webnovel

Bab 21

Kabar kekalahan Maximilien pun tersebar dengan cepat, dan menjadi bahan pembicaraan para murid.

Sementara kepala sekolah melihat rekaman pertarungan pada sebuah layar magis di ruangannya.

Layar itu adalah sebuah proyeksi dari mata seekor monster bersayap yang memiliki satu mata besar di wajahnya.

Setelah menutup proyeksi, monster itu berkata.

"Untuk selanjutnya, apa perintah anda?"

"Dia membuat pingsan salah satu murid terbaik akademi Cyldeia. Cukup berbahaya, tapi kita tidak perlu bertindak gegabah. Karena kerajaan sudah mengawasinya. Untuk sekarang, kita bersikap seperti biasa."

"Baiklah kalau begitu."

...

Di saat yang sama, trio Baron yang tengah beristirahat di ruang perawatan medis tampak lesu.

'Dia, mengalahkan murid Cyldeia?'

Melihat Hercule yang melamun, Saerge memanggilnya.

"Ada apa? Apa kau takut pada pekerja serabutan itu?"

"Aku, takut? Aku tidak dididik untuk takut pada lawanku."

"Jika aku, aku tidak bisa menghilangkan rasa takutku padanya. Melihatnya melawan pengguna SoulBind tadi, mereka benar-benar di level yang berbeda."

Ucap Saerge saat memandang kedua tangannya yang gemetaran.

"Lalu, apa kamu akan mundur besok?"

Tanya Edna.

"Aku memang takut melawannya, tapi jika aku tidak bisa mengalahkan rasa takutku, AKU TIDAK AKAN BISA MEMENANGKAN FESTIVAL NANTI!!!"

Teriak Saerge saat berdiri, dengan semangat yang membara.

"Kamu sangat bersemangat untuk sekali."

"Tentu saja, untuk menjadi lebih kuat aku harus melawan orang yang lebih kuat. AKU TIDAK SABAR MENUNGGU HARI ESOK!!!"

Meski kedua tangannya gemetar, Saerge tampak membara dalam semangat.

"Tanganmu masih gemetar loh"

Sementara Hercule hanya terdiam, memikirkan pertarungan Edgar dan Maximilien.

...

Malam harinya, Edgar yang terbaring di kasur kecil di sebuah kamar tengah memikirkan pertarungannya tadi siang.

'Anak itu benar-benar serius, nafsu membunuhnya sangat kuat. Dan juga, SoulBind, SoulBourne?'

'Baru pertama kali ini aku mendengarnya, apakah ini sihir jenis baru?'

'Cyldeia, sepertinya itu sekolah untuk para bangsawan kelas atas.'

'Sebaiknya aku tidur saja.'

...

Pagi harinya, Edgar sudah berada Colosseum. Ia berdiri di samping lapangan bersama dengan Lyght.

"Jadi bagaimana anak kemarin? Apa dia terluka parah?"

"Kamu tidak perlu khawatir, dia terluka karena ulahnya sendiri. SoulBind bukanlah ilmu yang bisa digunakan Sembarangan."

"Jadi itu semacam jurus terlarang?"

"Bukan terlarang, lebih mirip pisau bermata dua. Mana yang diperlukan untuk mengaktifkannya tidaklah sedikit, belum termasuk dampak serangan lawan. Jika tubuh penggunanya tidak cukup kuat, ia bisa cidera parah."

"Jadi semacam jurus terlarang ya?"

'Itu artinya, dia sudah bisa mengendalikannya.'

Trio baron pun memasuki ke Colloseum, untuk melanjutkan latihan mereka.

"Jadi kalian tidak mundur?"

Hercule yang merasa terhina tampak marah mendengar ucapan Edgar.

"Kau jadi lebih sombong setelah mengalahkan anak pindahan kemarin."

"Setidaknya kalian tidak meremehkanku sekarang."

"Jika mengalahkanmu bisa membuatku menjadi lebih kuat, aku akan melakukannya."

