webnovel

Bab. 28 ||Taman Bermain||

Bab. 28

Zoya dan Aleta menatap Bastian yang tertawa terbahak-bahak tanpa gambar dengan terkejut tapi mereka dengan cepat memalingkan kepalanya.

"Kenapa lama membuka pintunya?"

"Hahaha.." Aleta tertawa canggung karena mungkin saat Zoya menekan bel rumahnya, mereka sedang bermain air di dapur dan dia tidak memperhatikan bel yang berbunyi.

Zoya yang akan berbicara berhenti saat matanya melihat tanda merah yang ada di leher Aleta.

"Kamu––!"

Aleta melihat kearah mata Zoya melihat dan dengan cepat menutupinya.

"Leher kamu kenapa?"

"Digigit nyamuk." Aleta menjawab pertanyaan Zoya sambil menggertakkan giginya.

"Kamu yakin.. Tapi kenapa sangat besar?" Zoya yang masih murni dalam pikirannya tidak pernah terpikirkan jika tanda merah yang ada di leher Aleta adalah bekas ciuman Elvano.

"Ya."

"Oke."

Aleta menghela nafas tanpa jejak setelah melihat Zoya mempercayainya. Untung saja pikiran Zoya masih saja murni meskipun dia sudah bertunangan, tapi dia melirik Bastian dengan aneh karena Bastian masih bisa menjaga kepolosan dalam pikiran Zoya.

Tapi memikirkan hubungannya dengan Elvano mereka hanya memiliki kontak kulit seperti pelukan dan berpegang tangan dan tidak pernah memikirkan yang lain jadi Aleta sangat terkejut saat melihat tanda merah yang ada dilehernya.

"Leta ayo pergi main!"

Zoya menggoyangkan tangan Aleta dan menatap Aleta dengan mata bersemangat.

"Kemana?"

"Taman Bermain."

"Oke." Aleta menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Bawa juga Kesya?"

"Ya!"

"Tunggu aku ganti baju dulu."

"Hm!" Zoya menganggukkan kepalanya.

Aleta menarik Elvano yang masih bermain dengan bersemangat yang membuat sang empu yang ditarik menatap layar yang memiliki tanda merah 'GAME OVER' dengan tercengang.

"Kemana?" Elvano mengikuti Aleta keatas.

"Pergi main."

"Hah?" Elvano menatap kosong pada Aleta.

"Ayo cepat ganti bajumu." Aleta mendorong Elvano ke kamarnya dan berjalan menuju kamarnya.

....

"Halo?"

"Syasya kita pergi ke taman bermain."

"Sama siapa?"

"Ada Zoya."

"Oke!"

Aleta menatap cermin besar didepannya yang terdapat pantulannya dipermukaan.

Wajahnya yang cantik kini dihiasi dengan riasan polos, dengan kameja putih, rok lipit hitam, rambut hitamnya yang panjang tergerai dibelakang punggungnya, kaus kaki hingga betisnya dan sepatu putih yang ada dikakinya.

Merasa sesuatu yang hilang, Aleta menatap rambut dan bibinya lalu dia mengoleskan lipstiknya dan memakaikan bandana hitam putih dikepalanya.

Sempurna!

Aleta mengedipkan mata kuningnya dengan mempesona lalu memutar tubuhnya yang membuat roknya mengambang dan berputar.

Mengambil dompet, ponsel dan tasnya dia berjalan keluar dari kamarnya dengan bersemangat.

Udah lama aku tidak pergi untuk bermain.

Jika saja di kehidupan sebelumnya aku tidak terlalu fokus pada Algibran, mungkin aku sudah pergi bersenang-senang berkeliling dunia melihat berbagai pemandangan terbaik disana.

Aleta menghela nafas dengan sedikit penyesalan dimatanya saat dia akan turun dari lantai dua, tangannya dicengkeram dengan erat dan tarikan yang kuat dibelakangnya membuat Aleta mundur kebelakang dan menabrak dada bidang orang yang ada dibelakangnya.

Elvano memeluk tubuh yang ada dipelukannya dengan erat lalu menurunkan matanya dan menatap Aleta yang masih sedikit tertegun dengan wajah gelap dia bertanya.

"By, apa kamu akan pergi bermain dengan memakai pakaian seperti ini?" Suara Elvano yang penuh ketidaksenangan melayang ditelinga Aleta yang membuat sang empu menatap Elvano dengan marah.

"Bukankah ini bagus." Aleta mencoba melepaskan dirinya dari pelukan pria yang ada didepannya.

Elvano tertegun sejenak lalu melepaskan pelukannya yang membuat Aleta merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan menatapnya dengan matanya yang melotot dan pipinya yang menggembung.

Menatap gadis yang ada didepannya dengan cermat, Elvano tercengang karena jika sebelumnya dia hanya melihat bagian belakang Aleta karena melihat kakinya yang terbuka dengan sedikit kemarahan didadanya yang membuatnya sedikit impulsif menarik Aleta langsung ke pelukannya dengan sedikit kasar karena rasa posesifnya sedikit tergores membuatnya ingin menutupi kaki yang terbuka itu dan hanya memperlihatkannya padanya saja.

