webnovel

Akhirnya tiba juga

Selesai Ara dan Aya makan siang, kedua pramugari segera menghampiri mereka untuk membereskan dan membersihkan sisa makanan yang ada.

Seperti biasa, Aya selalu merapikan piring, sendok maupun gelas setelah makan, agar meja terlihat rapi dan pramugari dengan mudah membawa bekas makanan mereka.

Ara membuka dan menyalakan laptopnya. Ia pun mulai mengetik. Aya merasa kesal melihat kesibukan Ara tersebut.

"Ehem. Mas, kamu nggak bisa ya kalau nggak kerja?" Tanyanya dengan kesal dan melipat kedua tangannya.

Ara pun menghentikan ketikannya dan menoleh dari layar laptop untuk melihat Aya. "Kalau aku nggak kerja, aku mau ngapain? Ngeliatin kamu yang ngeliatin jendela?" Balasnya bertanya.

"Kamu..." Aya jadi terbata, tidak tahu harus membalas apa kepada Ara. Karena yang dikatakan Ara benar adanya.

Ara tersenyum melihat tingkah Aya. "So...? Kamu maunya aku ngapain?" Ia pun kembali bertanya dengan tawa riang yang terpancar di wajahnya.

"Kamu nggak usah kerja! Aku bingung kalau sendirian. Aku bingung mau ngapain." Sahut Aya segera dengan wajah cemberut dan ia tidak mau melihat Ara.

Ara tersenyum puas. Ia segera mematikan laptopnya dan menaruhnya kembali ke dalam tasnya.

Ia menaruh kedua tangannya ke belakang kepalanya yang bersandar di kursi. Ia masih tersenyum dengan puas. Ia menikmati momen melihat Aya yang malu-malu meminta sesuatu kepadanya.

Ia terus melihat Aya. Namun Aya sengaja tidak melihat Ara. Aya terus saja menatap ke luar jendela seperti yang dilakukannya sebelumnya.

"Hai. Sekarang aku sudah nggak kerja. Kamu mau kita ngapain?" Katanya, menggoda Aya.

Masih sama, Aya hanya diam tidak berkata apapun. Dan ia juga tidak menoleh kepada Ara.

"Kamu Ay... Oke, kalau kamu nggak mau ngomong. Berarti aku yang mikirin, enaknya kita ngapain. Hm... Ngapain ya???" Ara bertingkah seperti sedang memikirkan sesuatu.

Aya dengan cepat menoleh melihat Ara. "Kita cerita aja!" Katanya tegas dengan tatapan tajam menatap Ara.

Ara tertawa. Namun ia berusaha menahan agar tawanya tidak terbahak-bahak. Ia khawatir akan membuat Aya menjadi tidak nyaman kepadanya seperti sebelumnya.

Akhirnya Ara dan Aya bercerita satu sama lain sepanjang perjalanan. Belum lama mereka mengobrol, pramugari menyampaikan, bahwasannya mereka harus singgah terlebih dahulu di Bandara Internasional Sepinggan Balikpapan untuk mengisi bahan bakar pesawat.

Tak lama setelah pramugari memberitahukan, pesawat sudah mulai dalam posisi untuk mendarat.

Saat mereka mendarat, Ara dan Aya tetap berada di dalam pesawat. Mereka hanya singgah sebentar, setelah itu melanjutkan penerbangan lagi menuju bandara tujuan.

"Kita mau kemana sih mas?" Tanya Aya saat pesawat sudah kembali berada di atas awan. Ia masih penasaran dengan tujuan mereka yang sengaja dirahasiakan oleh Ara.

"Kenapa?" Ara balas bertanya. "Kamu takut aku bawa ke suatu tempat?" Alisnya naik sebelah dan ia tetap menyunggingkan senyuman manisnya. Hal ini sedikit membuat Aya terpesona.

'JANGAN!!' Katanya dalam hati.

"Aku mau tahu aja, kita mau kemana. Masa aku nggak tahu sama sekali tujuan kita. Yang jelas kita bukan pulang ke Samarinda kan??!" Aya terlihat mulai tampak kesal.

"Jangan khawatir. Nggak mungkinlah aku mau ngapa-ngapain kamu. Kamu jangan takut ya? Dan iya, kita bukan mau ke Samarinda." Jawab Ara.

'Tuh kan, sudah sangat ku duga.' Dalam benak hati, Aya berkata. "Mau kemana sih mas? Apa sih susahnya ngasih tahu aku?!" Rengek Aya dengan wajah cemberut dan kedua tangannya disedekapkannya.

