Pagi telah menjelang, namun Alexa masih tidur terlelap seraya memeluk kebaya berwarna pastel, salah satu warna favorit Erna. Sebenarnya kebaya itu rencananya akan dipakai oleh Erna untuk menghadiri acara wisuda Alexa.
Tapi, takdir ternyata berkata lain, Erna sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu. Erna tidak akan pernah bisa menghadiri acara wisuda seperti yang ia janjikan kepada Alexa beberapa tahun yang lalu.
"Alexa ... bangun sayang, hari sudah beranjak siang. Bukankah kamu harus menghadiri acara wisuda?"
Alexa kenal suara itu, suara lembut itu terdengar familiar di telinga Alexa. Gadis itu ingin sekali membuka matanya, tapi tidak tahu mengapa matanya seperti di lem. Sangat berat dan tidak mau terbuka, Alexa masih terlalu merindukan mendiang neneknya.
Hanya di dalam mimpinya lah, Alexa bisa dengan bebas bertemu neneknya dan melepaskan kerinduannya. Sebuah tangan lembut nan hangat tiba-tiba mengelus pipi mulus Alexa, apakah ini hanya mimpi? Tangan hangat ini, mungkinkah tangan sang Oma?
"5 menit lagi Oma ... Oma dandan dulu aja, Alexa masih ingin tidur," igau Alexa.
Tidak lama kemudian, tangan hangat itu kembali mengelus pipi Alexa sehingga gadis itu membuka matanya dan mengerjap-ngerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
Alexa terdiam seketika, saat ia melihat Daniel duduk di samping ranjangnya seraya membelai pipinya. Jadi, tangan lembut nan hangat yang Alexa kira adalah tangan sang Oma, ternyata itu adalah tangan Daniel.
Rasa kecewa dan sedih bercampur menjadi satu, gadis itu masih marah dengan Daniel dan ia masih mendiamkan Daniel walaupun kata maaf sudah ratusan kali terucap dari mulut pria berhidung mancung tersebut.
"Bik Minah, tolong bantuin Alexa siap-siap," pinta Alexa masih dengan suara serak.
"Iya, Non. Tunggu sebentar," ucap Minah seraya berjalan mendekat ke arah Alexa.
"Kak Daniel bantuin ya, Lex."
Saat Daniel hendak membantu Alexa bangkit dari ranjang, gadis itu menepis tangan Daniel.
"Lex, kamu masih belum mau maafin kak Daniel? Kak Daniel harus melakukan apa, supaya kamu mau maafin kakak?" tanya Daniel, menatap wajah Alexa dengan raut wajah sedih dan penuh penyesalan.
Alexa menghela napas berat, masih enggan menatap wajah Daniel. Ia takut kemarahannya akan sirna begitu saja saat ia menatap wajah tampan Daniel yang masih menyiratkan rasa penyesalan karena telah mengabaikan Alexa, dan lebih mementingkan pekerjaan di kantor.
"Pelan-pelan, Non." Minah membantu Alexa duduk.
"Alexa."
Mendengar namanya disebut, Alexa menatap Daniel tajam ia mendengus lalu kembali memalingkan muka.
"Permisi, Den. Bibik mau bantu non Alexa bersih-bersih dulu kemudian ganti baju," ucap Minah mengusir Daniel halus.
Daniel mengangguk cepat, paham akan perkataan Minah. "Baiklah. Kak Daniel keluar dulu, Lex." Daniel berdiri lalu mengelus pipi Alexa dengan sayang lalu berjalan pergi keluar dari ruangan dan menunggu di luar.
35 menit kemudian ...
Alexa sudah terlihat rapih mengenakan seragam sekolahnya, kemeja putih lengan panjang dipadukan dengan blazer berwarna biru tua. Seharusnya Alexa mengenakan rok yang panjangnya sebatas lutut, tapi karena ia harus duduk di kursi roda dengan kaki yang masih di gips ia pun terpaksa memakai rok panjang dengan bahan semi jeans berwarna senada dengan blazer yang ia kenakan.
Setelah selesai membantu Alexa berganti baju, Minah segera keluar untuk memberitahu Daniel bahwa Alexa sudah siap. Ternyata dokter Faisal sudah berada di luar bersama dengan Daniel, mereka berdua terlihat sedang bercakap-cakap dan mereka segera masuk ke dalam setelah Minah mempersilahkan mereka.
"Kamu masih ingat tentang persyaratan yang saya ajukan kemarin?" tanya dokter Faisal mengingatkan Alexa yang sedang duduk di atas ranjang.