Tapi saat melihat gadis yang ada didepannya yang sedang marah, membuat Elvano terpana.

Riasan tipis yang ada diwajahnya membuat wajah Aleta yang cantik dan dingin semakin mempesona tapi saat ini Aleta menatap Elvano dengan mata melotot dan pipi menggembung membuat kontras lucu yang membuat hati Elvano tergelitik, bibir pink nya yang biasanya lembab kini berkilau dengan menggoda, lehernya yang ramping dan jenjang terangkat didepan matanya terlihat sangat rapuh dan penuh pesona bahkan tanda merah didekat lehernya yang tersembunyi terlihat sedikit menyilaukan, dengan kameja putih yang dikenakan ditubuhnya membuatnya terlihat berbeda dari biasanya, rok lipit hitam selutut memperlihatkan kakinya yang putih dan ramping dengan kaus kaki putih yang menutupi betisnya, dan sepatu putih yang ada dikakinya membuat Elvano terpesona seperti melihat boneka yang sangat cantik yang ada di lemari kaca dan tidak bisa memalingkan matanya dari Aleta.

Aleta mengangkat alisnya melihat Elvano yang masih terpesona lalu mengangkat bibirnya dengan senyum puas diwajahnya. Pikiran menggoda pria didepannya terlintas dibenak Aleta yang membuatnya mengangkat kelopak matanya dengan cahaya licik dimatanya, dia berbicara dengan suara menggoda.

"Apakah itu sangat bagus?~"

"... Hm." Elvano mengerjapkan matanya dan menatap Aleta dengan tidak fokus bahkan matanya menjadi sedikit gelap.

Aleta tidak menyadarinya bahkan dia berputar didepan Elvano yang membuat roknya sedikit terangkat lalu dengan senyum yang tidak bisa disembunyikan dia menatap Elvano dengan mata kuningnya yang bersinar.

"Benarkah~"

"... Ya." Suara dingin dan magnetis Elvano menjadi serak lalu dia mengalihkan pandangannya dan tidak berani menatap Aleta.

"Kalau begitu ayo pergi."

Elvano menarik kembali tangan Aleta sambil menundukkan kepalanya lalu matanya melihat kaki putih yang ada didepannya sedikit menyilaukan membuat telinga Elvano menjadi merah seolah akan meneteskan darah tapi terhalang oleh rambutnya yang patahnya yang tergerai.

"Kenapa sih?" Aleta mengerut keningnya dengan bingung.

"Jangan pakai ini, oke?"

Rasa posesif dan kepemilikan yang kuat membuat Elvano merasa tidak nyaman memikirkan Aleta-nya akan dilirik oleh pria lain bahkan mungkin akan didambakan oleh banyak pria. Memikirkannya saja sudah membuat Elvano menjadi sedikit gila, dia hanya ingin menyembunyikannya dengan erat dan hanya memperlihatkannya padanya seorang saja.

Aleta mencerutkan bibirnya lalu mematuk pipi Elvano dengan cepat lalu menatap Elvano dengan tatapan memohon.

"Kali ini saja oke?~"

Cengkraman pada tangan Aleta mengerat lalu Elvano mengendurkan tangannya dan menutupi pipinya dengan sedikit pusing.

"Oke.. oke.."

Efek ciuman itu berhasil mengalihkan perhatian Elvano dari pikiran gelapnya dan menjawab dengan suara lembut dan membingungkan.

Senyum cerah muncul diwajah Aleta lalu dia menarik tangan Elvano menuruni tangga dengan bersemangat.

....

Pada saat bersamaan Elvano ditarik ke atas oleh Aleta.

Bastian tertegun setelah melihat tanda merah 'GAME OVER' dilayar ponselnya yang terlihat menyilaukan dimatanya lalu dia melihat Aleta yang menarik Elvano pergi kelantai dua dengan aura bersemangat disekelilingnya dengan bingung.

Menatap Zoya yang memiliki pipi merah dan bersemangat sambil memainkan ponselnya membuat Bastian mematikan ponselnya dan menghampiri Zoya dan menepuk bahunya dengan pelan.

"Zoya kenapa kamu sangat bersemangat?"

"Bastian kita akan pergi bermain."

Bastian tercengang dan menatap Zoya dengan bingung.

"Kemana?"

"Taman bermain."

Bastian menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti lalu menatap Zoya sambil bertanya.

"Boleh tidak bawa teman-teman aku pergi main?"

"Tidak apa-apa, semakin banyak orang semakin seru."

Sudut mulut Bastian sedikit berkedut melihat cahaya terang dimata Zoya. Menundukkan kepalanya dia membuka grup yang ada di ponselnya.

//Temen-temen Gila🔥//

//Bastian//

15.12 [Hei.]

//Dylan//

15.12 [Tumben banget.]