Ara selalu tertawa melihat tingkah Aya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Memang nggak susah untuk ngasih tahu kamu, hanya saja repot kalau kamu tahu." Jawabnya dengan masih terkekeh dan memandang keluar jendela. "Nggak lama lagi kita akan sampai." Sambungnya.

"Hah??" Aya bingung, namun mulai menebak-nebak tujuan mereka. 'Apakah ke utara? Atau ke selatan? Hmmm, atau ke timur?' Pikir Aya. Bola matanya sesekali ia putar.

Ara tahu betul saat ini Aya sedang berpikir dan menerka-nerka tentang tujuan mereka. Tapi ia selalu senang membuat Aya kesal dan penasaran. Aya menjadi lebih banyak bicara saat seperti itu daripada tidak terjadi apa-apa.

Disaat Aya sibuk dengan pikirannya sendiri dan Ara sesekali menggunakan ponselnya, sekali lagi pramugari datang untuk memberitahukan bahwa keberangkatan mereka sudah hampir tiba di tujuan.

Ara melihat jam tangannya, dan sudah menunjukkan pukul 4.15 sore. Posisi pesawat sudah siap mendarat. Aya tahu betul tempat mereka akan mendarat kali ini. Dan ia menatap kepada Ara dengan wajah yang penuh tanda tanya dan menahan tawanya.

"Why????" Tanya Ara senang melihat wajah bahagia Aya. Untuk kesekian kalinya, Ara menikmati wajah Aya yang bahagia.

Aya hanya tersenyum, menahan untuk tidak tertawa berlebihan.

👫💓👫💓👫

Saat tiba di Bandara Internasional Juwata Kota Tarakan, Aya sumringah melihat di sekelilingnya.

"Ayo." Ajak Ara untuk pindah menaiki pesawat lain yang ukurannya jauh lebih kecil.

Aya makin penasaran dibuatnya. Namun ia hanya terus mengikuti ajakan Ara.

"Silahkan naik pak." Kata salah satu petugas yang sudah menunggu di bawah tangga pesawat. "Pesawat yang akan dinaiki sudah siap untuk terbang." Lanjut sang petugas.

Ara dan Aya pun bergegas menaiki pesawat tersebut. Sedangkan pesawat yang dinaiki mereka sebelumnya, sudah menuju hanggar yang disiapkan.

Saat tiba di dalam pesawat, Aya dan Ara harus duduk menghadap ke depan bersamaan. Tidak ada meja di hadapan mereka. Isi pesawat kali ini sama dengan pesawat pada umumnya. Namun ukurannya lebih kecil dan di dalam lebih sempit.

"Kalau pesawat yang tadi, itu punyaku. Ehem, bukan, punya kita. Kalau yang ini, aku nyewa. Karena aku belum punya pesawat kecil. Nanti aku usahakan untuk punya, biar mudah buat kita kemana-mana." Tiba-tiba saja Ara menjelaskan keadaan pesawat yang mereka tumpangi.

"Aku kira tujuan kita ke Tarakan?" Tanya Aya saat itu sambil memasang sabuk pengaman miliknya.

Ia duduk tepat di sebelah jendela kiri pesawat. Dan ia bersebelahan dengan Ara. Sedangkan kedua anak buah Ara, masing-masing duduk di kursi bagian depan dan bagian belakang. Hanya ada satu pramugara di pesawat ini.

"Enggak, ke tempat lain. Tapi nggak jauh kok. Tenang aja." Jawab Ara. Ia lalu berbicara dengan salah satu anak buahnya yang duduk di belakang dengan posisi tetap duduk di kursinya.

Tak lama, pesawat yang mereka tumpangi perlahan berjalan dan terbang ke udara.

Kali ini penerbangan mereka tidak setenang sebelumnya. Hal ini dikarenakan pesawat yang mereka tumpangi adalah pesawat kecil dan jarak tinggi terbang pesawat tersebut juga terbatas. Sehingga dalam perjalanan,mereka sering merasakan goncangan karena pesawat menabrak awan-awan tebal.

Tampak oleh Ara, Aya menggenggam kuat pinggiran kursi. Ada ketegangan di wajah Aya.

Ara lalu menggenggam tangan kanan Aya dan menaruhnya di atas pahanya. Aya menoleh melihat Ara. Ara hanya memandang lurus ke depan, sengaja tidak melihat ke arah Aya.

Aya pun kembali melihat ke luar jendela. Ia tersenyum. Rasa tegangnya perlahan pudar.