Alexa menghela napas panjang. "Ingat, gimana tidak ingat? Persyaratan dari dokter aja bisa dijadikan 1 buku berukuran tebal," sindirnya.
Dokter Faisal dan Daniel tersenyum kecil. "Hmm, tapi kenapa kamu ingin menjadi dokter kalau kamu sendiri kesal dengan semua larangan dari dokter?" tanya Faisal bercanda.
"Karena saya ingin jadi dokter yang baik hati dan tidak cerewet, supaya pasien saya tidak kesal sama saya nantinya," jawab Alexa asal yang membuat dokter tergelak karena jawaban konyol Alexa.
"Hmm, masuk akal juga. By the way, saya ucapkan selamat atas kelulusanmu dan nilai-nilai kamu sangat luar biasa," puji dokter. "Oh iya, sebaiknya kamu segera berangkat sekarang. Supaya kamu bisa pulang lebih awal," imbuhnya cepat.
Daniel mendorong kursi roda mendekat ke arah ranjang Alexa.
"Biar saya bantu." Dokter Faisal hendak mengangkat Alexa.
"Tidak! Biar saya saja yang mengangkat Alexa."
Daniel mencegah dokter muda berwajah oriental nan tampan itu saat hendak mengangkat Alexa ke kursi roda. Seperti biasa, Daniel mudah terbakar api cemburu bila ada seorang pria mendekati Alexa.
Dokter Faisal pun seketika mundur.
Alexa bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah cemburu Daniel yang sedang mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di atas kursi roda. Pria itu juga mengambil selimut untuk menutupi kaki Alexa juga agar gadis itu merasa hangat.
Saat Daniel hendak mendorong kursi roda alexa, dokter Faisal menghentikan Daniel. Dokter Faisal kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Alexa.
"Pacar kamu ganteng, tapi sayangnya dia galak banget dan cemburuan. Saya sampai takut setiap mau memeriksa kamu," bisik dokter Faisal yang membuat tawa Alexa pecah seraya memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Astaga, dokter Faisal bisa ngelawak juga." Alexa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ekspresi wajah Daniel terlihat kesal saat melihat Alexa bersenda gurau dengan Faisal.
"Baiklah, kami pamit dulu."
Daniel segera mendorong kursi roda Alexa menuju ke lobi rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Daniel merasa sangat penasaran dengan perkataan dokter Faisal kepada Alexa sehingga membuat gadis itu bisa tertawa lepas seperti tadi.
"Tadi dokter Faisal bilang apa?" tanya Daniel penuh rasa penasaran.
Namun Alexa tidak menjawabnya pertanyaan Daniel, gadis hanya terdiam sambil menahan tawanya.
***
Beberapa saat kemudian.
Alexa dan dan Daniel sudah memasuki lobi sebuah gedung mewah yang khusus disewa dari pihak sekolah untuk mengadakan acara wisuda yang dirayakan secara besar-besaran. Namanya juga sekolah bergengsi tempat anak-anak orang kaya bersekolah, jadi ... mana mungkin mereka mengadakan perayaan wisuda yang biasa saja.
"Alexaa!!"
Teriak teman-teman sekelas Alexa serentak, mereka lalu mengerubungi kursi roda Alexa dan saling menanyakan kabar. Lalu mereka pun segera masuk ke dalam gedung dimana acara wisuda sudah dimulai.
"Daniel! Alexa!" Indra berjalan menghampiri Alexa dan Daniel.
"Om Indra?!"
"Papa?!"
Tentu saja hal ini membuat Alexa dan Daniel sangat terkejut melihat kedatangan Indra. Indra juga tak lupa membawakan putrinya satu buket mawar merah yang terlihat sangat cantik sebagai ucapan selamat.
"Ini untuk kamu, selamat atas kelulusanmu," ucap Indra seraya memberikan buket bunga kepada Alexa lalu memeluk tubuh putrinya.
Alexa sungguh tidak bisa berkata-kata, ia merasa sangat terharu dengan perhatian kecil yang berikan oleh sang papa untuknya.
"Terima kasih," ucap Alexa lirih seraya tersenyum.
"Ayo kita masuk! Acaranya sudah dimulai," ajak Indra.
Lalu mereka pun memasuki gedung, tapi sebelumnya mereka harus mengisi semacam daftar tamu kemudian mereka pun diantar menuju ke meja tamu yang sudah disediakan dan ditata secara apik. Dan Alexa mendapat meja paling depan.