//Arsenio//

15.12 [Orang yang sibuk datang (Wajah terkejut jpg.)]

//Algibran//

15.13 [...]

//Gallendra//

15.13 [Sungguh mengejutkan, Bastian kamu sangat jarang aktif di grup (Wajah curiga jpg.)]

//Arkanio//

15.13 [(Melirik dengan kebingungan jpg.)]

//Arfian//

15.13 [...]

//Bastian//

15.13 [Sial, punya teman kok gini banget.]

15.13 [Hah.. Kalian semua punya waktu ngak?]

//Arfian//

15.13 [Ngapain?]

//Dylan//

15.13 [(Mengangkat alis jpg.)]

//Arkanio//

15.13 [Ada apa?]

//Arsenio//

15.13 [???]

//Algibran//

15.13 [Ada.]

//Gallendra//

15.13 [(Menyipitkan matanya dan menatapmu dengan tatapan yang dalam jpg.)]

//Bastian//

15.14 [Main yuk.]

15.14 [Zoya ngajak Aleta main ke taman hiburan jadi aku juga pasti bakal ikut.]

15.14 [Si Vano juga ada.]

15.14 [Mau ikut pergi tidak?]

15.14 [Pakai uang sendiri ya.]

//Arfian//

15.14 [...]

//Algibran//

15.14 [...]

//Dylan//

15.14 [...]

//Gallendra//

15.14 [...]

//Arsenio//

15.14 [...]

//Arkanio//

15.14 [...]

//Arsenio//

15.15 [... Aku kira kamu akan mentraktir kita ya kan Kak Arkan.. (Wajah sedih jpg.) (Wajah kecewa jpg.)]

//Arkanio//

15.15 [... Ya.]

//Algibran//

15.15 [... (Menatapmu dengan tajam dan harapan jpg.)]

//Gallendra//

15.15 [Aku lagi tidak punya uang (kabut), traktir aku saja ya Bastian~ (Mata memohon jpg.)]

//Dylan//

15.15 [(Mata memohon jpg.)]

//Arfian//

15.15 [(Mata memohon jpg.)]

Kelopak mata Bastian melompat dengan liar saat melihat balasan dari teman-temannya dia punya firasat buruk jika mereka di traktir dompetnya akan cepat menipis setelah memikirkan mereka juga yang setengah foodies.

Apa aku harus bawa mereka si lubang tanpa dasar?!

Bastian merasa sedikit sesak saat memikirkan dompetnya yang akan dengan cepat menipis. Meskipun dia memiliki banyak uang ditangannya dan dirumah, memikirkan uang yang mengalir deras membuat hatinya terasa berdarah dan pedih lalu dia membalas pesan mereka dengan jari gemetar.

//Bastian//

15.16 [Oke... (Wajah sedih jpg.)]

Hanya sedikit orang yang tahu jika Bastian adalah penggila uang dan sedikit pelit untuk mengeluarkan uangnya tapi jika dia dalam suasana hati yang baik dia akan berbaik hati berbagi atau saat Bastian sedang dalam mood untuk menghabiskan uang dia akan menghamburkannya di panti asuhan yang membutuhkan dan orang-orang yang membutuhkan, jadi di antara Geng BlackWolf orang yang paling banyak memiliki uang adalah Bastian yang selalu berhemat. Diantara temannya hanya Algibran dan Gallendra saja yang mengetahui sifat Bastian yang tersembunyi ini yang membuat mereka menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya.

Zoya melihat wajah Bastian yang pucat dan sakit hati sedikit tertawa yang membuat Bastian menatap Zoya dengan sedih.

"Jangan sedih, uang kamu tidak akan pergi. Aku yang akan mentraktir kalian."

Zoya menepuk punggung Bastian dengan sedikit keras sambil tertawa.

Bastian mencerutkan bibirnya dan menolak Zoya dengan sedikit rona merah diwajahnya karena malu.

"Tidak."

"Oh~ ayolah, kamu tidak perlu malu. Aku sedang dalam suasana hati yang baik dan aku juga yang mengijinkan kamu mengajak teman-teman kamu itu, jadi aku yang akan mentraktir kalian." Zoya mengedipkan matanya pada Bastian.

"... Oke. Aku yang traktir untuk bagian makanan."

Setelah mengatakan itu Bastian memalingkan wajahnya, meskipun wajahnya sedikit membaik dia tetap merasa tidak nyaman jika dia menggunakan uang tunangannya tapi dia tidak bisa menolak permintaan Zoya yang menatapnya dengan hangat dan lembut dimata indahnya.

Kehangatan mengalir menuju hatinya membuat Zoya menekukkan matanya karena sedikit senang. Ini adalah salah satu yang dia suka dari Bastian, pria ini meskipun sangat pelit dalam mengeluarkan uangnya tapi dia juga bisa memberikannya tanpa beban jika dia menginginkannya.

Selain itu pria ini juga meskipun telah ketahuan bahwa dia pelit tentang uangnya dan saat dia akan membayarnya, pria ini juga merasa sangat tidak nyaman menggunakan uang orang lain meskipun tunangannya sekaligus jadi setiap ada dari mereka yang akan mengeluarkan uangnya mereka akan saling memberikan dengan sama rata.

