webnovel

Gala Dinner

Seperti yang sudah mereka rencanakan, Gene menjemput Nadia di salon dan kemudian mengantarkan Nadia ke apartemennya untuk mengganti pakaian.

"Gene?" Nadia keluar dari kamarnya dengan gaun yang belum teritsleting sempurna.

Gene menunggu Nadia dengan sabar di ruang tamu Nadia.

"Bisa tolong pasangkan ritsleting gaun malamku?" Tanya Nadia lembut.

Gene terpesona dengan kecantikan dan kemolekan tubuh Nadia. Ia membeku menatap Nadia. Wanita yang dicintainya dan ia ingin menghabiskan hidup bersamanya, selamanya.

"Gene!" Nadia memanggilnya lagi. Menyadarkan Gene dari lamunannya.

"Ya." Gene berdiri di belakang tubuh Nadia. Ia dapat mencium bau harum tubuh Nadia.

Nadia menunggu Gene mentup ritsleting gaunnya. Ia dapat merasakan lembutnya belaian kulit Gene.

Nadia kemudian membalikkan tubuhnya dan saling berhadapan dengan Gene. Mereka berdua saling tatap.

Gene menatap Nadia, ia ingin mencium Nadia, tetapi ia ragu. Ia tidak yakin bahwa Nadia akan setuju bila Gene menciumnya. Oleh karena itu, Gene hanya diam saja.

"Sebaiknya kita segera berangkat," Gene berkata lembut.

Nadia sebenarnya kecewa karena Gene tidak menciumnya. Sejenak ia merasa bahwa Gene akan menciumnya dan mereka dapat mendefinisikan hubungan mereka.

Nadia mengangguk, "aku akan ambil tasku dulu." Nadia mengambil tas pestanya dan keluar kamar, ia lalu berangkat bersama Gene ke tempat gala dinner.

Nadia mengaitkan tangannya di lengan Gene ketika mereka masuk bersama ke tempat pesta makan malam tersebut.

Mereka duduk di meja yang sama, Nadia, Gene, Edward, Launa, Tuan Joko, dan istri Tuan Joko.

Launa menatap Nadia dengan tatapan sinis, wanita itu tampaknya tahu tentang masa lalu Nadia dan Edward. Hal ini membuat Launa membenci Nadia walau mereka tidak saling mengenal.

Setelah makan malam, seluruh tamu bebas mengobrol dan berdansa.

Gene berdansa dengan Nadia. Mereka berdua tampak bahagia.

Nadia mengistirahatkan wajahnya di dada Gene. "Gene, boleh aku minta tolong?" tanya Nadia lembut.

"Tentu saja boleh, apa?" Tanya Gene lembut.

"Aku mau, kamu tidur sama Launa," ujar Nadia dingin.

Gene menarik dirinya dari Nadia. Ia memandang Nadia dengan tatapan marah dan kemudian berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Nadia sendirian di lantai dansa.

Nadia tampak kesal dan ia berjalan mengikuti Gene ke arah taman.

"Gene! Elu kan udah janji bantu gue ngebalesin dendam gue ke Edward!" Teriak Nadia kesal kepada Gene di taman. Taman tampak kosong tanpa ada seorang pun, hanya Gene dan Nadia.

Gene berbalik dan menatap Nadia dengan kesal, "gue mau pulang, Nadia!"

"Pulang? biar lu bisa tidur sama Siska?" Tanya Nadia dengan sinis.

"Apa bedanya sih? Elu kan genderuwo, mahluk kayak elu emang suka berhubungan badan sama sembarang perempuan kan! Apa bedanya coba tidur sama Siska, sama Launa!"

Gene tampak terluka dan memandang Nadia dengan kesal, "iya, mahluk kayak gue emang tidur dengan sembarangan perempuan yang gue mau. Tapi gue enggak suka diperintah, apalagi sama mahluk kuntilanak kayak elu!" Teriak Gene kesal.

Nadia memandang Gene dengan kesal.

"Gue mau pulang dan gue enggak peduli dengan urusan dendam elu sama Edward. Oke! Edward ngebunuh elu..." Gene memandang Nadia kesal, "gue berduka atas kematian elu dan anak dalam kandungan elu. Tapi... maaf... permintaan elu, berlebihan!"

Gene melepaskan tuksedonya dan melonggarkan dasi kupu-kupunya, "gue enggak peduli lagi dengan segala urusan dendam elu sama Edward!"

