

"Terserah deh, Na."

Arina tertawa ngakak mendengarnya, masih mengelus-elus badan Thor yang sedang tertidur menutup mata. Tiba-tiba Brownie datang dan naik ke punggung Thor. Dia menciap seperti biasa dan lebih nyaring daripada sebelumnya.

"Iya, Brownie. Aku elus juga. Jangan cemburuan deh," kata Arina lalu mengelus bulu Brownie yang sedang duduk dengan tangan kanan dan kulit Thor dengan tangan kiri. Biru hanya bisa tersenyum geli untuk kesekian kali.

"Umur kamu berapa, Blue?" tanya Arina tiba-tiba.

"Kamu?"

"Tujuh belas."

"Berarti tiga tahun lebih tua dari kamu," jawab Biru.

"Dua puluh tahun dong. Udah tua ya, Blue?"

"Enam puluh baru tua, Na. Kalau dua puluh masih muda, masa keemasan," kata Biru. Arina hanya nyengir.

Biru menghela napas lalu teringat sesuatu. "Oh iya, kamu pernah mimpi buruk, Na?"

"Kemarin sama sekarang itu udah kayak mimpi buruk bagiku, Blue," jawab Arina.

"Bukan itu. Mimpi beneran."

Arina terlihat berpikir. Lumayan lama, tapi setelah itu berucap, "Baru aja tadi pagi aku mimpi aneh. Masa aku bangun di ruangan nggak jelas terus ada dokter masuk dan aku disuntik. Aneh, kan?" jelas Arina.

Biru terdiam sejenak.

"Emang kenapa, Blue?" tanya Arina, ingin tahu kenapa Biru tiba-tiba bertanya tentang hal itu.

"Nggak. Tadi waktu tidur aku juga mimpi buruk," kata Biru.

"Mimpi apa?"

"Yang penting buruk."

Arina mengernyitkan dahi. Jawaban Biru aneh dan meragukan. Arina mengedikkan bahu ke depan, masa bodohlah. Ia hanya ber-oh ria karena masih sibuk mengelus Thor dan Brownie.

"Arina, aku mau buka komputer. Main game. Kamu mau ikut?" Biru bangkit berdiri lalu menawari Arina.

"Nggak, aku disini aja," tolak Arina. Biru hanya geleng-geleng. Arina sudah keasyikan bermain dengan dua mainannya. Terlebih Thor. Sebenernya wajar sih, mengingat dia ingin sekali memelihara raptor sejak dulu. Jika sudah begitu, rasanya keputusan Arina tidak bisa diganggu gugat.

Biru masuk salah satu bilik, meninggalkan Arina yang masih sibuk bermain. Dia terlalu senang karena akhirnya bisa menyentuh seekor raptor seperti mimpinya dulu sampai-sampai tidak ingin melakukan hal selain bermain dengan Thor.

Tiba-tiba Biru berteriak memanggil, "Arina, coba kesini."

Arisa mengernyitkan dahi. engan terpaksa Arina meninggalkan Thor dan Brownie yang sudah tertidur. Arina segera masuk ke bilik yang ditempati Biru dan duduk di sisinya.

"Coba baca itu," kata Biru sembari menunjuk layar komputer di depannya. Arina menyipitkan kedua matanya. Monitor di depannya menampilkan sebuah pesan panjang.

Teruntuk siapa saja yang masih hidup di dunia kosong ini. Kami manusia yang tersisa dan berada di Tasik ingin menyampaikan sesuatu.

Menurut informasi yang kami dapat dari mata-mata kami, Kota Yogyakarta adalah kota ketiga yang akan dihancurkan oleh 'mereka' setelah Jakarta, Surabaya, dan Bali. Kemungkinan 'mereka' akan menghancurkan Jogja dua hari lagi, tepatnya pada hari Rabu pukul enam pagi.

Bagi siapa saja di Kota Jogja yang membaca pesan ini, segeralah pergi ke Balai Kota. Kami akan menjemput kalian pada hari Rabu sebelum pukul enam.

Dan informasi lagi, setelah kami selidiki, ada sekitar empat orang yang masih hidup di Kota Jogja. Menurut penglihatan satelit kami yang belum dibobol oleh 'mereka', dua orang sedang berada di Jogja bagian kota, satu di Kabupaten Bantul, dan satu lagi di Merapi bagian selatan, tepat di gunungnya. Kami harap, kalian berempat bisa datang esok Rabu pagi.

Demikian informasi dari kami. Kami harap, rencana kita dapat dilaksanakan dengan mudah dan lancar.

Salam, Tim Tasikmalaya."

Pesan habis. Biru men-scroll tetikus ke bawah. Nampak peta Kota Jogja dengan empat titik merah di dalamnya. Dua titik sangat berdempetan dan terlihat menyatu. Arina yakin itu keberadaan dirinya dan Blue di sisinya.

Arina dan Biru saling bertukar pandang. Berpikir matang-matang rencana apa yang akan mereka ambil selanjutnya.

"Gini aja. Kita cari orang lain yang tersisa dan segera pergi," kata Biru.