Contohnya seperti ini, dia akan membayar uang tiket, pria ini akan membayar tentang makanannya atau jika dia memiliki banyak pekerjaan yang melelahkan pria ini akan menemaninya dan membantunya untuk meringankannya dan menjaganya dengan hati-hati dan dia juga akan membantu pria ini juga pada saat dia merasa kesulitan.

Perasaan ini berbeda saat dia berbagi dengan teman-temannya dan pria yang pernah mengejarnya, orang ini sangat istimewa yang membuat Zoya tidak bisa berhenti untuk memperhatikannya, jadi saat dia tahu pria ini akan menjadi suaminya dimasa depan membuat Zoya merasa sangat senang.

Dia membuang pikirannya untuk selalu dalam karir yang tanpa melibatkan emosi, kini dia mencoba yang terbaik untuk bisa menemani pria ini hingga tua nanti, menjalani hidup mereka dengan cinta dan kasih sayang yang tidak akan pernah pudar hingga mereka akan mati.

Saling mendukung, mempercayai, mencintai, menghargai, menghormati, dan berdiri saling bahu membahu membuat Zoya menantikan masa depannya dengan percaya diri karena dia merasa pilihan ini tidak akan pernah membuatnya menyesal.

Dia hanya ingin bersama pria ini berpegangan tangan hingga waktu akan merenggut semuanya dari masa-masa muda yang semangat dan penuh gairah hingga masa-masa tua yang akan datang sambil mengenang ingatan akan masa muda sebelumnya dengan canda tawa diwajah mereka dan cahaya terang yang masih bersinar dimata mereka.

Zoya melembutkan senyum yang ada diwajahnya dan menatap Bastian dengan senyum cerah dan hangatnya bagaikan sinar matahari pagi yang menyinari bumi.

"Apa? Apa yang kamu lihat..?"

Bastian mendorong wajah Zoya dengan sedikit rasa malu dalam suaranya lalu dia membalikkan badannya dan menyentuh jantungnya yang berdetak kencang karena saat mata Zoya menatapnya membuatnya sedikit tidak wajar dan jantung berdebar.

Zoya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa, dia tahu Bastian harus di beri waktu untuk sendirian saat dia merasa malu.

....

Disisi lain.

Rumah Kesya

Kesya menatap cermin didepannya dan memberikan sedikit lipstik dibibirnya lalu dia menjentikkan jari setelah dia melihat semuanya telah sempurna.

"Oke."

Melihat jam hampir menunjukkan pukul tiga sore, Kesya mengambil tas, ponsel, dan dompetnya lalu berjalan keluar dari kamarnya.

"Mau pergi kemana, Key?"

Suara wanita yang lembut dan anggun membuat Kesya memutar kepalanya dan menatap orang berbicara dengannya.

"Bu, aku mau pergi main."

"Sama siapa?" Nyonya Kirana menatap anaknya dengan alis terangkat.

"Aleta." Kesya menghela napas tak berdaya melihat ibunya yang selalu khawatir jika dia pergi keluar.

"Gadis itu." Nyonya Kesya merasa sedikit terkejut.

"Ya, ada juga Zoya."

"Oke."

"Kalau gitu Kesya berangkat ya."

"Hati-hati."

"Ya."

Setelah keluar dari rumah, Kesya yang akan naik taksi tiba-tiba mendengar suara klakson mobil yang membuatnya harus mengangkat kepalanya dengan kesal.

Siapa sih?!

Tapi saat melihat rombongan geng BlackWolf membuat Kesya tertegun.

"(Siul)~ Jarang banget kamu berdandan." Arfian menatap Kesya dengan tatapan menggoda yang membuat teman-temannya memutar matanya.

Kesya hanya mengerutkan keningnya dan tidak ingin memperhatikan pria yang kerjaannya cuma menggoda perempuan lalu berbalik pergi.

"Mau kemana?"

Arsenio melirik Arfian yang sedikit kempis dengan senyum diwajahnya dan bertanya pada Kesya yang akan pergi.

"Pergi." Kesya hanya melambaikan tangan.

"Kamu tidak akan pergi ke Leta?"

Kesya berhenti dan memutar kepalanya untuk menatap Dylan dengan tatapan ragu dimatanya.

"Bagaimana kamu tahu?"

Dylan sedikit tertegun karena yang dia ajukan hanya tebakan dia tidak menyangka kalau Kesya benar-benar menjawabnya kalau dia mau pergi ke Aleta.

"Kesya kenapa kamu tidak bareng saja?" Arfian mengundang Kesya dengan semangat dalam suaranya.

"Kalian juga...?" Kesya sedikit bingung, karena dia kira yang bermain hanya Aleta, Zoya dan dia tapi...

Sial! Kenapa ada mereka juga?!

