webnovel

Kita Perlu Bicara

Setelah rapat darurat selesai dan Tuan Joko pulang, Edward memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Nadia. Nadia berjalan di depan bersama Gene sambil mendiskusi bagaimana cara mereka berdua mengendalikan kekacauan yang disebabkan Proyek Janus.

"Bu Nadia, bisa kita bicara?" Tanya Edward mengalihkan perhatian Nadia dan Gene yang masih asyik berdiskusi berdua.

Nadia dan Gene menatap Edward, dan kemudian Nadia mengangguk. Ia tersenyum menatap Gene dan Gene mengangguk mengerti.

Nadia yang awalnya berencana ke ruangan Gene kemudian berjalan kembali menuju ruangannya yang sudah terlewat bersama Edward. Ia masuk ke ruangannya dan membiarkan Edward duduk.

"Proyek Janus baik-baik saja dua hari yang lalu." Edward menatap Nadia.

"Kamu tidak memperhatikan kemungkinan terjadinya inflasi. Itu poin besar kesalahan kamu Edward. Seseorang yang berpengalaman seperti kamu, seharusnya tahu hal itu." Nadia menjelaskan kesalahan Edward.

"Nadia, kamu tahu kan kalau aku mencintai kamu? Pernikahanku dengan Launa hanya semata untuk bisnis." Ujar Edward dengen nada memelas.

"Mohon maaf, saya tidak mengerti relevansi pernyataan Anda dengan proyek Janus." Ujar Nadia dingin.

"Nad, maafin aku." Mohon Edward.

Nadia memicingkan matanya dan menggelengkan kepalanya.

"Aku masih mencintai kamu, Nadia." Lanjut Edward.

Nadia memutar bola matanya dengan omong kosong Edward, ia berdecak kagum dengan ketidak tahu maluan Edward. Ia berani membunuhnya dan sekarang menyatakan cinta.

"Maaf, bila tidak ada yang ingin Anda bicarakan terkait Proyek Janus, silahkan keluar." Nadia menunjukkan pintu keluar dan kemudian ia kembali ke belakang komputernya untuk kembali bekerja.

Edward berjalan ke arah Nadia, dan ia mencondongkan tubuhnya ke arah Nadia, "tatap mata aku Nad, dan bilang kalau kamu memang sudah tidak mencintai aku lagi." Tantang Edward.

Nadia menatap mata Edward dengan lekat. Wajah Edward memang sangatlah tampan, dengan tubuh atletis. Nadia masih ingat dengan jelas wangi tubuh Edward yang maskulin. Ketika mereka berciuman dengan mesra, dengan bergairah.

Wajah Edward hanya beberapa sentimeter dari wajah Nadia dan akhirnya mereka berdua berciuman. Nadia membuka bibirnya dan membiarkan lidah Edward masuk ke mulutnya.

Edward tahu ia berhasil mengambil hati Nadia kembali. Bagaimanapun, Nadia adalah wanita lemah yang haus akan kasih sayang. Sedikit perhatian akan membuat hati Nadia luluh dengan mudah.

PLAKK!

Nadia menampar Edward, "pergi!" Ia berkata dingin kepada Edward.

Edward menarik dirinya dari tubuh Nadia, ia tersenyum dingin. "Selamat sore, Bu Nadia." Ia berjalan keluar ruangan.

Nadia duduk termenung sendirian di ruangannya dan ia mulai menangis. Ia tidak tahu kenapa ia menangis. Ia memang pernah tergila-gila dan mencintai Edward.

'PERNAH'

Itulah kata kuncinya.

Tapi Edward membunuh Nadia dan bayi dalam kandungannya dengan kejam. Menenggelamkan mereka berdua di air laut yang dingin.

Beda antara cinta dan benci sangatlah tipis. Nadia bersumpah tidak akan pernah memaafkan Edward dan akan membuat hidup Edwards menderita selamanya.

Setelah menghapus air matanya, Nadia berjalan keluar dan menuju ke ruangan Gene.

"Gene... Kamu mau pergi sekarang?" Tanya Nadia membuka pintu kerja Gene tanpa mengetuk pintu.

Tanpa Nadia sangka, Gene tidak sendirian. Sekertaria pribadi Gene duduk di pangkuannya dan mereka saling berciuman dengan bergairah.

"Ups! Maaf!" Ujar Nadia salah tingkah dan segera menutup pintunya kembali.

Si Sekertaris dan Gene juga merasa terkejut dan salah tingkah. Sekertaris tersebut segera turun dari pangkuan Gene dan merapikan pakaiannya.

