"(Apa maumu?)"
Suara yang keluar dari orang itu begitu halus walau aku tidak tau apa maksudnya. Orang asing ini sepertinya adalah wanita. Matanya mengamatiku sampai tertuju pada tanganku yang buntung. Ah, tatapan kasihan itu lagi. Wanita itupun melepaskan dirinya dariku.
"Maaf, tapi tempat itu adalah tempat tidurku."
Wanita itu masih menatapku, sepertinya dia tidak mengerti apa yang aku ucapkan. Akupun menunjuk kotak sayur bekas, menunjuk padaku kemudian menempatkan tangan kiriku di pipi, memiringkan kepalaku dan menutup mataku untuk menunjukkan kalau itu tempat ku tidur.
"Oh" Wanita itu kemudian menundukkan kepalanya dan segera menepi ke sebelah gang yang lain, bersandar, menyelimuti dirinya dengan jubak coklat kotor kemudian tertidur tidak mempedulikan tumpukan salju yang membasahi bajunya. Akupun kembali ke kotak sayur lama dan berteduh dari salju. Kotak sayur ini cukup kecil hanya muat untuk satu orang dewasa, aku tidak bisa berbagi dengan orang itu. Sebenarnya ada tempat seperti rumah tua dan perapian untuk berlindung para gelandangan tapi mereka tidak mau menerima ku. dan hanya aku yang berada di tempat dingin ini. Melihat kesamping, mungkin tidak hanya aku yang ada disini, entah mengapa aku merasa senang. Terutama malam ini aku bisa melihat kembang api tahun baru dari kejauhan.
🌒🌓🌔🌕🌖🌗🌘
Udara semakin hangat, dan sinar matahari membangunkanku.
'selamat ulang tahun diriku'
aku mengambil roti yang kubawa kemarin dan mulai memakannya, tapi kemudian aku ingat kalau ulang tahun akun lebih menyenangkan apabila kita berbagi. Masih ada satu potong roti, aku menengok kesamping dan menemukan wanita berjubah coklat kotor itu masih disana. Aku menghampirinya tapi kemudian aku ingat kemarin punggungku yang masih sakit karena terlempar.
"Nyonya? apakah nyonya sudah bangun?"
Tidak ada jawaban, aku mendekat sedikit lagi, tapi wanita itu terlihat sangat pucat. Aku memeriksa kening wanita itu suhunya sangat panas, ketika tanganku menyentuh keningnya wanita itu akhirnya membuka mata, sorot matanya tajam dan mambuatku takut. Tapi wanita ini butuh bantuanku.
"(haus)"
Aku tidak mengerti apa yang dikatakan, tapi melihat bibir kering wanita itu dia membutuhkan air.
"Tunggulah sebentar"
Aku berlari ke arah penjual roti tuan Osfold, toko roti itu baru saja buka.
"Tuan Osfold! Bisakah kau menukar satu roti titipanmi dengan air hangat? Temanku sekarat."
Mendengar perkataanku Tuan Osfold segera mengambil segelas air hangat, membungkus dua buah roti.
"Ambillah dan segera tolong temanmu."
"Terima kasih!"
Aku segera kembali ke gang itu sembari menjaga air minum itu agar tidak tumpah dengan tempat roti yang kubawa dengan kugigit dimulutku. Tapi yang menyambutku disana adalah tubuh orang yang berlumuran darah di tanah, bukan hanya satu tapi empat orang. Karena kaget aku menjatuhkan roti dimulutku. Wanita yang kukira sedang sakit kini berdiri tegak di antara mayat orang orang itu. Segera aku menghentikan langkah. Wanita itu menatapku, entah kenapa tatapannya terlihat sedih. Melihat orang-orang yang tergeletak di tanah kemudian aku sadar, kalau mereka adalah preman yang pernah mengambil uangku dan selalu muncul di area sini.
Wanita itu mulai melangkah pergi, akupun segera menghadangnya dan menyodorkan nya air minum yang ku bawa. Aku segera mengambil kembali roti yang kujatuhkan membawanya dengan mulutku. Wanita itu sudah menghabiskan air minum itu, akupun segera menggengam tangan wanita itu dan membawanya pergi jauh dari sini.
Orang mati di kawasan kumuh memang hal yang wajar, walau aku tidak tau mereka masih hidup atau tidak tapi jika ada pembunuhan orang sebanyak itu di tempat yang sama, polisi akan datang.
Kami pun berlari dan semakin memasuki daerah kumuh, semakin masuk dan semakin kami meninggalkan daerah perkotaan.
Ini adalah project yang kucoba untuk lomba. Jika kamu menikmati nya mohon tinggalkan 'power stone' agar aku semakin semangat.