"Kalian sudah memiliki kerjasama yang bagus, kalian mungkin bisa mengalahkanku."

Trio Baron pun saling melirik satu sama lain, menandakan sebuah kesepakatan.

"Kami ingin melawanmu dengan armor hijau kemarin."

Ucap Hercule.

"Kalian serius? Kalian bisa terluka jika aku melakukannya, dan itu bisa mempengaruhi gajiku."

"Kami sudah mendapatkan izin dari pak Lyght untuk melakukannya."

Edgar yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Lyght yang berdiri di samping kirinya.

"Apa yang sudah kau lakukan?"

"Mereka yang meminta ini, jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan upahmu. Kalaupun ada yang terluka, aku yang akan bertanggung jawab."

"Sebaiknya kau pegang ucapanmu."

Edgar pun memasuki lapangan.

"Jadi kalian ingin menantang maut agar bisa menjadi juara?"

"Sudah sepantasnya, karena kami adalah bangsawan."

Edgar mengaktifkan armor hijau miliknya, dan dengan lingkaran sihir di kedua tangannya, ia berkata.

"Setelah latihan nanti, sebaiknya kalian libur untuk beberapa hari kedepan."

Sementara trio Baron sudah siap dengan ilmu sihir mereka.

'Dasar bangsawan.'

...

Tugas di Jorden pun selesai, Edgar dan kedua gadisnya berpamitan dengan para staf kantin.

"Terimakasih telah membantu kami, dan ini sebagai ucapan terima kasih kami."

Hellen menyerahkan sebuah kotak makanan untuk mereka Rona.

"Anda telah memberi kami banyak pelajaran tentang dapur pada kami, jadi kami yang seharusnya berterimakasih."

Balas Rona dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tidak-tidak, kami yang seharusnya berterimakasih, karena pasti merepotkan berurusan dengan murid-murid sekolah ini. Sekali lagi terimakasih telah membantu kami."

...

Setelah berpamitan, mereka bertiga pulang dengan menaiki sebuah kereta kuda. Di sana, Rona membuka kotak makanan yang ia terima, dan berisi tiga buah kotak makanan di dalamnya.

Sementara Moa bertanya tentang pekerjaan Edgar.

"Apakah tuan baik-baik saja? Saya dengar tuan berkelahi dengan seorang murid pindahan."

"Aku tidak berkelahi, ini hanya bagian dari pekerjaan. Menguji kemampuan mereka."

"Lalu bagaimana dengan murid-murid sekolah ini? Apakah mereka cukup tangguh?"

Tanya Rona yang tampak bersemangat.

"Ya, mereka cukup berani untuk mengambil resiko."

...

Di saat yang sama, trio Baron yang terluka cukup parah tengah berbaring di ruang perawatan sekolah. Beberapa bagian tubuh mereka terbalut oleh perban yang cukup tebal.

"Jadi ini ya rasanya sparing dengan pekerja serabutan, sepertinya Festival Ksatria nanti lebih parah dari ini."

Mendengar ucapan Saerge, Edna yang berbaring di ranjang lain berkata.

"Apa kita membuatnya marah? Dia benar-benar tidak segan saat melawan kita."

Sementara Hercule terdiam, mengingat ucapan Edgar.

...

(Flashback)

Saat sparing, trio baron benar-benar kalah telak, mereka sudah tidak sanggup untuk berdiri.

Edgar pun berkata pada mereka

"Jika Kalian ingin lebih kuat dari anak Cyldeia kemarin, teruslah berlatih, tingkatkan intensitas Mana kalian, dan jangan meremehkan lawan, meski dia seorang rakyat jelata."

(Flashback end)

...

"Aku benar-benar kalah telak."

"Ini pertama kalinya aku mendengar ucapan itu"

"Hahahaha! Dia Hercules mengakui kekalahannya! Hahahaha!"

Kesal dengan ucapan Saerge, Hercule tampak kesal.

"Hei, kau sendiri yang pertama kali tumbang."