Gene segera menghapus lipstik si sekertaris dari wajahnya. Dan si sekertaris berjalan tergesa-gesa keluar ruangan, melewati Nadia yang masih menunggu di depan ruangan.

Nadia dan si sekertaris saling mengangguk dengan canggung.

Nadia lalu memasuki ruangan sambil tersenyum kepada Gene, "wow! Kukira kau tidak suka perempuan dari dunia manusia."

Gene tersenyum dan memutar bola matanya dengan sindiran Nadia.

"Aku tidak keberatan kalau makan malam kita diundur." Ujar Nadia menawarkan.

Gene hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "ayo kita berangkat! Kita masih bisa nonton film dulu sebelum makan."

Nadia tersenyum, "kau mau nonton film bersamaku?" Tanya Nadia tidak percaya akan pendengarannnya.

Gene memiringkan kepalanya, "hanya bila kau tidak keberatan."

Nadia tersenyum, "tentu saja tidak. Ayo!" Ia berjalan keluar bersama Gene keluar ruangan.

Sesuai yang mereka mereka berdua rencanakan, mereka pergi nonton berdua dan kemudian makan malam di restoran perancis pilihan Nadia.

"Apa kau pernah melakukan hal ini sebelumnya?" Tanya Nadia.

"Maksudmu makan makanan perancis?" Tanya Gene bingung.

"Bukan, menyamar menjadi seseorang dan bermain-main di dunia manusia." Nadia menjelaskan pertanyaannya dengan lebih spesifik.

Gene menggerakkan bahu, "ini yang paling lama dan paling seru. Biasanya aku hanya menyamar selama beberapa jam saja."

Nadia meminum anggur merahnya, "apa ada penyesalan? Karena kau ikut dalam skema balas dendamnku?"

"Sejauh ini aku menikmatinya," ujar Gene santai.

"Terutama bagian mencumbu sekertaris seksi kan?" Tanya Nadia sambil terus menggoda Gene.

Gene berdecak, "ck... Kau tidak akan berhenti menggodaku soal ini kan?"

Nadia menggelengkan kepalanya, "aku akan terus membahas soal ini. Selamanya!"

Gene tertawa kecil, "ternyata, Nona Nadia Setiajati Karyani memamng seorang pendendam sejati!" Ledek Gene.

Nadia menghentikan tawanya, "aku ingin mengunjungi rumah panti asuhan aku tumbuh dewasa. Aku ingin bertemu Suster Anna dan Suster Maria. Mahluk seperti kita, bisa masuk gereja kan?"

Gene tertawa geli, "tentu saja. Mahluk seperti kita, bisa masuk kemana saja, bahkan lubang terkeci di hati manusia. Selama manusia mengizinkan kita masuk, kita bisa masuk."

Nadia mengangguk mengerti, "lalu, apakah wujud kita yang sebenarnya akan terlihat oleh orang-orang dengan indera keenam atau indigo?" Tanya Nadia penasaran.

"Nah... orang-orang yang mengaku memiliki indera keenam atau indigo kebanyakan adalah pembohong. Orang-orang yang lupa akan Tuhannya lah yang justru sering kali akan dapat melihat bentuk asli kita." Gene tertawa kecil, "kau harus lihat ketika mereka ketakutan dan berlari hingga terkencing-kencing."

Nadia tersenyum iseng, "apa aku punya kemampuan untuk tertawa melengking? kau tahu, tawa kuntilanak...hi...hi...hi..."

Gene mengangguk, "tentu saja, kau mau coba? Cara paling ampuh menakuti manusia adalah dengan menunggu di rumah tua ataupun pohon rindang."

Nadia terkekeh geli, "mungkin di akhir pekan. Eh... Minggu depan kita ada acara kumpul kantor dan sewa villa di Bandung kan? Kita harus coba!"

Nadia dan Gene bersulang untuk ide cemerlang mereka.

Gene menatap Nadia dan tersenyum. IA merasa ia sudah jatuh cinta pada gadis tersebut. APakah cinta juga dapat tumbuh di hati mahluk gaib genederuwo sepertinya. Bukankah mahluk gaib sepertinya hanya memiliki nafsu di hati?

Hati yang gersang tanpa cinta, dan Nadia adalah hujan yang membasahi hatinya. Membuat benih-benih bunga bertumbuh dengan subur di hati Gene.

'Apakah seorang genderuwo buruk rupa sepertinya, pantas merasakan cinta?' Pikir Gene sambil terus memperhatikan Nadia yang tidak berhenti bercerita.