Acara demi acara sudah dilewati, kini tiba saatnya untuk pemberian penghargaan kepada murid-murid berprestasi. Akhirnya nama Alexa pun dipanggil oleh kepala sekolah untuk menaiki panggung, dan menerima beberapa penghargaan yang berhasil diraihnya.
Karena keadaan Alexa yang tidak memungkinkan untuk naik ke atas panggung, Daniel hanya mendorong kursi roda Alexa ke depan panggung. Jadi ... kepala sekolah serta wali kelas Alexa lah yang harus turun ke bawah panggung dan memberikan buket bunga, sertifikat penghargaan serta piagam kepada Alexa.
Dan Alexa pun mendapat kehormatan untuk menyampaikan sebuah pidato singkat dihadapan semua siswa dan para orang tua.
"Cinta dan Impian, bisa diraih hanya dengan perjuangan."
"Itulah pesan terakhir dari Oma saya sebelum beliau menghembuskan napasnya yang terakhir, dan karena pesan itulah saat ini saya bisa berdiri di tempat ini untuk menerima banyak penghargaan."
"Jadi ... untuk semua teman-teman saya yang sudah berhasil melangkah sampai di titik ini, saya hanya ingin mengucapkan."
"Kalian semua adalah orang-orang hebat! Teruslah belajar yang giat agar semua impian dan cita-cita yang telah kalian perjuangkan sampai di titik ini bisa menjadi kenyataan. Jalannya memang tidak mudah dan prosesnya pun panjang serta banyak pengorbanan yang harus kalian berikan. Kalian boleh beristirahat saat kalian lelah, tapi jangan pernah sekalipun kalian berpikir untuk menyerah! Karena impian kalian terlalu berharga untuk disia-siakan."
"Sekian dan terima kasih."
Pidato dari Alexa yang penuh motivasi pun mendapat tepukan tangan yang sangat meriah dari semua orang-orang yang menghadiri acara wisuda. Tidak terkecuali Papa Alexa yang tidak bisa menutupi rasa bangganya terhadap Alexa.
Para guru dan semua teman-teman Alexa pun maju ke depan dan memberikan pelukan terakhir mereka kepada Alexa. Karena setelah ini mereka semua harus berpisah dan menapaki jalan menuju masa depan.
"Oma ... terima kasih atas semua cinta dan juga kasih sayang yang telah kau berikan cucumu ini, Alexa sudah berjanji kepada Oma untuk terus berjuang mengejar impian Alexa. Dan Alexa akan tepati janji itu," janji Alexa di dalam hati.
Alexa mendongakkan kepalanya memandang ke atas langit yang hari ini terlihat berwarna biru cerah. Gadis itu memicingkan matanya dan menghalau sinar matahari yang menyilaukan matanya dengan tangan kanannya.
"Alexa, wajahmu terlihat pucat. Sebaiknya kita kembali saja ke rumah sakit," ajak Indra.
Alexa mengangguk pelan.
"Alexa!!" panggil Raka dan yang berjalan menghampirinya bersama dengan papanya.
Papa Raka dan Indra saling bersalaman, lalu papa Raka memandang ke arah Alexa.
"Cepat sembuh ya, Lex. Tapi jangan nakal-nakal lagi, ya?"
Alexa tersenyum dan mengangguk cepat. "Iya, terima kasih, Om.''
"Ini ada hadiah untuk kamu, Om bangga bisa mengenal anak hebat seperti kamu." Papa Raka memberikan satu buket bunga mawar putih dan sebuah paper bag berwarna biru tua kepada Alexa sambil membisikkan kata-kata agar papanya tidak boleh menyentuh hadiahnya.
Dan Alexa mengangguk paham.
"Selamat ya, Lex," ucap Raka seraya mengulurkan tangannya.
"Kamu juga, Raka." Alexa menyambut tangan Raka.
Namun tiba-tiba saja Raka memeluk tubuh Alexa yang membuat Daniel merasa kesal.
"Aku harap, kita bisa bertemu lagi," ucap Raka penuh harap. "Om, Alexa, kak Daniel. Raka pamit dulu, sampai jumpa."
Setelah berpamitan, Raka dan papanya pergi menjauh. Sekilas, ekor mata Alexa melirik ke arah Daniel. Wajah pria itu terlihat masih kesal karena pelukan Raka tadi, namun ia tidak ambil pusing dan berpikir kalau itu adalah hukuman yang setimpal untuk Daniel.
Lalu, bagaimanakah kelanjutan perjuangan Alexa untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang dokter?
Tetap ikuti kelanjutan ceritanya sampai akhir, ya?
To be continued.