Kesya hanya bisa masuk kedalam mobil dengan wajah cemberut setelah menerima ajakan Arfian, karena itu juga lumayan dia ngak perlu ngeluarin uang lagi.

"Kenapa harus ada kalian?" Dengan kesal Kesya menatap mereka yang sedang bersenang-senang.

"Bastian yang mengajak kami."

Gallendra menjawab tanpa mengangkat kepalanya dan masih fokus pada ponselnya.

"..."

"Kenapa?"

Arkanio menatap Kesya yang masih memiliki wajah gelap dengan sedikit keraguan dimatanya.

"Aku kira yang main hanya aku, Leta sama Zoya."

"Hahaha, kata Bastian kita main bersama Aleta dan Vano."

Kesya memalingkan kepalanya dan tidak bisa menahan kutukan dalam hatinya.

Sial! Leta jika berbicara jangan hanya setengahnya saja!

...

Ting tong! Ting tong! Ting tong!

Algibran menekan bel yang ada dirumah Aleta sambil menempelkan kepalnya di sisi pintu setelah melihat teman-temannya yang menatapnya dengan cerah, dia hanya bisa menghela napas.

Bastian, Zoya, Aleta, dan Elvano yang sedang makan puding buah menghentikan tangan mereka lalu Aleta menatap Elvano sambil mengangkat dagunya dan menunjuk kearah pintu.

Elvano berdiri dengan wajah cemberut dan berjalan menuju pintu. Saat pintu terbuka mereka melihat Elvano dengan wajah gelap menatap mereka dengan asing seolah-olah mereka tidak pernah saling mengenal yang membuat mereka saling memandang dengan aneh hanya Gallendra yang langsung merangkul Elvano dan berjalan masuk kedalam, mereka hanya bisa mengikuti dari belakang.

Mengikuti dari belakang mereka melihat Aleta dan Zoya yang makan puding sambil berbincang, lalu melihat Bastian yang kini menatap mereka dengan polos dan sendok yang dimulutnya.

Aleta menatap Algibran dan lainnya yang baru saja datang dan bertanya.

"Mau makan dulu?"

"Tidak perlu." Arfian menjawab sambil menggelengkan kepalanya saat Aleta yang menatap mereka dengan tatapan bertanya dimata kuningnya.

"Oh."

Aleta memalingkan kepalanya dan memakan sisa puding buah yang ada di piringnya.

Setelah beberapa menit, mereka mulai bersiap untuk pergi ke taman bermain.

...

Aleta menatap taman bermain didepannya dengan mata berbinar, mendengar teriakan-teriakan orang-orang yang bermain didalamnya membuat Aleta semakin bersemangat.

"Leta kita akan mencoba permainan apa dulu?" Zoya menatap Aleta dengan antisipasi dimatanya.

"Rollercoaster!"

"Rollercoaster!"

Aleta dan Kesya saling menatap lalu tertawa dan menarik Zoya menuju rollercoaster sambil berlari.

Bastian hanya menggelengkan kepalanya karena dilupakan lalu mengikuti mereka dibelakangnya. Algibran dan yang lainnya dengan cepat mengikuti Bastian yang sedang mengikuti Zoya dibelakangnya.

Elvano menatap kerumunan yang ada didepannya sambil mengerutkan keningnya dengan tidak nyaman.

"Kenapa diam disitu saja Kak Vano?"

Gallendra memutar kepalanya dan bertanya dengan nada bingung karena melihat saudaranya tidak mengikuti dan hanya berdiri diam disana sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak ada..."

Menahan ketidaknyamanan yang ada dihatinya, Elvano berjalan mengikuti dibelakang mereka dengan tubuh yang agak kaku.

Aleta memutar kepalanya untuk mencari sosok Elvano lalu dia melihat Elvano yang berdiri dibawah bayang-bayang menjauh dari kerumunan orang yang membuat Aleta mengerutkan keningnya dan berjalan menuju Elvano yang berdiri menjauh dari kerumunan orang.

"Aleta! Mau kemana?"

Suara Zoya membuat Aleta berhenti lalu memalingkan kepalanya sambil menjawab.

"Ambil Xavier."

"..."

Zoya tercengang lalu dia melihat Elvano yang berdiri jauh dari kerumunan orang lalu menganggukkan kepalanya.

"Oke. Cepat ya, sebentar lagi giliran kita!"

"Ya!"

Aleta berlari menuju Elvano yang masih berdiri diam. Elvano mengangkat kelopak matanya dan menatap Aleta yang berlari menuju kearahnya dan memeluk orang yang melompat kearahnya dengan sedikit kebingungan dimatanya.

"Ada apa?"

Aleta mendengus pelan dipelukan Elvano lalu mengangkat kepalanya dan berkata dengan cemberut.

"Tidak."

Aleta menatap beberapa detik pada Elvano yang masih menatapnya lalu dengan wajah berkerut dia bertanya dengan keluhan dalam suaranya.

"Kenapa kamu masih berdiri disini?"

"... Banyak orang."

