"Kenapa perusahaan sebesar ini bisa memperkerjakan orang gila seperti dia sebagai seorang manajer?! Apa dia bilang? Memotong biaya operasional? Memotong gaji pekerja? Dia kira bekerja sebagai kuli bangunan tidak butuh tenaga, apa?!" Alexa mengomel kepada Daniel sebagai pelampiasan kekesalannya.
Daniel hanya terdiam di meja kerjanya memperhatikan gerak-gerik Alexa dan mendengarkan omelan gadis itu dengan sabar.
Alexa mendengkus kesal dan berjalan mondar-mandir di depan meja kerja Daniel.
"Kalau manajer gila itu berpikir kalau pekerjaan seorang tukang itu mudah, kenapa bukan dia sendiri yang menjadi seorang tukang?! Aaiish ... benar-benar gila," omelnya seraya berkacak pinggang.
Daniel tersenyum simpul melihat tingkah polah gadis remaja yang masih labil itu. Pria itu kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan pria itu kembali tersenyum.
Alexa mendaratkan bokongnya di kursi, tepat di hadapan Daniel. "Kenapa kak Daniel hanya tersenyum? Apanya yang lucu? Apa?" tanya Alexa kesal.
Daniel tergelak. "Tidak apa-apa, lanjutkan! Biar kamu bisa lega," ucapnya.
Alexa melipat kedua tangannya di dada seraya mengatur napasnya yang memburu. "Gak mau! Alexa capek!"
"Minum dulu! Kamu pasti haus setelah mengomel, bukan?" Daniel menyodorkan segelas air putih miliknya yang masih belum ia minum.
"Tidak mau," tolak Alexa, tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah murung.
"Kamu kenapa, Lex?" tanya Daniel saat menyadari ekspresi wajah gadis itu berubah.
"Alexa tidak mau terjebak di kantor ini! Alexa tidak cocok dengan pekerjaan semacam ini, mau sampai kapan Alexa terjebak di kantor ini, kak?" Alexa merengek kepada Daniel.
"Bersabarlah, semua akan ada waktunya. Untuk sementara ini jalani saja dulu," ucap Daniel bijaksana.
"Tapi kak Daniel pasti nepatin janji ke Alexa, 'kan?" tanya Alexa memastikan.
"Janji," ucap Daniel kepada Alexa.
"Janji apa yang harus ditepati oleh Daniel?" tanya Indra kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan Daniel.
Alexa terlonjak kaget melihat kedatangan Indra yang begitu tiba-tiba. Mata gadis itu melebar dan mulutnya langsung tertutup rapat saat melihat papanya sudah berdiri di sampingnya.
"A–ah ... bu–bukan janji apa-apa, kok! Hehehe," kilah Alexa.
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Indra penuh selidik.
"Kami tidak menyembunyikan apa-apa, kok. Daniel hanya pernah menjanjikan Alexa untuk jalan-jalan. Bukankah begitu, Lex?" Daniel berbohong untuk menyelamatkan Alexa.
Alexa mengangguk cepat. "Be-benar ... Hehehe," Alexa meringis.
"Hmm ... Baiklah," ucap Indra.
"Alexa mau pamit ke kamar mandi sebentar," ucapnya kepada Daniel dan Indra yang sedang duduk di sofa.
Daniel mengannguk pelan. "Mau kak Daniel antar?" tanyanya.
Alexa menggeleng cepat. "Tidak! Alexa bisa sendiri, kok. Alexa amit dulu," pamit Alexa, Ia berjalan keluar ruangan Daniel menuju ke toilet.
"Oh iya ... Silahkan duduk, Om." Daniel berdiri dari tempatnya duduk dan mempersilahkan Indra untuk duduk di tempatnya.
"Tidak usah, Om ke sini Cuma ingin memantau Alexa saja. Kerja bagus, Daniel! Ternyata kamu bisa mengajari Alexa dengan sangat baik," puji Indra pada Daniel.
"Bukan Daniel yang bisa mengajari Alexa. Tapi Alexa adalah seorang gadis yang sangat cerdas, jadi ... Daniel tidak merasa kesulitan sama sekali," ucap Daniel merendah.
"Umm ... baiklah kalau begitu! Om Indra percayakan Alexa kepadamu," ujar Indra .
Sementara itu di toilet wanita.
"Aakh!" Alexa meringis kesakitan seraya memegangi perutnya.
Gadis itu duduk di atas toilet dan menahan rasa perih di lambungnya. Karena sejak tadi pagi ia belum makan sama sekali, jadi wajar kalau lambungnya terasa sangat-sangat perih.
