webnovel

Proyek Janus

Setelah makan malam itu, persahabatan antara Nadia dan Gene menjadi semakin erat, tanpa Nadia ketahui, Gene sudah jatuh cinta padanya.

"Gene! Selamat pagi!" Nadia masuk ke kantor Gene seperti biasa dengan sarapan. "Hari ini aku bawa lontong sayur!"

Gene tersenyum bersemangat, "wuah, baunya enak!"

Nadia duduk di berhadapan dengan Gene, "rasanya juga pasti enak dong." Nadia membuka bungkusan dan menyiapkannya untuk Gene.

Gene memakan lontong sayur tersebut dengan lahapnya dan Nadia tersenyum memperhatikan Gene. Ia sangat tampan, tapi Nadia tahun Gene yang asli tidak setampan ini. Walau begitu baik Gene maupun Genderuwo memiliki hati yang sangat baik.

"Kau sudah mempelajari presentasi yang nanti siang akan kita bawakan ke Tuan Joko? Presentasi kita akan sangat hebat dan membuat Edward semakin merasa bodoh dan tidak berguna."

Gene mengangguk, "tenang, aku sudah mempelajari segalanya dengan baik. Proyek Janus yang kita kerjakan bersama dengan PT Biopati ini pasti akan berjalan dengan baik."

Nadia memakan lontong karinya, "CEO PT Biopati juga akan datang kan? Aku kenal sama Fadhly, dia ambil Master di LSE waktu aku masih di ICL. Orangnya ramah, baik, pokoknya asik deh. Kalian pasti bisa berteman akrab juga."

Gene tersenyum, "Nad... Kita cuma sementara loh disini." Gene mengingatkan Nadia, "aku enggak perlu berteman dengan manusia, dan kamu juga jangan terlalu nyaman."

Nadia memandang Gene dengan serius dan mengangguk. Ia harus mengakui bahwa terkadang, ia lupa bahwa ia disini hanya sementara. Ia disini hanya untuk menuntaskan kebenciannya dan membayarkan balas dendamnya kepada Edward.

"Aku takut kamu terlena dan tidak mau kembali ke dunia gaib, Nad." Ujar Gene secara jujur.

Nadia tersenyum, "Gene, tenang. Aku sadar aku ini apa. Aku disini cuma untuk membalas dendam pada Edward dan membakarnya dengan api kebencianku yang berasal dari bara terpanas di neraka. Oke." Nadia tersenyum dengan mata penuh kebencian.

Gene mengangguk mengerti dan menghabiskan lontong karinya.

"Nad..." Gene memanggilnya dengan serius.

"Ya?" Nadia segera memfokuskan perhatiannya pada Gene. Ia menatap mata hijau Gene yang berwarna hijau. Sangat indah dan serasi dengan kulitnya yang pucat dan rambutnya yang keriting keemasan.

"Nanti siang makan nasi padang yuk!" Ujar Gene sambil tersenyum lebar.

Nadia tertawa, karena ia menyangka bahwa Gene akan membicarakan sesuatu yang penting.

Rapat penting berkaitan dengan Proyek Janus akhirnya dilaksanakan. Proyek yang berkaitan dengan pengembangan obat epilepsi untuk anak-anak ini selain dihadiri oleh Tuan Joko, Edward, Gene, dan Nadia, juga dihadiri oleh pihak pengembang obat dari PT Biopati yang diwakili oleh CEO PT Biopati, Tuan Fadhly, dokter spesialis anak: dr. Edi, dan dr spesialis bedah syaraf: dr. Cipta.

Edward tampak tenang dan percaya diri. Rapat dibuka oleh Nadia dan presentasi dilakukan oleh Gene dengan sempurna.

Ketiga perwakilan dari PT Biopati tampak mengangguk puas dan merasa bahwa kerjasama yang mereka lakukan akan menguntungkan.

Presentasi dilanjutkan oleh Edward dari bagian penelitian dan pengembangan produk. Tiba-tiba dr. Edi, menghentikan presentasi Edward. Nadia tersenyum puas ketika melihat Edward pucat pasi karena presentasinya dipotong.

"Mohon maaf sebelumnya. Ada perbedaan mendasar pada epilepsi pasien anak-anak dan pasien dewasa. Strategi pengembangan yang dijelaskan oleh Tuan Edward, tidak akan berhasil untuk pasien anak-anak." Jelas dr. Edi dengan tenang.

