webnovel

Bab. 12||"Xavier Jangan Menangis, oke?"||

Bab. 12

Kantin

Kantin yang dulu penuh kini hanya tersisa adalah geng BlackWolf dan Gallendra yang terlihat sedang memainkan ponselnya.

"Kemana perginya si Fian?" Algibran bertanya dengan tidak sabar.

"Tidak tahu."

Arkanio mengerutkan keningnya dan menjawab dengan dingin setelah itu dia kembali fokus dengan ponselnya.

Saat mereka berdiri dan akan mencari Arfian, mereka melihat Arfian berlari dengan tergesa-gesa dan berteriak saat dia masih membawa pesenan Elvano.

"Berita mengejutkan kawan-kawan!"

"Apa yang Lo bikin lama karena ini?" Algibran berkata dengan tidak sabar.

Mereka juga menatap Arfian yang saat ini sedang meminum jusnya karena kehausan.

"Hah..."

Melihat mereka menatapnya dengan kesal Arfian dengan cepat menyimpan kembali jusnya dan berkata dengan tergesa-gesa.

"Dengar ini tentang si Vano!"

Gallendra yang mendengar ini tentang saudaranya langsung menatap Arfian dengan penasaran. Yang lainnya juga mulai menatap Arfian untuk mendengarkannya yang menurut Arfian berita mengejutkan, bahkan Algibran juga menjadi tenang dan menatap Arfian.

"Gibran, Lo mungkin harus bersiap kalau pertunangan Lo bakal berhenti atau kalau si Aleta berhenti cari perhatian ke Lo lagi." Arfian tidak melihat mereka dia hanya menatap Algibran dan mengatakan itu.

"Apa maksud Lo." Algibran mengangkat alisnya tidak mengerti.

Gallendra yang memahami poin inti langsung membelalakkan matanya dan menatap Arfian yang juga sedang menatapnya.

"Jadi yang dari tadi Kak Vano cari adalah Aleta?"

Mereka semua mulai menatap Gallendra. Arfian yang tersadar mulai berkata dengan misterius.

"Bukan itu saja."

"Lalu apa?" Dylan bertanya dengan penasaran.

"Kalau Lo mau ngasih berita yang benar dong." Arkanio berkata dengan dingin dan kesal meskipun dia juga penasaran dia tidak bisa melihat Arfian selalu setengah-setengah saat mengatakan sesuatu yang membuat orang penasaran.

"Aduh, Kulkas jangan ngomong gitu dong. Gue hanya ingin membuat kalian semakin penasaran." Arfian berkata sambil cengengesan.

Tangan beberapa mulai gatal karena ingin memukul orang yang ada didepannya.

"Kalau gitu gimana? Kita mulai penasaran." Kata Bastian.

Arfian membuat wajah misterius sambil mengeluarkan ponselnya.

"Untuk apa Lo ngeluarin ponsel Lo?" Arsenio bertanya dengan bingung.

"Tentu saja sebagai bukti bahwa apa yang gue katakan itu benar." Arfian berkata dengan tidak puas.

"Kalau gitu cepet." Gallendra tidak sabar ingin tahu apa yang akan Kak Vano cari untuk Aleta?

"Nah, kalau gitu dengarkan." Dengan wajah aneh dan merinding ditangannya, Arfian mulai mengklik tombol on.

Mereka melihat Arfian seperti ini merasa ada tidak beres yang membuat mereka ingin berhenti sejenak tapi mereka melanjutkan untuk mendengarkan apa yang ada di ponsel Arfian yang berkaitan dengan Elvano dan Aleta.

Saat tombol perekam menyala, suara dingin yang seperti susu melembutkan nadanya terdengar ditelinga semua orang.

"Ada apa?"

???!!!

Yang pertama mereka dengar adalah suara Aleta yang lembut yang membuat mereka saling memandang dengan heran.

"Maaf..."

"Apa?"

"Maafkan aku.... Aku.. aku tidak mencoba untuk terus melihatmu... tapi aku benar-benar tidak bisa menahannya."

Tubuh mereka mulai gemetar karena merinding, karena mereka mendengar suara dingin dan magnetis Elvano yang meminta maaf dengan tulus. Lalu mereka mendengar suara Aleta yang dari tertawa kecil hingga menjadi tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha~ kenapa kamu sangat lucu."

"Apa yang kamu lakukan!" Kali ini mereka tidak tahu apa yang dilakukan Aleta sampai mereka mendengar suara panik Elvano. Setelah beberapa detik diam mereka mendengar suara Aleta yang masih dengan senyuman.