Bulu mata Elvano bergetar lalu dia menurunkan kelopak matanya untuk menutupi ketidaknyamanan yang melintas dimatanya hingga terdapat bayangan kipas dibawah matanya.

"Apa kamu merasa tidak nyaman?"

"... Ya."

"... Kalau begitu aku akan tetap bersamamu."

"Tidak-tidak!"

Elvano menggelengkan kepalanya lalu menundukkan kepalanya hingga dia bisa menatap dengan serius pada Aleta yang menatapnya dengan bingung.

"By."

"Hm?"

Aleta memiringkan kepalanya dengan perasaan bingung karena ini pertama kalinya dia melihat tatapan yang sangat serius dari Elvano yang membuatnya sedikit gugup dengan apa yang akan dia katakan.

"Dengar... Quenby apapun yang kamu mau ataupun apapun yang ingin kamu lakukan, katakan dan lakukanlah bahkan jika aku merasa tidak nyaman, aku akan tetap memenuhi keinginanmu. Jangan memaksakan untuk tidak melakukan apa yang ingin kamu lakukan hanya karena ku."

Suara magnetis Elvano yang biasanya dingin kini terdengar sangat lembut dan hangat ditelinga Aleta tapi perkataan Elvano membuat tubuhnya membeku.

Aleta merasa rasa asam bergejolak didadanya yang membuatnya ingin menangis dan mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk menemaninya bahkan jika dia tidak menyukainya tapi saat Aleta ingin membuka mulutnya, tenggorokannya terasa tercekat hingga dia tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun.

Jadi Aleta hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Elvano dan menguburkan kepalanya di dada bidang Elvano. Lalu suara yang sedikit serak keluar dari bibir Aleta yang membuat Elvano mencerutkan bibirnya.

"Bodoh."

Sebelum Elvano akan mengatakan sesuatu Aleta yang telah menarik emosinya menarik tangan Elvano menuju teman-temannya yang sedang menunggunya dan berbicara tanpa menatap Elvano karena dia takut Elvano bisa melihat ujung matanya yang sedikit merah.

"Aku akan tetap menemanimu bahkan jika kamu merasa tidak nyaman. Lalu jika kamu merasa sedih karena aku tidak bisa melakukan apa yang aku suka, maka temani aku."

"..."

Elvano terdiam dan hanya bisa mengikuti Aleta dengan tubuhnya yang kaku.

"Cepet!"

Zoya dan Kesya melambaikan tangannya dari tempat duduk rollercoaster, Gallendra dan yang lainnya menatap kearah mereka berdua yang baru saja datang dengan senyum lebar diwajahnya, bahkan Arkanio mengendurkan wajahnya yang dingin dengan sentuhan kemerahan dipipinya karena bersemangat.

Aleta dan Elvano yang baru saja datang langsung mulai memakai sabuk pengamannya. Elvano memutar kepalanya dan menatap orang-orang yang ada dibelakangnya yang bersemangat dengan bingung lalu dia melihat Aleta yang memiliki mata cerah sambil mencerutkan bibirnya dan bertanya dengan ragu.

"Apakah ini sangat menyenangkan...?"

Aleta menatap Elvano dengan mata kuningnya yang cerah lalu menjawab dengan bersemangat.

"Tentu saja!"

Melihat masih ada keraguan diwajah Elvano membuat Aleta berkata dengan pasti.

"Tunggu dan rasakan."

Sambil memegang pelindung yang ada didepan dadanya Aleta memalingkan wajahnya dan tidak lagi menatap Elvano.

"..."

Memegang pelindung yang ada didepan dadanya Elvano menatap Aleta yang tidak lagi memperhatikannya dengan tenang lalu Elvano mendengus kecil dan menatap kedepan.

Beberapa menit kemudian...

Elvano berjongkok didepan pohon dengan sedikit sedih dan tidak ingin berbicara.

"Ini."

Sensasi dingin yang ada dipipinya membuat Elvano mengangkat kepalanya lalu mengambil air yang disodorkan dipipinya dan menatap Aleta dengan keluhan dimata biru langit dengan sedikit ungu gelap nya.

Merasa sedikit bersalah pada Elvano yang memiliki keluhan dimata biru langit dengan sedikit ungu gelapnya yang indah, Aleta berjongkok disebelah Elvano dan berkata dengan rasa bersalah yang masih ada dihatinya.

"Lain kali kita tidak akan bermain lagi, oke?"

"Tidak."

Elvano menggelengkan kepalanya lalu menatap Aleta dengan mata yang cerah karena dia merasa itu sangat menyenangkan, dia hanya merasa tidak nyaman mungkin ini pertama kalinya dia memainkan wahana seperti itu.

"Itu menyenangkan." Suaranya bahkan menambahkan suasana hidup dan tidak lagi dingin dan kosong pada lingkungan sekitarnya.

"Benarkah? Apa kamu tidak takut?" Aleta melirik Elvano dengan curiga.

"Tidak, mungkin ini pertama kalinya aku memainkan ini."

"Oke."

