webnovel

(14) : Cium Niko

3 bulan kemudian, Rasti masih saja tak memperdulikan Arya, Rasti bahkan melarang Arya untuk mendekati Devano, disisi lain Arya senang karena putra keduanya lahir walau sebenarnya belum waktu kelahirannya, Arya merawat putra keduanya yang ia beri nama Satya atau bernama panjang Made Dwi Satya Putra, Arya merawat Satya sendiri karena Vivi meninggal karena pendarahan.

><

Suatu hari, saat Arya sedang libur kerja, Arya mencoba menyusui Satya dengan susu formula, namun Satya masih menangis,

"Ck kau bisa tidak hentikan tangis bayi itu, berisik tau," Rasti

"Satya tidak mau tenang Ras, sepertinya Satya tidak mau minum susu formula," Arya

"Dasar tidak becus," Rasti

Rasti menaruh Devano di ayunan bayi, lalu mengambil Satya dari Arya,

"Jangan membuat kebisingan, putraku lagi tidur, aku akan memberi bayimu asi, kau jaga putraku, luka dikit aja kau akan kena batunya," Rasti

Rasti pergi membawa Satya,

"Wanita mana lagi yang mau memberikan asinya kepada bayi wanita lain, Rasti maafkan aku, aku terlalu egois," Arya

Arya melihat ke Devano,

"Devano, putra Papa yang tampan, maafkan Papa, Papa gak bisa menjadi Papa yang baik untukmu," Arya

Arya mencium kening Devano dengan sangat lembut dan perlahan karena takut membangunkan bayi kecilnya, dikamar Rasti, Satya sudah tenang dan sedang menyusu ke Rasti,

"Kasihan bayi ini, aku merasa jahat sekali jika bayi ini sampai kenapa napa, aku hanya membenci orang tuanya, bayi ini tak memiliki salah apapun. Baiklah, mulai sekarang kamu adalah putraku juga, kesalahan orang tua tidak akan berimbas padamu sayang," Rasti.

><

Semenjak itu, Rasti mulai membantu Arya merawat Satya, jelas itu membuat Arya senang karena setidaknya Rasti mau membuka kan hati untuk Satya, namun kesedihan masih melanda Arya, Rasti masih saja tak membiarkannya menggendong Devano, Arya sangat sedih karena dirinya bahkan harus diam diam untuk melihat atau menyentuh Devano sedikit.

.

Saat usia Devano dan Satya mencapai 2 tahun, Rasti stress karena mengurus kedua anaknya itu, terlebih lagi Arya sering keluar Bali karena ada urusan pekerjaan kantor, walau sudah menyewa 2 babysister, kedua anak itu masih susah untuk diatur, mereka selalu meminta digendong oleh Papa mereka.

><

Hampir seminggu kemudian, Arya datang membawa banyak hadia untuk anak, istri, dan keluarganya,

"Kau sudah pulang," Rasti

"I-"

"Kakak iparrrrrrrrr!!!!!!"

Rasti terkejut melihat seorang pria berusia 19 tahunan berlari dan memeluknya,

"Aku senang bertemu denganmu Kakak Ipar," ujar pemuda itu

"Lepaskan istriku Niko," Arya

Pemuda bernama Niko itu melepaskan pelukannya dan menyengir lebar,

"Aku terlalu senang karena bisa bertemu dengan Kakak Iparku," Niko

"Siapa dia Ar?" Rasti

"Dia adik tiriku, sejak umurnya 3 tahun dia dibawa oleh istri kedua ayahku ke Paris, " Arya

"Kenapa kau tak pernah cerita," Rasti

"Dia itu pelupa Kak, dia pasti dengan cepat melupakanku," Niko

"Diam kau Nik," Arya

"Oh ya aku dengar aku udah punya keponakan, 2 lagi, mana mereka?" Niko

"Mereka lagi tidur, jangan ganggu mereka," Rasti

"Yahhh sedihnya akuuu," Niko

Niko duduk di sofa dengan santaynya,

"Ras aku mau mandi dulu," Arya

Arya masuk kedalam,

"Niko kamu mau makan apa?" Rasti

"Hm gak deh, oh ya ini Kak, aku belikanmu sebuah kalung pas di Paris, kalung ini aku sengaja beli untuk Kakak Iparku, semoga kamu suka," Niko

