webnovel

(15) : Akhir Arya

2 bulan kemudian, Rasti menjadi sangat lesu dan kepalanya sering pusing dan juga Rasti mengalami mual dan muntah, Arya menjadi khawatir dengan keadaan Rasti, hingga suatu hari Rasti menemui Arya,

"Arya lihat ini," Rasti

Rasti memberikan tespack ke Arya, Arya sangat senang melihat garis 2 di sana,

"Rasti, ini," Arya

"Aku hamil Arya," Rasti

Arya memeluk Rasti,

"Aku senang sekali, kebahagiaan ini, kamu memberikannya lagi, aku senang sekali, sungguh Ras, mendapatkan berita ini lebih membahagiakan daripada menang tender, aku akan menjadi Papa lagi," Arya

Arya melepaskan pelukannya dengan tangannya tetap di bahu Rasti,

"Aku sudah tak sabar untuk kelahirannya," Arya

Arya menciumi wajah Rasti,

"Aku mencintaimu Ras,  Arya

Saat Arya mencium bibir Rasti, Niko tiba tiba saja datang, Niko mengepalkan tangannya namun Niko berusaha menahan emosinya, mengetahui Niko datang, Rasti melepaskan ciumannya Arya,

"Eh ada kau Niko," Arya

"Ada apa ini? Kok kayaknya ada yang bahagia banget," Niko

"Kau tau aku sangat senang, Rasti sekarang sedang mengandung bayiku lagi, aku senang sekali," Arya

"Benarkah? Aku turut senang juga," Niko

Niko memeluk Rasti,

"Aku senang akhirnya bayiku datang juga," bisik Niko

"Ini bukan bayimu Nik, ini bayinya Arya," bisik Rasti

"Oh ya, banyakan siapa yang menyentuhku atau Arya," bisik Niko dengan smirk di bibirnya

Niko melepaskan pelukannya, lalu memeluk Arya sebentar,

"Aku akan mendapat keponakan yang baru, aku senang sekali," Niko

"Aku lebih senang lagi, Rasti aku berjanji aku akan ada saat bayi ini lahir nanti, aku yang akan menggendongnya pertama kali, aku tak akan biarkan bayi ini bernasib sama seperti Devano, aku berjanji," Arya

Arya memeluk Rasti,

"Kau tak akan pernah menggendong bayi Rasti, karena yang berhak adalah Ayahnya yaitu aku," bathin Niko.

><

9 bulan kemudian, Rasti dan Niko sedang berdua dirumah karena Arya sedang pergi kekantor dan Devano dan Satya menginap di rumah Dwita, Rasti berusaha menjauh dari Niko yang selalu mendekatinya, saat Rasti sedang ingin mengambil buku di lemari yang tinggi, Rasti mengalami kesulitan untuk menggapainya, hingga akhirnya Niko datang dan mengambilkannya untuk Rasti, Niko memeluk Rasti dari belakang,

"Jangan terlalu lelah sayang, bayi kita juga bisa kelelahan, aku dengar bayi kita ini laki laki ya," Niko

"Kau gak perlu tau, ini bayiku dengan Arya, bukan denganmu," Rasti

Rasti mengambil buku dari Niko lalu hendak pergi namun Niko keburu mencegatnya dari segala sisi,

"Lepaskan aku," Rasti

"Tak akan, kamu telah membuatku sangat mencintaimu, kamu harus bertanggung jawab dengan mencintaiku dan menjadi milikku," Niko

"Hentikan semua ini Niko! Aku sudah lelah dengan sandiwaramu, aku gak mau menghianati cinta Arya," Rasti

"Dia yang menghianatimu duluan Ras, kenapa kamu masih mencintainya," Niko

"Karena dia orang pertama yang mengakui keberadaanku, dulu aku bukan siapa siapa dan tak pernah dilihat siapapun, tapi sekarang aku bahkan selalu disapa oleh orang lain, dan itu3 karena Arya, aku mencintainya, bagiku sentuhannya sangat berarti," Rasti

Niko merasa kesal dan mencengkram kedua lengan Rasti dengan kuat,

"Sakit Nik," rintih Rasti

"Aku lebih sakit Ras, kamu selalu menolak cintaku, aku tak mengerti supaya kamu mencintaiku, aku mencintaimu Rasti," Niko