Menghilangkan perasaan bersalah yang ada dihatinya, Aleta menarik Elvano yang sudah meminum airnya dan menghilangkan perasaan tidak nyaman karena pusing menuju teman-temannya yang sedang menunggunya.

Gallendra, Arfian dan yang lainnya tertawa melihat Elvano yang masih memiliki wajah pucat dan mendapatkan tatapan tajam dari Elvano yang ada dibelakang Aleta.

Aleta menatap mereka dan menegurnya dengan senyum dalam suaranya.

"Jangan tertawa."

"Oke, oke."

Mereka mulai melanjutkan menuju wahana-wahana yang lainnya yang belum mereka kunjungi. Saat berjalan Elvano menatap rumah yang terlihat suram dan dingin yang ada disebelah wahana komidi putar tapi memiliki banyak pengunjung yang berdatangan membeli tiket dengan penasaran.

Aleta yang memegang es krim vanilla ditangannya sambil berbicara dengan Kesya dan yang lainnya dengan senyum yang ada diwajahnya kini memalingkan kepalanya dan menatap Elvano yang diam lalu memanggilnya.

"Xavier?"

Elvano menundukkan kepalanya dan melihat tatapan khawatir dimata kuning Aleta yang cerah, Elvano menurunkan matanya yang membuat bulu matanya bergetar dan membentuk bayangan kipas dibawah matanya lalu Elvano membuka mulutnya.

"Bisakah kita kesana...?"

"Oke!"

Sebelum Aleta bisa menjawab Arfian menyela pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Aleta dengan semangat yang membuat Aleta menggembungkan pipinya.

"Kemana kita akan pergi––"

Kata-kata Aleta berhenti setelah matanya melihat rumah berhantu yang penuh dengan jeritan ketakutan dari dalam yang membuat matanya membulat dan hatinya bergetar dengan sedikit ketakutan.

"Ayo! Ayo!"

"Tidak akan lengkap bermain ditaman bermain jika tidak datang kerumah berhantu!"

"Ya."

"Ya."

"Aku hampir saja melupakan tempat ini."

"Hmm."

"Ayo pergi Leta!"

"..."

Aleta menatap teman-temannya yang bersemangat datang kerumah berhantu dengan sedikit keluhan dihatinya tapi setelah melihat sedikit harapan dimata Elvano, Aleta menggertakkan giginya tanpa jejak lalu berkata dengan suara bergetar setelah menghela nafas pasrah yang mereka tidak sadari.

"Pergi."

Sial!

Bukankah itu hanya rumah berhantu, itu tidak ada apa-apanya setelah aku terlahir kembali. Bukankah terlalu memalukan untuk orang telah mati sekali untuk takut dengan hantu?!

Setelah mendengar jawaban Aleta mereka berjalan dengan penuh semangat menuju rumah berhantu dengan mata cerah. Sambil menyemangati dirinya sendiri Aleta menarik Elvano dengan percaya diri menuju rumah berhantu.

Setelah beberapa saat...

Aleta memeluk tubuh Elvano dengan erat dan tidak pernah mencoba melepaskan dirinya bahkan jika Zoya dan Kesya menertawakan dirinya.

"Hahahaha."

Menatap Aleta yang masih memeluk tubuh Elvano dengan erat, Zoya, Keysa dan yang lainnya tertawa melihatnya begitu ketakutan hingga tubuhnya bergetar.

"Kalian masih menertawakan ku..."

Suara terendam Aleta terdengar sangat menyedihkan yang membuat mereka semakin tertawa tidak bermoral bahkan Elvano tertawa kecil melihat Aleta masih memiliki tubuh gemetar dan memeluknya dengan erat.

"Kamu juga menertawakan ku?!"

Mendengar tawa Elvano membuat Aleta mengangkat kepalanya dan menatap Elvano dengan tatapan marah dan sedih.

Melihat mata Aleta yang memerah seakan-akan detik berikutnya air matanya akan mengalir tapi masih menatapnya dengan marah membuat Elvano menggelengkan kepalanya seperti mainan dan berkata dengan tegas.

"Aku tidak! Aku tidak!"

Aleta mendengus dingin dan tidak ingin berbicara. Elvano merasa bingung dan panik lalu mencoba membujuk Aleta yang marah dan tidak ingin berbicara.

Melihat Elvano yang membujuk Aleta dengan suara pelan dan sabar membuat Algibran merasa sedikit masam. Arsenio melihat Algibran yang masih menatap Elvano dan Aleta dengan tatapan rumit dan bau asam disekujur tubuhnya membuat Arsenio memutar matanya lalu dia mencoba mengingatkannya.

"Inget Adele. Jangan menatap mereka dengan tatapan asam."

"..."

Melihatnya masih menatap Elvano dan Aleta, Arsenio menyenggol bahu Algibran dan menatapnya dengan tenang.

"Aleta bukan lagi tunangan mu."

"... Aku tahu."