'Aduuh, sakit! Ini pasti gara-gara belum makan dari tadi pagi. Apa aku minta obat saja?' batinnya sambil berdiri dan hendak beranjak keluar dari bilik toilet.
Saat Alexa hendak keluar dari toilet. Tiba-tiba dua orang pegawai perempuan datang dan langsung menghadap ke cermin besar yang terpasang di toilet toilet perempuan.
Mereka tiba-tiba menyebut nama Daniel sehingga membuat Alexa mengurungkan niatnya untuk keluar dan kembali masuk ke dalam bilik toilet sambil mendengarkan pembicaraan kedua pegawai itu.
"Eh! Sudah tahu belum gosip terbaru dari pak Daniel," ujar seorang pegawai, membuka omongan.
"Gosip apa?" tanya pegawai satunya.
"Kata si Mona, sekretaris pak Indra. Pak Daniel sangat perhatian banget sama si itu anak bos."
"Hah? Apa benar? Tahu dari mana si Mona?"
"Iya ... beneran! Si Mona lihat dengan mata kepalanya sendiri. Pak Daniel yang biasanya bersikap dingin bisa berubah menjadi orang yang sangat perhatian kalau sama siapa itu namanya? Alexa? Iya, Alexa. Bahkan pak Daniel juga sering tertawa, padahal kalau sama pegawai wanita, duuuh! Cueknya minta ampun," ucap sang pegawai berapi-api.
"Benarkah? Apa jangan-jangan pak Daniel suka atau bahkan jatuh cinta sama anak bos, ya?" celetuk pegawai satunya.
"Aduuh .... Jangan sampai, deh! Aku 'kan suka banget sama pak Daniel! Pak Daniel ganteng banget, badannya kekar, kaya. Tipe aku banget, jangan sampai pak Daniel suka sama si anak bos," ujar sang pegawai sok centil.
"Tapi ... bisa juga, sih. Anaknya si bos 'kan cantik banget, mana pintar lagi. Pasti banyak cowok yang ngantri dan tidak menutup kemungkinan kalau pak Daniel juga suka sama si Alexa."
Deg! Jantung Alexa berdebar kencang. 'Apa iya, kak Daniel suka sama aku? Tapi ... kak Daniel memang baik banget sama aku. Apa mungkin kalau kak Daniel?? Ah, itu 'kan cuma gosip! buat apa aku buang-buang waktu percaya sama gosip murahan seperti itu,' batin Alexa menyangkal semua orang dari kedua pegawai itu.
"Sudah, yuk .... Ayo, kita kembali kerja. Kalau sampai ketahuan lagi gosip di sini terus ada yang melapor, tamat riwayat kita."
"Iya ... Iya bentar. Lagi tanggung ini," ucap sang karyawan seraya mengoles lipstick berwarna merah menyala di bibir.
Setelah berbincang-bincang kedua karyawan itu pergi meninggalkan toilet dan kembali bekerja. Setelah memastikan keadaan sudah benar-benar aman, baru lah Alexa berani keluar dari bilik toilet.
Tapi perut Alexa malah bertambah parah, ia berjalan menuju ke kantor Daniel dengan badan yang sampai terbungkuk-bungkuk karena menahan perih.
Saat Alexa berjalan di koridor yang menuju ke kantor Daniel, Ia sudah benar-benar tidak tahan. Tangan, sekujur tubuhnya terasa sangat dingin dan bergetar hebat.
Saat Alexa membuka pintu ruang kerja Daniel, gadis itu langsung ambruk ke tanah. Indra dan Daniel yang sedang mengobrol, langsung berlari menghampiri Alexa yang sedang terkulai lemah.
"Alexa .. kamu kenapa?" tanya Daniel dan Indra panik.
Daniel memeriksa suhu tubuh Alexa. "Om, badan Alexa dingin banget! Daniel bawa Alexa ke rumah sakit dulu," ucap Daniel kepada Indra.
Tanpa berpikir panjang, Daniel itu bergegas menggendong tubuh Alexa menuju ke lift. Setelah sampai di lantai bawah. Banyak pasang mata tertuju ke arah Daniel yang sedang menggendong tubuh Alexa, namun pria itu tidak peduli karena yang ada di pikiran Daniel hanyalah keselamatan Alexa.
Anak buah Indra sudah berada di luar gedung, anak buah Indra langsung membukakan pintu mobil untuk Daniel lalu mereka mengantar ke rumah sakit.
''Alexa ... bertahanlah," ucap Daniel khawatir, seraya memeluk tubuh Alexa erat lalu mencium pucuk kepala Alexa.
To be continued.