"Tapi aku mencintai Arya, lepaskan aku Niko," Rasti

Niko mencium bibir Rasti, namun Rasti mencoba menghindarinya,

"Jangan Niko, aku gak mau, aku gak mau disentuh olehmu lagi, lepaskan aku, aku gak mau disentuh olehmu olehmu Niko, aku jijik padamu," Rasti

"Jijik? Aku akan lihat apa kamu menikmati permainanku atau gak," Niko

Niko mulai merobek kaos Rasti hingga Rasti menjadi setengah bugil yang menyisahkan rok pendek yang ia pakai,

"Niko hentikan," Rasti

Rasti menangis,

"Saat keadaan hamil besarmu kamu terlihat mempesona," Niko

Niko mencium leher Rasti, namun tiba tiba Arya datang dan memukul Niko, Niko terjatuh,

"Arya," Rasti

Rasti memeluk Arya,

"Kamu akan baik baik saja," Arya

Arya menyelimuti dada Rasti dengan jasnya, Arya lalu melihat Niko yang sudah berdiri,

"Berani sekali kau menyentuh istriku, apa kau sudah gila sampai melakukan ini pada Kakak Iparmu," marah Arya

"Iya, aku udah gila, gila karena cintaku pada Rasti, kau tau apa tentang hubunganku dengan Rasti, dan kau perlu tau, bayi di perut Rasti adalah bayiku, jadi jangan mengakui bayi itu sebagai milikmu," Niko

"Kau benar benar sudah tak waras Niko, Rasti adalah milikku begitu juga dengan bayinya, kau jangan coba coba mengakuinya," Arya

"Kau sudah merebut segalanya dariku, kekuarga, harta, dan tahta, aku tak akan biarkan kau mengambil cintaku dariku," Niko

"Dasar pengkhianat, harusnya aku tak membawamu kesini, aku harusnya biarkan kau diusir Mama dan menjadi gelandangan," Arya

"Kau bahkan tak tau tujuan utamaku, aku disuruh sama Mamamu itu untuk memisahkan kau dari Rasti, tapi lama kelamaan aku mencintai Rasti dan ingin memilikinya, kau tanya sendiri pada istrimu yang selalu menerima sentuhanku, dia bahkan selama ini diam saja," Niko

"Rasti katakan kalau yang dibilang Niko itu bohong?" Arya

"Di-dia mengancam akan menghabisimu jika aku tak menuruti nafsunya, aku gak mau kamu kenapa napa Ar," lirih Rasti

"Ini tak mungkin, kau seharusnya bilang padaku, apa kau kira aku bisa habis semudah itu, tidak Ras, aku hidup selama ini karena kau dan anak anak," Arya

"Maaf Ar," lirih Rasti

Tiba tiba Rasti pingsan, Rasti pun dibawa Arya ke rumah sakit terdekat.

><

Saat sampai dirumah sakit, Rasti langsung diperiksa oleh dokter, sedangkan Arya membawa Niko ke taman rumah sakit yang sepi,

"Kau tau, dulu saat Rasti melahirkan pertama, Devano dikira adalah bukan anakku, tapi sekarang akulah Ayah dari anak itu," Arya

"Percaya diri sekali kau, kau itu terlalu sibuk untuk sekedar menyentuh Rasti, jadi apa kau yakin jika anak itu adalah anakmu, tidak, dia adalah anakku, Rasti terlalu takut untuk mengakuinya hingga akhirnya dia memilih untuk membiarkan kau menyentuhnya setelah sekian lama," Niko

"Bangs*t kau Niko, kau telah berurusan dengan orang yang salah, aku akan memberimu kesempatan untuk pergi dan jangan mendekati keluargaku atau aku akan menghabisimu," Arya

"Habisi saja jika kau bisa, itupun kalau kau masih hidup sekarang," Niko

Arya menyerang Niko, mereka berkelahi, namun tanpa disadari Arya, Niko ternyata membawa pisau dan Niko berhasil menusuk perut Arya,

"Akh!" Arya

"Kau tak akan bisa mengalahkanku dan Rasti hanya akan menjadi milikku," Niko

"Jangan berharap Niko, aku tak akan membiarkan siapapun memiliki Rasti kecuali diriku, aku telah melakukan kesalahan dengan melepaskannya dulu tapi tak lagi sekarang, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan Rasti," Arya