Algibran memalingkan kepalanya dan menghela napas tapi perasaan dihatinya sangat rumit, karena dia merasa dia tidak menyukai Aleta dan hanya menyukai Adele tapi emosi rumit seperti Aleta tidak boleh memiliki pria lain didekatnya membuatnya merasa kesal saat melihat kedekatan Elvano dan Aleta.

Menggelengkan kepalanya dengan pelan Algibran membuang pikiran yang kacau disudut kepalanya dan mengabaikan perasaan tidak nyaman dihatinya.

Meskipun Elvano adalah pria yang berbahaya tapi dia benar-benar menyukai Aleta dan menahan sudut tajam pada dirinya dan memperlihatkan penampilan tidak berbahaya memang pria yang baik meskipun itu hanya untuk Aleta.

Setelah melirik Elvano dengan mata yang dalam Algibran berjalan pergi setelah menatap langit yang akan gelap.

"Ayo pergi, sudah larut."

"Oke!"

Elvano mengangkat kepalanya dan melirik Algibran yang berjalan didepan dengan mata gelap. Meskipun Algibran menyembunyikan emosinya dengan cepat tapi itu masih terlihat oleh Elvano yang memiliki indra yang tajam emosi rumit yang terlintas dimata Algibran membuat Elvano mengencangkan pelukannya pada Aleta.

"???" Aleta menatap Elvano yang wajahnya mengeras sambil mengerutkan keningnya dengan bingung.

"By... Apakah pria itu menyukaimu?"

"Siapa?"

Aleta yang tertegun melepaskan pelukannya dari Elvano karena mendengar perkataan Elvano bahwa seseorang menyukainya selain dirinya lalu mengikuti tatapan Elvano yang ada pada punggung Algibran yang membuatnya tercengang dan terkejut.

Melihat Aleta menatap punggung Algibran dengan emosi yang sama rumitnya membuat bibir tipis Elvano membentuk garis lurus. Elvano menurunkan matanya untuk menyembunyikan tatapan suram dan menakutkan yang ada dimatanya lalu membuka mulutnya dan bertanya dengan suara dingin yang tidak disadari oleh Aleta.

"Apa kamu menyukainya?"

"..."

Aleta yang sedikit tenggelam dalam ingatannya tidak menyadari Elvano yang wajahnya mulai tenggelam karena Aleta tidak menjawab pertanyaannya.

Elvano membungkuk dan menempelkan bibirnya pada telinga Aleta lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan dan bertanya dengan suara rendah yang menyiratkan aura berbahaya dan sedikit niat membunuh yang tersembunyi sangat dalam.

"Quenby, apa kamu menyukainya? Jika kamu..."

Sebelum Elvano menyelesaikan perkataannya Aleta yang tersadar kembali memiliki wajah jelek dan jejak jijik yang tidak disamarkan dimata kuningnya dan berkata dengan tidak sabar dalam suaranya.

"Tidak."

Aura berbahaya dan niat membunuh yang tersembunyi yang ada pada Elvano berhenti dan kembali ke temperamennya yang dingin dan menolak orang mendekat yang membuat orang-orang yang ketakutan yang melewatinya menatapnya dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan diwajah mereka.

Mengabaikan wajah terkejut dari orang-orang disekitarnya Elvano mengangkat sudut bibirnya lalu dia bertanya dengan lembut pada Aleta yang masih tidak sadar dengan apa yang salah pada dirinya dengan kegembiraan tersembunyi didalam hatinya.

"Kamu tidak akan meninggalkanku kan?"

Menatap Elvano yang menundukkan kepalanya dan menatap dirinya dengan lembut membuat Aleta memiringkan kepalanya dan menarik pipi Elvano dan meremasnya lalu berkata dengan sedikit kesal.

"Siapa yang akan meninggalkanmu?! Bukankah kita sudah berjanji tidak akan meninggalkan satu sama lain?!"

Sial!

Pria ini terlalu menyebalkan setelah kehilangan ingatannya!

"Jangan terlalu curiga aku akan meninggalkanmu sendiri."

Setelah mengatakan itu Aleta mendengus dan menarik tangan Elvano yang masih tertegun dan berjalan dengan cepat untuk menyusul teman-temannya.

Elvano mencoba menekan senyum yang akan berkembang diwajahnya dan mencoba membuat wajah tenang tapi matanya yang menekuk tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dimatanya.

"Hehehe."

"Sungguh... Tetaplah bersamaku selamanya, oke?"

Aleta tidak mendengar kata-kata selanjutnya dari Elvano tapi dia tetap menganggukkan kepalanya setelah mendengar perkataan Elvano yang memiliki kegembiraan dalam suaranya.

[PS : Maaf para pembaca yang selalu menunggu cerita ku, mungkin sudah agak lama tidak update ya...? Tapi penulis baru saja selesai menyelesaikan ujian sekolahnya dan baru-baru ini penulis memiliki waktu luang untuk melanjutkan cerita yang sempat tertunda dan terimakasih yang telah setia menunggu cerita ini berlanjut.]

[Selamat malam semuanya~]

-

-

-

-

[Bersambung...]