"Terima kasih," Rasti

"Aku pasangkan ya," Niko

Niko memasangkan kalung itu dileher Rasti,

"Ah cantik sekali. Oh ya dimana kamarku?" Niko

"Tepat di samping kamarku, aku akan bereskan sedikit," Rasti

"Akan kubantu," Niko

"Mari," Rasti

Mereka pun pergi, sampai dikamar,

"Maaf jika kamarnya kecil ya, soalnya kamar yang lain sedang dalam pembangunan," Rasti

"Tak apa, aku malah suka kamar ini," Niko

Rasti tersenyum, mereka pun membersihkan kamar itu bersama sama.

><

Hari berlalu, Arya semakin sibuk dengan kantornya, sedangkan Niko menjadi guru magang di SMA Rasti dulu, semenjak kedatangan Niko, Rasti semakin lama semakin dekat dengan Niko, Niko juga semakin mendekati Rasti.

.

Hingga pada suatu hari, saat Rasti sedang membersihkan kamarnya, Niko mendatanginya,

"Kak Ras," Niko

"Kamu udah pulang, kok cepet?" Rasti

"Ah iya, sekolah dipulangkan lebih awal, para wakasek ada rapat soalnya, guru magang sepertiku tak akan mendapat apapun. Oh ya ini aku bawakan sosis kesukaanmu," Niko

"Wah terima kasih," Rasti

Rasti menerima bungkusan itu dan memakan sosis itu,

"Hm ini enak sekali, kamu mau," Rasti

"Aku udah tadi," Niko

Setelah Rasti menghabiskan sosis itu, Niko tersenyum melihat bekas mayonais dan saus tomat di bibir Rasti,

"Kak tunggu," Niko

Niko mendekat, semakin lama semakin dekat, hingga Niko mencium bibir Rasti, Rasti sangat terkejut, Niko membersihkan mayonais itu dengan lidahnya, Niko melumat bibir merah Rasti, Rasti memcoba melepaskan diri, namun Niko malah semakin menekan ciumannya, tangannya bahkan masuk ke dalam daster yang Rasti gunakan,

"Rasti, aku mencintaimu," bisik Niko

"Aku Kakak Iparmu Nik," Rasti

"Aku tak perduli, aku mencintaimu," Niko

Niko kembali melumat bibir Rasti, Niko pun mulai meniduri Rasti, Rasti hanya bisa pasrah dibawah Niko.

.

Setelah menikmati tubuh Kakak Iparnya sendiri, Niko melihat Rasti menangis,

"Kak Rasti maafkan aku Kak, tapi aku akan bertanggung jawab jika ka-"

"Bertanggung jawab? Bagaimana kau akan bertanggung jawab? Aku sudah menikah dengan Kakakmu, dia pasti akan curiga jika melihat bercak merah ditubuhku dan juga jika aku hamil, dia pasti akan menanyakannya karena dia sudah lama tak menyentuhku," potong Rasti

"Kita jawab jujur saja, aku mencintaimu sejak pertama kali bertemu, aku tak kuat menahan rasa ini, aku ingin terus melihatmu dan berada disisimu. Aku mencintaimu Rasti," Niko

"Ka-kamu mencintaiku?" Rasti

Niko mengangguk, lalu Niko menangkup wajah Rasti,

"Aku mencintaimu, aku akan melawan siapapun termasuk Kak Arya jika ada yang menghalangi cintaku kepadamu," Niko

Niko mencium Rasti lagi dan lagi, hingga Niko akhirnya kembali meniduri Kakak Iparnya sendiri.