Edward mengangguk, "saat ini kami mengasumsikan pola yang sama antara pasien dewasa dan pasien anak-anak, dr. Edi."

dr. Edi berbisik kepada Tuan Fadhly untuk memberikan pertimbangan ulang terhadap proyek ini. Ketiga pria muda tersebut berdiskusi dengan sangat serius. Tuan Fadhly dan dr. Cipta terlihat mengangguk, setuju dengan pendapat dr. Edi.

Tuan Joko menatap Edward dengan kesal dengan kecerobohannya.

"Saya sebagai CEO Biopati harus menolak kerjasama ini dengan rencana pengembangan yang dipresentasikan Tuan Edward. Saya akan mempertimbangkan kembali kerja sama ini bila rencana pengembangan di revisi." Ujar Tuan Fadhly dengan tenang.

Setelah rapat selesai dan ketiga perwakilan PT Biopati pergi, Tuan Joko kembali berteriak marah atas kecerobohan Edward. Bahkan kali ini, Tuan Joko mengancam akan memecat Edward secara tidak terhormat walau ini adalah perusahaan keluarganya sendiri.

Nadia berusaha menahan tawanya. Ia yakin Tuan Joko akan memarahi, membentak, dan mengata-ngatai Edward kembali.

Bahkan ketika Nadia sedang duduk di kantor Gene, ia dapat mendengar dengan jelas segala caci maki Tuan Joko terhadap Edward.

"Mampus! Semoga kena mental! Mati aja! Mampus elu Edward!" Kata Nadia dengan kejam. Ia tertawa cekikikan di kantor Gene.

Gene hanya tersenyum melihat Nadia. Ia tidak berkomentar apapun. Ada rasa sedikit senang di hatinya karena Nadia tampak bahagia. Walau begitu Gene sadar, ia ingin Nadia bahagia, tetapi bukan dengan cara seperti ini.

Ia ingin dirinyalah yang membuat Nadia bahagia.

Tuan Joko akhirnya pergi dan meninggalkan Edward sendirian. Tampaknya Proyek Janus, proyek yang dikira Edward akan menjadi proyek terbesarnya dan akan membawanya ke puncak perusahaan, justru malah menjatuhkannya.

Edward akhirnya pergi dari kantor untuk mengerjakan pekerjaan lainnya di Samudra Grup.

***

Malam ini, Gene dan Nadia pergi makan malam bersama. Mereka memilih untuk makan di warung sederhana pinggir jalan. Gene dan Nadia menikmati sepiring ketoprak dan berbagi sate ayam dan sate kambing.

"Aku senang banget! Karir Edward di perusahaan ini sudah hancur!" Ia tertawa puas sambil memakan ketopraknya.

Gene hanya mendengarkan Nadia dengan seksama sambil memakan ketopraknya.

"Nad, kamu sudah berhasil menghancurkan karir Edward, sekarang berarti kita bisa kembali ke alam gaibkan?" Tanya Gene dengan tenang.

"Ya enggak bisa begitu Gene!" Nadia berkata dengan nada tegas, "gue mau, si Edward itu nyampe mati!" Ujar Nadia kesal.

"Hush!" Gene berusaha membuat Nadia mengecilkan volume suaranya. Ia khawatir kalau orang lain berpikir bahwa mereka adalah pembunuh.

"Gue bakal hancurin karir si brengsek Edward di Samudra Grup dan juga gue bakal ngehancurin pernikahannya!" Ujar Nadia bersemangat.

Gene menatap Nadia dengan datar. Mata Nadia tampak berapi-api, bukan dengan energi semangat membara yang positif tetapi dengan energi negatif. Energi yang jahat.

Gadis di hadapannya sudah tidak tampak seperti Nadia yang pertama kali dlihatnya, gadis di depannya sudah dikuasai nafsu seperti kuntilanak pada umumnya.

"Dan Gene..." Nadia memasang wajah terimut dan terlugunya di hadapan Gene, "kita kan sahabat sejati, elu harus bantu gue, sampai si Edward hancur, sehancur-hancurnya!"

Gene hanya tersenyum kecil tanpa mengiyakan ataupun menolak permintaan Nadia. Bahkan Nadia tidak meminta, Nadia memerintahkan Gene untuk membantunya membalaskan dendamnya pad Edward. Kebencian Nadia kepada Edward sudah sepanas api dari neraka jahanam.

Yang Gene takutkan hanya satu, yaitu bila Nadia terbakar oleh api yang disulutnya sendiri. Gene tidak mau Nadia terluka.