webnovel

Sarapan Bersama Gene

Sudah seminggu Nadia menjadi CEO. Dengan menggabungkan kecerdasan Nadia dan kemampuan supernatural Gene seagai genderuwo, perusahaan tempat mereka bekerja mampu menghasilkan profit lima kali lipat dari normal.

Hal ini membuat Tuan Joko sangat bahagia dan membuat Nadia dan Gene menjadi pedawai kesayangan. Edward mulai sibuk bekerja di Samudra Grup dan jarang datang ke kantor untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai staf penelitian dan pengembangan produk.

Nadia mengetuk pintu kantor Gene dan Gene mempersilahkan Nadia masuk.

Nadia tersenyum bersemangat di pagi hari dengan membawa dua potong bagel dan dua gelas iced americano, "selamat pagi!"

Senyum Nadia yang manis bagaikan matahari pagi yang hangat di hati Gene, senyum Gene merekah melihat Nadia muncul dari balik pintu, "selamat pagi, Bu CEO."

Nadia terkekeh geli dan duduk di hadapan Gene, "aku bawa sarapan nih. Kamu, bisa makan bagel dan minum kopi kan?" Nadia baru sadar, walau sudah beberapa waktu mengenal Gene, ia tidak pernah melihat Gene makan dan ia tidak tahu dimana Gene tinggal. Nadia terlalu fokus dengan segala rencananya untuk membalas dendam dan menghancurkan Edward.

Gene tersenyum dan mengangkat secangkir espresso hangat, "kopi di dunia manusia, jauh lebih mantap dibandingkan kopi pahit di dunia mahluk gaib."

Nadia meletakkan sarapan yang dibawanya ke meja Gene, "kau harus coba ini, iced americano dan bagel!" Nadia meminum iced americanonya, dan Gene mengambil sepotong bagel hangat.

"Wow! Donat ini enak banget!" Mata Gene terbelalak kaget dengan rasa bagel.

"Ini bukan donat, walau ada lubangnya di tengah. Ini namanya bagel. Enak kan!" Nadia menjelaskan.

"Aku kira yang bolong di tengah, cuma donat dan Tante Sun," celetuk Gene santai.

"Tante Sun?" Tanya Nadia, "kamu punya tante?" Nadia tidak sadar bahwa mahluk gaib juga memiliki keluarga.

"Tante Sundel Bolong." Gene tersenyum lebar, "biasanya kalau tante sibuk, aku diminta menjaga bayinya."

Nadia mendadak tampak sedih karena kehilangan bayinya. Ia dahulu sangat mencintai Edward, bahkan bia ia memiliki anak lelaki, ia akan menamainya Edward Junior. Tetapi setelah apa yang Edward lakukan padanya, Nadia sangat amat teramat membenci Edward.

Ia sudah bersumpah demi bayi yang dulu pernah dikandungnya bahwa ia akan membuat Edward sengsara bahkan hingga berharap dirinya mati.

Gene memperhatikan wajah Nadia yang mendadak muram, "kamu teringat dengan bayi kamu ya? Maafkan aku ya, aku tidak bermaksud membuat kamu sedih."

Nadia menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "aku ingin menjadi seorang ibu. Apa itu mungkin?"

Gene mengangguk, "pada dasarnya, mahluk halus seperti manusia, bisa memiliki keturunan setelah melakukan hubungan badan."

Mata Nadia melebar, "mahluk halus juga bisa melakukan hubungan badan?" Ia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Contohnya Tebo, ia punya banyak anak dari hubungannya dengan manusia."

Nadia masih tidak percaya dengan yang didengarnya, "tunggu... tunggu... tunggu... Jadi mahluk gaib bisa berhubungan badan dengan manusia bahkan sampai hamil?"

Gene mengangguk dan meminum iced americano yang dibawa Nadia.

"Kamu punya anak?" Tanya Nadia penasaran.

Gene menggelengkan kepalanya, "untuk aku, anak itu harus dibesarkan dengan baik dan bertanggung jawab. Aku tidak bisa punya anak dan kutinggal begitu saja seperti Tebo."

Nadia mengangguk, "kamu pernag berhubungan badan dengan manusia?" Tanya Nadia hati-hati.

Gene mengangguk, "sudah lama sekali. Aku lebih suka perempuan dari golongan mahluk halus." Gene tersipu malu.

Nadia tersenyum memandang Gene, "dengan penampilan seperti ini, kamu bisa tidur dengan siapapun yang kamu mau, Gene. Kamu tampan dan seksi!"

Wajah Gene semakin tersipu malu.

Nadia memakan bagelnya, "bagaimana kalau nanti malam kita makan malam bersama?"