><

Kebesokannya saat Arya baru pulang dari Denpasar, Arya disambut oleh Rasti,

"Aku pulang. Ras dimana anak anak? Aku membelikan mereka video game yang mereka minta," Arya

"Mereka menginap di rumah Dwita," Rasti

"Sayang sekali ya, padahal aku merindukan mereka," Arya

"Arya," Rasti

"Hm?" Arya

"Aku boleh bertanya sesuatu?" Rasti

"Kenapa tidak? Tanyalah," Arya

"Apa kamu masih mencintaiku?" Rasti

"Saat kamu masih gadis lalu menjadi wanitaku dan menjadi ibu dari anak anakku, aku sudah mencintaimu, walau aku pernah menghianatimu hingga Satya lahir, sungguh aku masih mencintaimu sampai detik ini," Arya

"Benarkah?" Rasti

"Iya," Arya

Arya memeluk Rasti,

"Aku mencintaimu, tapi maaf jika selama ini aku tak pernah menjadi suami impian yang baik untukmu, aku selalu saja mengecewakanmu, maafkan aku Rasti," Arya

Arya menatap Rasti yang menunduk dengan dalam,

"Angkat kepalamu Ras," Arya

Rasti mendongak dan Arya langsung mencium Rasti, semakin lama semakin dalam dan Rasti yang menikmati setiap sentuhan Arya hanya bisa pasrah saat Arya kembali menidurinya setelah hampir 4 tahun mereka tak melakukannya.

Namun ada seseorang yang menguping dan mengintip mereka, orang itu adalah Niko,

"Kamu bahkan tak mendesah saat aku menyentuhmu tapi saat Arya yang melakukannya kamu- Ah sial! Bagaimanapun Rasti harus menjadi milikku, Arya sudah cukup merebut semua yang kuinginkan, sekarang tak lagi," Niko.

.

Saat sore hari, Devano dan Satya sudah pulang, setelah memandikan mereka berdua, Rasti pun menyuapi mereka,

"Devano ayo makan sayang, Satya aja pinter makan sendiri," Rasti

"Gak mau, aku gak mau maem, aku mau main," Devano

"Nanti lanjut mainnya sayang, sekarang makan dulu ya," Rasti

Lalu Arya datang, Arya menggendong Devano,

"Aduh putra Papa yang ganteng, maza anak ganteng gak mau makan, sekarang ayo makan ya, anak ganteng mau kan disuapi Papanya yang ganteng," Arya

Devano menggeleng,

"Aku hanya mau makan kalo om Niko yang suapin," Devano

Lalu Niko datang, Niko langsung menggendong Devano,

"Aduh keponakan om yang ganteng, kamu kenapa ngak mau maem hm, nanti kalo kamu sakit gak ganteng lagi nanti, sekarang maem ya," Niko

Devano mengangguk, Niko pun mulai menyuapi Devano,

"Pintarnya keponakanku ini," Niko

"Niko bagaimana pekerjaanmu menjadi guru?" Arya

"Baik baik saja, aku senang bisa bersosialisasi sama anak anak remaja," Niko

"Syukurlah, sekolah itu kudengar semakin modern aja," Arya

"Aku dengar sekolah kita dulu itu sekarang juga menyewa artis dari Amerika untuk perpisahan kelas 12nya, aku jadi ingat masa lalu," Rasti

"Aku juga," Arya

"Kak sepertinya aku tak akan lama magang disana, aku ingin kuliah lagi," Niko

"Aku setuju, baiklah, kau selesaikan saja magang 3 bulan di sekolah, lalu selesaikan S2mu," Arya

"Terima kasih," Niko

"Rasti besok mungkin aku lembur ya, pekerjaan dikantor banyak sekali," Arya

"Kamu jangan terlalu stres Ar, kamu nanti bisa sakit," Rasti

"Tenang aja, aku akan tetap mengingat pesanmu, aku juga tak pernah telat makan, tidur juga cukup," Arya

"Baguslah, aku senang mendengarnya, aku masuk dulu ya," Rasti

Rasti pun pergi karena merasa Niko sedang dalam mode cemburu,

"Niko kau juga jangan terlalu stres dengan pekerjaan sekolahmu, kau tau Rasti telah mengajariku banyak hal tentang hidup, padahal dulu aku yang mengajarinya soal pelajaran," Arya

"Aku dengar dari guru guru yang telah ada pas kalian masih SMA, Kak Rasti sangat gemuk," Niko

"Itu bukan rahasia umum lagi Nik, semua orang tau, tapi semenjak Rasti memikirkan tentang cowok cowok yang mulai mendekatinya, dia menjadi sulit makan dan akhirnya dia menjadi secantik sekarang, walau dia gemuk seperti dulu lagi juga gak masalah, aku suka," Arya

Niko hanya menanggapinya dengan senyum "palsu".