"Bisa ngak Lo lepasin tangan Lo dari gue?"

"Tidak." Ini adalah suara keras kepala Elvano.

"Lo nyakitin tangan gue." Suara kesal Aleta mulai terdengar ditelinga mereka.

"Aku..." Suara dingin yang serak karena tercekat seolah-olah dia akan menangis membuat mereka membeku tak bergerak.

"Gue..."

"Jangan menangis! Lihat ini cuma lebam dan tidak berdarah! Jika Lo ngak nyaman gue kaya gini kenapa ngak Lo bawa gue ke UKS?!"

??!!

Suara membentak dan membujuk Aleta terdengar ditelinga mereka seperti petir yang membuat mereka terkejut dan mati rasa. Karena biasanya tidak pernah melihat Aleta membentak seseorang apalagi setelah dia membentak dia membujuknya untuk tidak menangis yang membuat mereka tercengang dan tidak kembali ke akal sehat. Karena mereka akhirnya tahu kenapa Arfian memiliki ekspresi aneh diwajahnya dan merinding naik ditangannya.

"Sial!"

Suara seruan membangunkan mereka dan mulai menatap Algibran yang tercengang disana. Gallendra yang melihat Algibran tercengang langsung tertawa terbahak-bahak lalu mulai mengejeknya.

"Nah~ Saudara gue menyukai tunangan Lo dan Lo menyukai si Adele munafik itu, jadi lepasin pertunangan yang selalu mengikat kalian berdua. Mungkin Aleta akan menjadi menantu dirumah kami. Hahahha~ sungguh aku sangat senang! Kalau gitu gue pergi dulu, bye kawan~" Setelah mengatakan itu Gallendra mulai menyenandungkan sebuah lagu sambil keluar dari kantin dengan suasana hati yang baik.

Algibran menurunkan matanya untuk menghilangkan rasa tindak nyaman dihatinya. Arkanio menepuk bahu temannya yang terdiam lalu dengan cepat pergi.

"Putusin aja pertunangan Lo sama si Aleta jika Lo udah suka sama Adele." Arsenio memberi semangat pada Algibran lalu dengan cepat mengikuti saudaranya.

Bastian hanya tersenyum lalu menepuk bahu temannya. Dylan juga memberikan semangat pada Algibran untuk membuat keputusan.

"Ayo!"

Arfian menatap Algibran dan memberikan nasihat pada temannya yang mungkin sedang tidak merasa nyaman sebelum pergi.

"Ayo selesaiin semuanya, daripada Lo selalu mengikatnya dengan kata pertunangan, tapi Lo yang  selalu bisa bebas memilih. Apalagi.... Lo merasa risih jika diganggu oleh Aleta saat Lo menyukai Adele,  lepasin aja."

Algibran yang hanya dia sendiri di kantin mulai menendang meja karena kesal dan marah.

"Gue cuma suka sama Adele jika mau putusin pertunangan, putusin aja! Gila!"

*

*

UKS

Aleta yang baru selesai mengoleskan salep untuk tangannya melihat Elvano berdiri disudut ruangan dengan kepala menunduk, dan Aleta bisa melihat tangannya yang bergetar meskipun tidak bisa melihat ekspresi Elvano saat dia menundukkan kepalanya.

"Elvano..."

Aleta mengerutkan keningnya kerena pria ini tidak menjawab tapi hanya menundukkan kepalanya yang membuatnya bingung.

Dan Elvano tidak merespon Aleta yang memanggilnya, dia hanya menundukkan kepalanya saat mendengar suara tuduhan diberbagai arah menunjuk padanya.

Ah~ pengacau.

Kamu membuatnya terluka.

Lihat tangannya siapa yang melakukan ini?

Sungguh kejam, dia memperlakukanmu dengan baik tapi kamu dengan kasar membuatnya terluka.

Menakutkan.

Menakutkan.

Orang gila yang suka menghancurkan.

Menjauhlah darinya!

Ya, menjauhlah!

Untuk apa kamu ada disisinya? Kamu hanya akan menghancurkannya!

Pergi!

Pergilah!

Kalian bingung, kenapa harus membiarkannya memikirkan perasaan orang lain.

Gila!

Orang jahat!

Menakutkan!

Suram!

Kejam!

Jangan dekati Aleta kami!

Pergilah sejauh mungkin darinya orang gila!!

Tubuh Elvano semakin bergetar saat suara bisikan-bisikan itu menatapnya, menghinanya, ketakutan, jijik, jahat, aneh, kasihan, dan berbagai emosi yang tidak dia mengerti.