Gene tergagap, ia tidak percaya kuntilanak secantik Nadia mau makan malam dengannya, "te...tentu saja."

Nadia tampak bersemangat, "bagus! Aku punya banyak ide hebat untuk menjatuhkan Edward!"

Gene seketika kecewa, karena ternyata Nadia hanya ingin berdiskusi untuk menjatuhkan Edward, bukan untuk saling mengenal lebih jauh dengan Gene. Walau begitu, Gene tetap tersenyum dan mengangguk, "aku jemput jam 7 malam?"

Nadia mengangguk dan tersenyum senang, "aku akan reservasi tempat di restoran perancis kesukaanku!" Ujar Nadia bersemangat.

Gene mengangguk, bagaimanapun ia bahagia ketika Nadia bahagia.

"Oh iya, Gene, bisa kamu buat Proyek Janus gagal?" Tanya Nadia tiba-tiba.

"Aku butuh alasan untuk membentak dan mencaci maki Edward di depan Tuan Joko." Nadia tersenyum culas.

Gene mengangguk, "itu gampang! Serahkan saja semuanya padaku!" Ujarnya percaya diri.

Nadia masih bersemangat, "nanti, ketika aku membentak dan mencaci maki Edward, kamu harus pasang wajah kecewa sekecewa nya ya. Pokoknya, kita harus buat orang sombong itu merasa jadi orang yang paling bodoh, paling bego, paling tolol, dan berharap ia tidak pernah dilahirkan." Ujar Nadia serius.

Gene hanya tersenyum kecil. Dalam hatinya, ia merindukan Nadia yang pertama kali ditemuinya beberapa bulan yang lalu. Nadia yang manis dan lembut. Ia takut Nadia yang ia kenal telah berubah sepenuhnya menjadi kuntilanak yang bersifat pendendam dan pemarah.

Hanya dalam beberapa jam, proyek Janus yang awalnya baik-baik saja, mendadak kacau. Bahkan, karena gagalnya proyek Janus, harga saham perusahaan tajam merosot hingga dua persen. Nadia tahu dengan angka saham yang merosot setajam itu, Tuan Joko akan datang sendiri untuk mengecek kegagalan yang terjadi.

Nadia sudah membuat semua kesalahan akan mengarah pada Edward.

Rencana Nadia berhasil. Pukul tiga sore, Tuan Joko meminta Nadia, Gene, dan Edward melakukan rapat darurat di kantornya.

Wajah Tuan Joko merah padam karena kemarahan. Nadia sebagai CEO memasang wajah profesional dan mengecek berbagai data hingga akhirnya ia menunjukkan sebuah perjanjian yang menyebabkan proyek Janus gagal. Nadia memandang Edward dengan kecewa dan menunjukkan bahwa surat perjanjian tersebut ditandatangani oleh Edward.

"Bodoh sekali kamu Edward!" Tuan Joko meneriakkan kemurkaannya. "Ini adalah suatu ketololan yang hakiki. Orang berpendidikan dan berpengalaman seperti kamu seharusnya tahu perjanjian ini terlalu beresiko!"

Nadia berusaha sekuat tenaga menahan tawanya. Ia memasang wajah kecewa dan profesional.

"Harusnya kamu meminta izin Nadia! Atau Gene! Mereka berdua menggunakan otak mereka dalam bekerja!" Bentak Tuan Joko.

Nadia memandang Edward dengan pandangan dingin. Ia sudah puas dengan Edward yang dibentak oleh Tuan Joko.

Gene memperhatikan wajah Nadia. Ia dapat melihat wajah cantik Nadia dengan mata yang mengobarkan api dendam.

"Pak Edward, sebagai sesama alumni ICL. Saya sangat kecewa dengan kecerobohan Anda. Penurunan sahan sebesar dua persen adalah aib yang sangat busuk. Tidak ada yang dapat menutupi aib sebusuk ini." Ujar Nadia dingin tanpa perasaan kepada Edward. "Saya bahkan khawatir, jangan-jangan ada banyak aib yang anda tutupi dibalik penampilan anda yang seperti malaikat."

Edward memandang Nadia dingin, ia tidak berani melawan dan beradu argumen ataupun sekedar membela diri dari perkataan Nadia. Dari data yang ada, ia tahu ia yang salah, bila ia berusaha membela diri, itu akan membuat Tuan Joko semakin tidak menyukainya.

"Maafkan saya, Tuan Joko."

Hanya kalimat itu saja yang dapat diucapkan oleh Edward pada rapat darurat tersebut. Harga dirinya sebagai seorang profesional sudah jatuh terinjak-injak.