Nadia memperhatikan Gene, akhirnya ia sadar, "elu pulang, maksudnya pulang ke alam gaib?" Tanya Nadia ragu.

Gene menatap Nadia yang terlihat sedih, "ya! Gue mau pulang ke alam gaib!"

Nadia menitikkan air matanya, "Gene, gue enggak mau sendirian di sini, gue enggak bisa sendirian. Please (kumohon), jangan tinggalin gue!"

Gene menatap Nadia dan kemudian menghela nafas, "Nadia, elu sadar kan. Elu enggak bisa selamanya di sini. ELu juga harus pulang ke alam gaib, dalam beberapa bulan ke depan."

Nadia terisak, Gene mendekat dan memeluk Nadia.

"Gue cuma pengen, Edward mendapatkan balasan yang setimpal! Elu enggak tahu kan rasanya ketika air laut yang dingin masuk dan menuhin paru-paru elu!"

Gene mengelus punggung Nadia dengan lembut.

"Bahkan... bahkan... tubuh gue, nyampe sekarang masih belum diketemuin dan enggak bisa dimakamin secara layak!" Nadia menangis.

Gene akhirnya menghela nafas, "Nadia, gue tahu kalau elu benci banget sama Edward. Gue cuma bakal tawarin elu satu hal."

Nadia mendengarkan Gene dengan seksama, "kita masukkan Edward ke penjara dan sesudah itu, kita pulang ke alam gaib bersama, gimana?"

Nadia memandang Gene dengan seksama, "gue mau Edward mati pelan-pelan dengan menderita."

"Enggak bisa Nadia, kematian bukan di tangan kita. Mahluk kayak kita, enggak punya hak untuk mencabut nyawa manusia."

"Kalau begitu, kita buat dia menderita!" Ujar Nadia masih penuh dengan dendam.

Gene menatap Nadia, berusaha meredam kemarahan gadis itu dan membuatnya sadar bahwa kebenciannya kepada Edward tidak akan membawa keuntungan apapun, "oke... jadi apa rencana kamu sekarang?" Tanya Gene.

"Membuat Edward menderita!" Jawab Nadia mantap dan tiba-tiba terdengar bunyi ribut dari arah ruang pesta.

Nadia dan Gene menatap ke arah gedung dengan penasaran. Asap besar terlihat dari arah jauh gedung.

"Kebakaran ya?" Tanya Gene bingung dan tidak yakin.

Nadia tampak tersenyum dan berlalri ke arah gedung.

"Nad! Elu mau apa? Bahaya!" Ujar Gene khawatir.

"Karena gue meregang nyawa karena air! Gue bakal buat Edward meregang nyawa karena api!" ujar Nadia penuh kebencian.

Nadia berlari melewati kerumunan mencari Edward.

Gene berlari mencari Nadia, Gene khawatir kalau Nadia tidak tahu bahwa mahluk gaib seperti mereka. Yang sedang dalam bentuk menyamar sebagai manusia, akan dapat musnah selamanya karena terbakar api.

Nadia tersenyum senang karena ia melihat Edward sedang sendirian, tanpa Launa, tanpa Tuan Joko atau siapapun yang mengenal mereka.

Nadia segera menarik Edward ke dalam gedung.

"Nadia! Apa-apaan sih! Harusnya kita keluar gedung! Semua tamu sudah dievakuasi!" Ujar Edward bingung.

Nadia menampar Edward, "kamu enggak tahukan rasanya mati! Kehabisan nafas karena tenggelam! Ketika air garam masuk ke paru-paru elu dan membunuh setiap sel di tubuh elu!" Teriak Nadia marah.

"Elu ngomong apa sih, Nadia!" Tanya Edward pura-pura bingung.

"Elu udah ngebunuh gue! Dasar elu mahluk berengsek!" Elu ngebunuh gue dan calon anak kita!" Teriak Nadia.

"Nad! Kalau elu mati! ELu enggak bakalan ada disini, berdiri di depan gue dengan sehat walafiat!"

Nadia masuk ke sebuah ruangan dan kemudian mengunci dirinya berdua dengan Edward. Gene menggedor-gedor pintu ruangan tersebut.

"Nadia! Kita harus keluar dari sini sekarang!" Teriak Gene dari luar ruangan.

Nadia tidak menghiraukan teriakkan Gene.

"Gene! Tolong gue! Nadia sudah gila dan bicara enggak jelas!" Teriak Edward meminta Gene membantunya keluar.