"Tapi aku tidak akan melupakan ucapannya,TERUS BERLATIH! DAN MENJADI LEBIH KUAT! Aduh-duhduhduh."

Saat mencoba duduk, Saerge kembali berbaring di atas ranjangnya.

"Lalu, bagaimana cara kita meningkatkan intensitas Mana?"

Tanya Edna.

"Mungkin pak Lyght tahu caranya."

"Ngomong-ngomong, siapa nama pekerja serabutan itu ya? Aku lupa menanyakannya."

Mendengar pertanyaan Saerge, trio Baron baru ingat jika mereka belum berkenalan dengan Edgar.

...

Setelah selesai studi di Jorden, Maximilien kembali ke Cyldeia. Di dalam kereta kuda, ia duduk dengan tangan kanan yang dibalut perban.

'Kukira studi ini akan membosankan, ternyata aku salah. Pekerja itu, dia sangat hebat, mengalahkanku tanpa goresan sedikitpun.'

'Sepertinya, beberapa langkah lagi aku bisa menggunakan SoulBourne. Guru-guru itu mengirimku ke Jorden agar aku tidak menguasai SoulBourne terlalu cepat, tapi sayangnya pertarungan kemarin membuatku semakin bersemangat. Untuk menjadi yang terkuat.'

'Aku harap kita bisa bertemu lagi nanti, pekerja serabutan bertato tengkorak.'

...

Di Alphard, Edgar melaporkan emblem miliknya yang rusak akibat sparing melawan Maximilien.

"Wah sepertinya kak Radge harus mengganti emblem ini dengan emblem baru, karena mantra pelindung di emblem ini sudah tidak."

"Apakah aku harus membeli yang baru?"

"Sayangnya jika kak Radge tidak memiliki emblem serikat, kak Radge tidak diizinkan untuk mengambil quest serikat."

'Mati aku.'

"L-lalu kira-kira berapa harga emblem yang baru?"

"Untuk emblem standar, harganya satu koin emas kak.'

*Jeglek!*

Terdengar suara patah tulang setelah Edgar mendengar harga sebuah emblem baru.

"S-satu koin emas?"

"Iya kak, tapi saya sarankan untuk membeli emblem berplat emas, karena kualitasnya lebih baik dari emblem standar. Tapi harganya dua kali harga emblem standar kak."

*Ting!*

"Tahu begini, seharusnya aku simpan saja kemarin..."

Gumam Edgar.

"Jadi bagaimana kak?"

"Akan aku pikirkan lebih dulu..."

Ucap Edgar yang pergi meninggalkan Lithea.

"B-baiklah kalau begitu..."

Sesampainya di luar gedung serikat, Edgar berpikir tentang nasibnya kedepan.

'Sial, emblemnya mahal sekali... Padahal jarang ada quest satu koin emas... Kalau aku membelinya, aku tidak punya simpanan uang. Tapi jika aku tidak membelinya, aku tidak bisa mengambil quest serikat.'

'Haruskah aku mengambil pekerjaan lima puluh koin emas? Tapi itu ilegal. Jika ketahuan kerajaan, aku bisa dipenjara.'

'Tapi kalau tidak kuambil... Lima puluh koin emas...'

Dari Kejauhan, Moa dan Rona menghampiri Edgar yang tampak lesu.

"Tuan! Kami membawa makanan untuk makan malam nanti."

"Sayang ada apa? Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu tampak pucat."

Mereka berdua pun menghawatirkan Edgar.

"Tidak apa-apa, aku hanya dehidrasi."

"Dehidrasi? Ayo kita segera kembali ke penginapan!"

"Tidak apa-apa, aku hanya haus saja."

Di atas sebuah bangunan, seekor burung Pipit tampak mengawasi mereka bertiga. Dan di saat yang sama, seorang pria tampak duduk di belakang meja kerjanya. Ia menonton sebuah layar proyeksi yang menayangkan Edgar dan kedua gadisnya.

Ia pun meletakkan kedua tangannya di atas meja, dan mengepalkannya erat-erat. Dialah Mark Ruselle, ayah Rona.

...