Arya kembali menyerang Niko secara tiba tiba, Arya berhasil merebut pisau Niko dan menusuk Niko tepat dijantungnya,

"Jika aku tak bisa memiliki Rasti maka kau juga tidak," Arya

Arya menghempaskan tubuh Niko ke tanah, Arya pergi ke ruang rawat Rasti dengan tertatih tatih menahan sakit, namun saat dirinya sampai di ruang rawat dirinya mendengar Rasti sedang melahirkan bayinya, rasa sakit diluka serasa hilang, Arya pun segera masuk ke ruangan Rasti,

"Pak, Bapak sedang terluka sebaiknya bapak obati lukanya dulu," Suster

"Tidak Sus, istri saya sedang melahirkan, saya tidak mau meninggalkannya, biarkan saya menemaninya Sus," Arya

"Tapi ini membahayakan nyawa anda Pak," Suster

"Saya tidak perduli, biarkan saya menemani istri saya Sus," Arya

"Baiklah," Suster

Arya pun menemani Rasti melahirkan walau dirinya sendiri berlumuran darah, setelah bersusah payah, Rasti pun berhasil melahirkan bayi berjenis kelamin laki laki,

"Aku senang kamu telah melahirkan dengan selamat," Arya

"Aku juga, terima kasih telah menepati janjimu Arya," Rasti

"Biarkan aku yang memberi nama bayi itu Ras," Arya

Rasti mengangguk kecil,

"Iya Arya," Rasti

Suster memberikan bayi Rasti setelah dibersihkan ke Arya,

"Putra Papa yang tampan, Papa senang kamu telah lahir sayang, kamu manis sekali," Arya

"Dia anak ke-3, Komang," Rasti

"Komang Wira Putra Satya, gabungan antar nama Devano dan Satya, nama putraku ini Wira," Arya

"Wira, nama yang bagus," Rasti

Arya memberikan Yasha ke Rasti,

"Wira," Rasti

Arya mencium kening Rasti lalu mencium kening Yasha,

"Arya perutmu?" Tanya Rasti cemas setelah melihat darah di kemeja putih Arya

"Aku baik baik saja, jaga anak anak kita baik baik ya, aku akan segera kembali," Arya

Arya pergi, saat ada diluar, Arya melihat Arin,

"Mama, cucu ke-3 Mama telah lahir," Arya

Arya jatuh ke pelukan Arin dan pingsan,

"Arya," Arin.

><

1 bulan kemudian, Arya masih belum kembali, hal itu membuat Rasti khawatir, hingga pada suatu hari, Rasti mendapat sebuah surat dan foto, Rasti mendapatkan berita jika Arya sudah meninggal beserta foto saat dirinya di bakar,

"Tidak! Ini tidak mungkin!" Rasti

Dwita datang ke kamar Rasti,

"Ada apa Ras?" Dwita

"Wit, Arya, Arya dia-" Rasti

"Kenapa Ras?" Dwita

"Arya, dia meninggal, gak mungkin, Arya gak mungkin meninggal," Rasti

Rasti memberikan foto itu ke Dwita,

"Itu juga ada surat wasiatnya, Arya memberikan perusahaannya yang ada di Jakarta kepadaku, tapi bagaimana aku bisa mengurusnya, aku tak tau harus apa," Rasti

"Tenang Ras, tenang, kamu harus tetap tabah demi ke-3 putramu, mungkin ini memang akhir Arya, dan juga ke-3 anakmu akan semakin besar dan semakin banyak kebutuhan, kamu harus tetap memenuhi kebutuhan mereka, dan itu adalah dengan menjalankan perusahaan Arya," Dwita

"Aku orang hukum Wit, bagaimana aku bisa menjalankan perusahaan, apa aku harus menjual perusahaan itu dan membuat usaha kecil yang baru," Rasti

"Kamu harus berusaha Ras, ini demi putramu, aku dan Papa akan membantumu," Dwita

"Jika aku menjalankan perusahaan ini berarti aku harus ke Jakarta," Rasti

Rasti menatap sebuah kotak di meja, Rasti mengambil kotak itu dan membukanya, Rasti mengambil sebuah kunci,

"Ini adalah kunci rumah mewah milik Arya yang ia beli untuk dirinya tinggal jika dirinya ke Jakarta, kita semua akan pindah kesana," Rasti

Rasti menatap kunci itu dengan dalam.