Aku tidak mengerti....

Aku merasa tidak nyaman...

Sesak napas..

Kenapa?

Aku tidak ingin meninggalkannya!

Aku tidak akan pergi, tidak akan...

Selalu disisinya selamanya...

Meskipun aku tahu aku gila, kalian mengatakan aku berdarah dingin, kejam, suram atau apapun itu tapi....

Yang aku inginkan hanya dia, tidak yang lain atau apapun, hanya dia. Aku ingin tetap bersamanya.. selamanya...

Paronia yang hampir gila dan maniak untuk menghancurkan segala sesuatu disekitarnya membuat napasnya menjadi berat dan kesadarannya menjadi kacau karena berbagai ekstrim. Jadi Elvano dengan tergesa-gesa mencari obat penenang disaku seragamnya dengan tangan gemetar.

Obat...

Dimana obatku?...

Dimana?, dimana?, dimana?

Ah ah ah, kemana obatnya?!

Elvano menyipitkan matanya untuk mencoba tenang dan mengambil napas dalam-dalam untuk menekan maniak yang akan terjadi.

Aleta yang menatap pria yang masih menundukkan kepalanya dari tadi juga merasa ada yang salah dari pria didepannya karena dia tidak merespon apalagi tubuhnya mulai bergetar hebat lalu terdiam dan dia mulai mencari sesuatu dibajunya dengan tangan gemetar.

Akhirnya, Aleta menarik pria itu dan menekan bahunya agar bisa duduk dikursi disamping tempat tidur. Dan Aleta mulai menatapnya dan berkata dengan perlahan.

"Angkat kepala Lo."

Elvano mengangkat kepalanya dengan kosong dan menatap Aleta yang memperlihatkan matanya yang merah dan mata biru langit yang berkabut karena air mata.

"By, Maaf... Itu karenaku, aku membuatmu terluka... Aku.. membuatmu terluka..." Dengan suara tercekat, matanya mulai mengeluarkan air mata.

Karena aku dia terluka...

Quenby, By....

Aku membuatmu terluka...

Air mata Elvano mulai berjatuhan dengan deras. Mata biru langitnya kini memancarkan cahaya gelap karena menahan maniak yang akan terjadi dengan tangan gemetar, meskipun matanya masih berlinang air mata.

Aleta tercengang saat Elvano memanggilnya dengan nama itu, tapi saat melihat air mata mulai berjatuhan kali ini dia panik dan tidak tahu harus berkata apa. Karena dikehidupan sebelumnya dia tidak pernah menghibur orang yang menangis, karena hanya dia yang menangis membuat masalah. Tapi setelah memikirkan ingatan sebelumnya, teman satu-satunya yang selalu menemaninya pernah membujuknya untuk tidak menangis jadi Aleta mengingatnya dan mencobanya agar pria didepannya tidak menangis lagi.

"Xavier jangan menangis, oke?" Dengan suara canggung Aleta mulai menatap disekelilingnya dan tidak berani menatap pria didepannya karena malu.

Elvano yang mendengar itu juga membeku sejenak lalu mengulurkan tangannya di pinggang Aleta untuk memeluk sang empu yang membujuk untuk tidak menangis dengan erat dan membenamkan kepalanya dileher putih dan ramping lawannya.

"Lo––!"

"Maafin aku karena telah menyakitimu, oke?" Elvano tidak mengangkat kepalanya tapi tubuhnya yang bergetar masih memeluk Aleta dengan erat.

"Ini bukan salah Lo.." sambil bergumam, Aleta memeluk kembali Elvano yang tubuhnya gemetar entah karena apa.

Elvano membeku sejenak tapi tangan yang ada di pinggang mengencang lalu memeluknya dengan erat.

Milikku..

Hanya milikku...

[Kamu hadiah terbesar dan terbaik dari tuhan kepada ku. Kamu juga cahayaku dan kehangatanku didunia yang dingin ini. Dan kamu adalah tempat aku berlabuh dimana aku menjadi diriku tanpa tekanan apapun diluar daripada melayang terterjang ombak sendirian dengan kebingungan tanpa tujuan yang jelas.]

[Aku akan menyimpanmu, menjagamu, menahanmu, memenjarakanmu, memanjakanmu, menyayangimu, dan  mencintaimu selamanya tidak akan pernah berpisah selamanya.]

[Your mine By, mine, your my angel, your my devil, and your my world.]

[Bersambung.....]