webnovel

Gathering Kantor

Acara gathering kantor dilaksanakan pada akhir pekan ini. Semua pegawai ikut acara gathering ini termasuk Nadia, Gene, Pak Joko, dan Edward. Pak Joko membawa istrinya sedang Edward tidak datang bersama Launa, istrinya yang baru dinikahinya sekitar empat bulan yang lalu.

Sebagai pegawai dengan jabatan tinggi, Nadia, Gene, dan Edward memiliki kamar masing-masing dan tidak perlu berbagi dengan pegawai lainnya.

Karena segala kegiatan lomba dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, Nadia sudah meminta bantuan Gene agar mereka tetap melakukan proyek pembalasan dendam Nadia. Nadia sudah bertekad bahwa Edward setidaknya harus patah kaki di acara kegiatan fisik yang mereka lakukan.

"Inget ya, Gene!" Ujar Nadia sambil melotot, "minimal patah kaki, kalau bisa biar aja diamputasi sekalian!" Ujar Nadia dengan mata berapi-api. Api dendam dan kebencian berkobar semakin panas di hatinya.

Gene hanya tersenyum dan mengangguk. Bukannya ia peduli dengan Edward. Yang ia khawatirkan hanyalah Nadia semata. Semakin hari Nadia semakin jahat seiring dan ia mulai tampak sama. Sama seperti kuntilanak lainnya.

Gene bahkan mulai berpikir bahwa Nadia sebaiknya melepas paku yang ada di kepalanya. Tampaknya paku yang ada di kepala Nadia, sangat mempengaruhi Nadia.

Bukan hanya Edward yang sekarang dikerjai Nadia, pegawai lainnya pun seringkali kena omelan Nadia. Bahkan Nadia dianggap sebagai bos yang sangat menakutkan di kantor.

Selain itu, Gene harus mengakui bahwa ia sudah jatuh cinta pada Nadia dan ia merindukan Nadia yang pertama kali ditemuinya. Nadia yang manis dan lemah lembut.

Gene ingin, para pegawai di kantor kembali menghormati Nadia, bukannya takut kepada Nadia.

***

Akhirnya Gene berkesempatan untuk berada dalam satu pertandingan dengan Edward. Gene akan menjadi kapten futsal grup hijau dan Edward menjadi kapten futsal grup biru.

"Gene!!! Hijau! Hijau! Hijau!" Nadia menyemangati grup hijau dari pinggir lapangan.

Setelah bersalaman, tim hijau yang dipimpin oleh Gene mulai bertanding dengan tim merah yang dipimpin oleh Edward. Pertansdingan berjalan seru dan tim yang dipimpin oleh Gene berhasil mengungguli tim yang dipimpin Edward dengan selisih tiga gol.

Gene sangat menikmati pertandingan futsal tersebut dan bersenang-senang dengan anak buahnya dan ia melupakan perintah Nadia untuk melukai Edward.

Walau begitu, Edward memiliki niat lain. Ia sangat membenci Gene, tepatnya ia sangat membenci Gene dan Nadia. Bagi Edward, Nadia dan Gene adalah perusak karirnya.

Edward sudah mengusahakan yang terbaik bagi karirnya, sampai ia melakukan kejahatan untuk membunuh Nadia dan menikahi wanita yang tidak dicintainya. Tetapi sejak kedatangan Gene, yang kemudian merekomendasikan dan mempromosikan Nadia sebagai CEO, karirEdward mulai merosot secara tajam dan bahkan harga dirinya diinjak-injak.

Pada waktu istirahat, Nadia datang membawa sebotol minuman dingin untuk Gene. Gene bukan kepalang bahagianya dengan Nadia yang begitu perhatian kepadanya. Nadia tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Gene yang membuat jantung Gene berdetak lebih cepat.

"Patahkan kaki Edward!" Perintah Nadia dingin kepada Gene. Gene hanya tersenyum dan mengangguk kepada Nadia.

Ketika pertandingan kembali dilanjutkan, Nadia kembali berteriak-teriak menyemangati tim hijau.

"Hijau! Hijau! Hijau!" Teriak Nadia bersemangat. "Gene! Break a leg! (Semoga sukses / patahkan sebuah kaki) " Teriak Nadia dengan bersemangat.

Edward akhirnya mampu mengendalikan bola, ia berlari bersama bola tersebut, dengan terampil mengendalikannya dengan kakinya.

Gene berlari untuk merebut bola di kaki Edward. Edward melihat Gene yang berusaha berlari mengejarnya berbalik arah secara tiba-tiba dang menendang bola ke arah wajah Gene.

Gene yang tidak menyangka akan ada serangan bola ke wajahnya tidak sempat mengelak. Bola yang ditendang Edward dengan kencang tepat menabrak wajahnya. Hidung Gene seketika patah dan mengeluarkan darah segar.

Wasit segera meniupkan peluit dan memberikan kartu merah pada Edward. Pertandingan dihentikan sementara dan Nadia segera berlari ke tengah lapangan untuk melihat kondisi Gene.

Gene terbaring di lapangan dan Nadia duduk di sebelahnya.

"Gene, elu baik-baik saja?" Tanya Nadia dengan lembut.

Gene yang merasakan pusing dan kesakitan dengan hidung yang patah tersenyum bahagia melihat Nadia yang perhatian kepada dirinya.

"Elu harus bangkit Gene! Elu kan harus patahin kaki Edward! Kenapa malah hidung lu yang patah?" Tanya Nadia dengan kesal.

Gene hanya tersenyum kecil dan kemudian bangkit sambil menekan hidungnya dan berusaha menghentikan pendarahan di hidungnya.

Gene akhirnya memilih berhenti bermain. Nadia duduk di sebelah Gene, masih belum puas karena Edward tidak berhasil terluka.

Setelah diperiksa oleh dokter kantor yang ikut acara gathering, Gene tidak mengalami luka parah kecuali memar.

Nadia masih tampak kesal karena Edward belum terluka. Ia masih memikirkan suatu cara untuk melukai Edward, mungkin menenggelamkannya di kolam renang hotel.

Nadia memutuskan ia akan melukai Edward sendiri.

"Edward," panggil Nadia ramah, "makan malem bareng yuk!" Nadia duduk di sebelah Edward yang sedang beristirahat dari pertandingan futsal yang baru saja selesai.

Edward menatap Nadia dengan sedikit bingung.

Nadia bergerak mendekat ke arah telinga Edward, "mengingat masa lalu."

Edward tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya, "tentu saja, kita berdua saja?" Edward berusaha mengkonfirmasi. Ia tidak mau Gene ikut. Edward melihat kemungkinan bila ia dapat mnedekati Nadia, maka mungkin ia akan dapat memanfaatkan gadis itu untuk kepentingan kenaikan karirnya.

Edward menjemput Nadia dari kamarnya dan mereka berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan terdekat.

Mereka berdua mengobrol dengan santai dan tertawa bersama.

"Nad, ada pameran lukisan di sana, lihat yuk!" Ajak Edward bersemangat, ia masih ingat kalau Nadia sangat menyukai hal-hal yang berbau seni.

Pameran seni lukis yang mereka datangi ini sangatlah sepi, mungkin karena harga tiket yang cenderung mahal. Hal ini membuat tidak banyak orang datang ke pameran seni tersebut.

Bukan hanya sepi, pencahayaan di pameran tersebut sangat minim pencahayaan untuk memperkuat warna dari setiap lukisan yang dipamerkan.

"Ini pameran aneh banget ya Ed, masa mau pajang lukisan rumahnya harus gelap dulu."

Edward tidak mendengarkan Nadia, ia terus memperhatikan Nadia dengan seksama. Wajah Nadia sangatlah cantik dan tubuhnya sangat seksi. Itulah yang membuatnya sangat tergila-gila pada Nadia.

Edward mendekatkan wajahnya kepada Nadia dan kemudian ia mencium Nadia. Nadia mencium Edward dengan lembut dan tersenyum. Nadia segera menarik dirinya kembali dan berjalan ke lukisan selanjutnya untuk menghindari Edward.

Nadia tidak mau terbawa perasaannya terhadap Edward.

Setelah berjalan-jalan hingga hampir tengah malam, Edward mengantarkan Nadia kembali ke kamarnya. Sekali lagi ia mencium Nadia dengan lembut dan sekarang Nadia juga menciumnya dengan mesra di lorong hotel.

Edward meletakkan kedua tangannya di sebelah kanan dan kiri tubuh Nadia.

"Lepasin aku Edward," Nadia berkata dengan tiba-tiba. Ia sadar ia harus memberi jarak kembali anatara dirinya dan Edward.

Tetapi Edward tidak melepaskan Nadia dan mencium Nadia dengan lebih bergairah.

"Lepaskan aku!" Teriak Nadia kesal. Edward menatapnya tajam. Bukannya melepaskan Nadia, Edward justru mencengkeram lengan Nadia dengan lebih keras.

Edward mencondongkan tubuhnya ke arah Nadia dan menciumnya. Nadia yang awalnya berontak, ternyata merindukan sentuhan lembut bibir Edward.

Nadia mencium kembali Edward dengan lembut, dan beberapa saat kemudian, ciuman mereka berdua berubah menjadi ciuman yang panas dan penuh gairah.